Belajar dari Pantai..

Syarifah Hanim 29 Maret 2012

Ranah indah nyiur melambai.. Buku ditangan dan santai.. Kubaca sambil kurasakan, oh syahdunya pantai..

Berapa harga ikan bulalia anak-anak ??

Kalau ikan tapilalang berapa hayo ??

Pertanyaan itu kulontarkan ketika aku memulai pelajaran matematikaku. Ikan bulalia dan ikan tapilalang adalah dua jenis ikan laut yang biasa dimakan oleh masyarakat disini. Setelah bertanya untuk mematik konsentrasi anak-anak aku membagikan lemabaran kertas HVS sesuai dengan jumlah anak kelas 3 dan kelas 4. Anak-anak ini sangat semangat ketika aku membagikan lembar kerja itu, “kita akan belakjar bersama nelayan ya..” horaiiiiiiii sambut anak-anak dengan ramai.

Mereka yang awaknya mabuk mobil, akhirnya kembali menunjukkan mata cerah mereka. Bahu mereka tegakkan dan suara yang lantang tanda ada semangat baru yang mengalir. Kelas 3 dan kelas 4 yang berjumlah 29 orang ini segera berdiskusi satu sama lain, bercanda dan membentuk kelompok, ada pula yang bertanya ini itu, dan aku menjawab dengan senyuman termanis, karena melihat anak-anak yang begitu bergairahnya. Anak-anak sudah mulai ceria lagi rupanya.

Anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian aku meminta mereka sendiri yang membagi tugasnya, ada yang menjadi pewawancara, ada juga yang menjadi penulisnya, membuat kelompok untuk anak-anak memang butuh kesabaran dan penjelasan yang sangat mendalam. Kemudian mereka kuminta untuk melihat lembar kerja yang kubagikan. Lembar yang kubagikan itu berupa beberapa pertanyaan yang kubagi menjadi dua bagian. Bagian pertama aku memberikan panduan wawancara kepada anak-anak, disitu aku menuliskan cara-cara bertanya kepada nelayan, dan apa saja yang harus mereka tanyakan. Pertanyaaan kubuat sangat detail karena memang mereka baru pertama melakukan ini, dan masih belajar, sudah sangat baik jika mereka mau mengerjakan tugas ini, tanpa banyak malu. Bagian kedua aku memberikan pertanyaan seputar pertambahan, pengurangan dan perkalian, tentunya sesuai data yang mereka dapatkan dari wawancara dibagian pertama. Beruntung salah satu dari rekan guru di sekolah ayahnya adalah seorang nelayan, banyak sekali membantu tugas anak-anak ini. Bahkan anak-anak juga tidak segan bertanya berpa nol nya kalau menulis 5000 ?? pertanyaan yang mereka lontarkan kepada para nelayan sabil wawancara, sehingga banyak dari narasumber yang juga ikut mengajari mereka.

Aku mengamati anak-anak yang sibuk dengan tugasnya, senang sekali rasanya bisa mengajak mereka belajar langsung dari apa yang ada disekitar mereka. Meskipun sebagian besar keluarga anak-anak adalah petani, dengan mengenal kehidupan lain disekitar mereka, aku berharap anak-anak akan dapat menambah wawasan mereka. Terlebih mereka lebih lancar untuk menambah, mengurang, mengali, dan membagi. Seusai membahas tugas bersama-sama dipinggir pantai aku mengizinkan anak-anak untuk bermain-main sebentar, membiarkan mereka bebas belajar dari pantai. Tak jarang mereka menemukan hal –hal baru, seperti jaring, pancing dan lain sebagainya. Aku percaya ketika otak kita berada dalam gelombang alpha, atau otak anak-anak dalam keadaan yang menyenangkan bagi mereka, akan mudah sekali untuk mensugesti, memberikan pembelajaran baru bagi mereka, dan itu akan menjadi memori jangka panjang yang akan mereka ingat terus.


Cerita Lainnya

Lihat Semua