"isi baik-baik jangan di bagi sembarang, nanti pak Ady kecewa"

Ady Saputra Wansa 3 April 2012

"isi baik-baik jangan di bagi sembarang, nanti pak Ady kecewa" Hari ini sabtu tanggal 24 Maret 2012 saya mendapatkan kabar dari dari Pak Hasan, sahabat dari Belang-belang yang mengurus OSK, lewat pesan singkat dia mengabarkan kalau SD Inpres Sawang Akar meloloskan dua orang untuk babak semifinal. Kontan saja, sabtu siang itu menjadi berita yang sangat menyenangkan dan menggembirakan, tidak hanya bagi saya tapi juga bagi anak murid saya. Malamnya, saya dan Suwardi siswa kelas lima yang juga menjadi salah seorang anggota dalam tim OSK, sempat mengobrolkan mengenai hasil OSK ini. Dia sangat berharap kalau dirinya lolos dalam babak penyisihan "torang sangat senag pak, kalau torang nanti lolos OSK". Pada malam yang lain, Anto juga sempat menyatakan harapannya "torang mimpi Pak, kalau torang yang lulus OSK" tapi disatu sisi Anto malah memupuskan mimpinya ketika saya mengatakan kalau ibunya tidak bisa ikut ke Jakarta "ahh torang tara mau pak, kalau kita pe mama tara ikut, nanti kalau torang rindu mama bagaimana?" saya hanya menjawab ke khawatirannya dengan kemarahan "ya sudah kalau ngana tara mau ikut, tara usah lolos saja". Siang ini hari sabtu, saya kumpulkan anak-anak murid saya, yang ikut perlombaan dan saya katakan kalau yang lolos hanya Fahrul (siswa kelas enam) dan Raman (siswa kelas lima). Beberapa siswa sudah bersungut-sungut dan menyatakan kekecewaannya, malahan Suwardi sempat berujar "ah dong dua tara lulus nanti kalau pi Labuha", saya coba memberikan penjelasan kepada mereka kalau kegagalan sepuluh orang itu memang sangat mengecewakan apalagi, SD Inpres Sawang Akar sudah mendapatkan soal-soal dan buku yang bisa digunakan untuk berlatih, tidak seperti sekolah-sekolah yang tidak ada Indonesia Mengajarnya. Tapi juga sebuah kebanggaan buat kita semua, sudah dua tahun kita ikut OSK dan alhamdulillah baru tahun ini kita bisa lolos. Walaupun dua orang ini tetap akan jadi kebanggaan bagi sekolah juga bagi kampung Sawang Akar. Bagi saya secara pribadi sebenarnya sudah bisa menebak siapa saja yang akan lolos, ketika melihat keseriusan mereka dalam belajar dan mempersiapkan diri, maka dua orang itu adalah dua orang yang terbaik dari sahabat-sahabatnya yang sepuluh orang itu. Raman misalnya, sebelum peserta lain saya seleksi tapi dia sudah saya datangi kerumahnya, sambil berbisik saya berkata "Raman, ngana mau ikut olimpiade?", "mau pak" jawab Raman. "kalau ngana mau, berarti ngana harus rajin belajar, nanti kerumah pak Ady, biar pak Ady kasih ngana buku nanti ngana pelajari", "saya pak" jawab Raman antusias. Untuk Fahrul, dia memang menyatakan dan menunjukkan keinginannya itu dengan terus belajar di rumah saya. Setiap dia dan Anto menemani saya tidur di rumah, selalu saya menceritakan tentang bagaimana indahnya Jakarta, tentang peluang yang akan mereka dapatkan ketika mereka bisa lolos OSK ini, tentang kebanggaan dan kegembiraan orang tuanya, masyarakat Sawang Akar, guru-guru dan terlebih saya sendiri. Juga dengan lolos OSK sampai Jakarta, mereka bisa menemui guru yang mereka rindukan Junarih (PM angkatan pertama). Memang benar kata pepatah, lain ladang lain belalang. Anto dan Fahrul adalah dua orang dari kelas enam yang sangat rajin belajar. Anto sering saya lihat sendirian ada di rumah saya sedang membaca materi OSK. Begitu juga dengan Fahrul, saya pernah melihat dia membawa buku OSK ke atas pohon singkong karet, dan membaca di atasnya, atau juga membaca sambil terkantuk-kantuk di rumah saya. Yang berbeda dari mereka berdua adalah, Anto ketika di tanya apa yang telah dia baca, dia hanya bisa menceritakan sangat sedikit apa yang dia ingat, selebihnya "lupa pak", sedangkan Fahrul lebih banyak daya ingatannya dari pada lupanya. Saya juga maklum sebenarnya dengan keadaan Anto, selain dia orang yang paling besar dari teman-temannya baik fisik dan juga usia, dia juga orang yang saya lihat sering sekali mendapatkan pukulan di kepala oleh kakaknya. Saya hanya menyimpulkan saja mungkin kekerasan itulah yang menyebabkan daya ingatnya jadi lemah. Untuk sepuluh siswa yang lainnya bagaiamana? ya mereka sama seperti anak-anak Sawang Akar kebanyakan, lebih rajin bermain dari pada belajar. Lebih suka "membaca" televisi dari pada materi OSK. Juga lebih patuh dengar perintah "ni ta afi!" (pergi ke kebun), "pi bajigi" (mengail) dari pada ajakan dan perintah datang ke rumah pak Ady jam dua untuk membahas materi OSK. Pernah satu hari sebagian besar mereka saya kuping (jewer telinganya) karena mereka semua tidak berangkat ke rumah saya untuk belajar tapi malah bermain bola, padahal bermain bola sudah saya informasikan nanti setelah membahas materi OSK (karena saya juga melatih mereka bermain bola). Tapi intruksi saya dan juga ketua kelompok mereka tidak mereka indahkan. Indispliner buahya adalah hukuman. Itu kesepakatannya. Dari semua cerita itu yang sangat mengharu biru adalah cerita dari Raman "fahrul bilang begini pak waktu kami mau masuk ruangan, eh nanti kita isi baik-baik, jangan bagi sembarang, nanti pak Ady kecewa". Fahrul yang bukan ketua kelompok, pada hari perlombaan sesaat sebelum teman-temannya masuk ke ruangannya masing-masing, meminta teman-temannya untuk mengerjakan semuanya dengan baik, agar saya tidak kecewa, bukan semata-mata agar bisa lolos dan masuk babak selanjutnya. Saya jadi ingat, pengajaran guru saya waktu masih sekolah dulu, kalau kamu menjaga kehormatan gurumu, maka Tuhanlah yang akan menjaga dan membuat dirimu terhormat nantinya. Fahrul dan Raman telah membuktikannya. Terimakasih murid-muridku.


Cerita Lainnya

Lihat Semua