Bawah Kolong Rumah...

Syarifah Hanim 18 Desember 2011

 

“Sekolah kami sekolah gunung, kami anak gunung yang akan selalu belajar, menggapai cita-cita setinggi langit”  tulisan seorang anak di buku bintangnya..

Sambil menutup buku bintang sekaligus menjadi buku rahasia anatara aku dan mereka, pandanganku beralih ke arah anak- anak kelas dua yang berlarian di sekitar sekolah. Mereka tidak punya kelas, kelas yang rusak akhirnya mendapatkan dana untuk renovasi. Sebentar lagi kelas kami tidak becek lagi, sebentar lagikelas kami berubin putih yang cemerlang, sebentar lagi tidak ada atap seng yang koyak, sebentar lagi itu dua bulanlagi.

Sebagian harus masuk siang, untuk bergantian kelas, yaitu kelas 4 dan kelas 5. Kelas yang lain, yaitu kelas 1, 2, 3 dan kelas 6 masuk pagi, dan akhirnya hanya ada dua kelas yang bisa dipakai. Sedangkan untuk 2  dan kelas 3 harus berfikir keras, mau dimana ya anak-anak belajar.. guru-guru di Talongga sudah cukup kreatif mereka sudah bisa mengajak anak-anaknya belajar diluar kelas, tetapi karena ini masih kelas awal pelajaran membaca dan menulis adalah hal yang sangat penting. Untuk itu kita harus berfikir, bagaimana ini kelas ??

Bapak kepala sekolah datang, aku langsung beranjak menghampirinya..

“ bagaimana pak, anak-anak mau belajar dimana? Sebentar lagi juga ulangan akhir semester” tanyaku

Dengan gaya khas kepala sekolah yang berfikir keras dengan menunduk kebawah, aku menunggu jawabannya. Sambil berjalan ke kantor, bapak kepala sekolah menjawab “ sebentar (nanti) kita rapat ya bu” jawabnya. Oke, kalau begitu aku anak-anak main-main dulu.

Posisiku disini bukan sebagai guru kelas, akan tetapi guru mata pelajaran yang ditugaskan di tiga kelas, kelas 4, 5 dan 6. Ada dua mata pelajaran yang aku ajarkan di masing-masing kelas tersebut. Jadi sudah menjadi tugasku standby dari pagi hingga sore di sekolah, karena kelas 4 dan 5 masuk siang. Guru disini kebanyakan lulusan D2 dan sambil mengajar mereka  meneruskan kuliah S1. Hal yang masuk akal kalau mereka terkadang tidak masuk mengajar dikarenakan harus pergi kuliah ke kota Majene, atau bahkan ke Makassar. Hal itu yang membuat aku harus siap untuk masuk ke berbagai kelas di setiap harinya.

Lonceng berbunyi, semua guru yang mengajar keluar kelas. Aku juga beralih menghampiri guru-guru yang sedang berkumpul di dekat kepala sekolah, dan sudah kupersiapkan pertanyaan untuk memperjelas bagaimana kelas untuk anak-anak mengajar. Sepertinya sebelum aku bertanya bapak kelapa sekolah sudah menyiapkan jawabannya.

“bagaimana jika kelas satu belajar di kantor, dan kelas dua kita pinjam kolong rumah tetangga samping sekolah?” tanya bapak kepala sekolah kepada semua guru yang ada.

“bisa pak, biar saya minta ijin dulu dengan pemilik rumah.”

Jika diingat memang ada untungnya membuat rumah panggung, dibawah bisa diapakai untuk apa saja, termasuk ruang kelas dadakan. Tak lama kemudian, semua bergotong royong membersihkan kolong rumah yang tak jauh dari sekolah tersebut. Mengangkat kursi dan juga meja, papan tulis pun diangkat, jadilah ini kelas dua dibawah kolong rumah.

Anak-anak yang lucu tersebut duduk memperhatikan dan berceloteh, tak lama kemudian seorang anak berteriak menarik tanganku.

“ibu guru murid kelas 2,  nambah 2” teriaknya seorang anak

“oh ya, siapa ?” tanyaku serius sambil mencoba mengenali dimana anak barunya..

“ itu bu guru, kambing... hahahahaha, “ semua tertawa mendengar celotehan itu.

Ya kelas kami, kelas kolong bawah rumah ini, berdampingan dengan kandang kambing. Disitu juga bergelantungan pisang, bersebelahan dengan jemuran coklat, dan juga anjing yang bisa keluar masuk, atau bahkan belajar juga bersama kami. Kelas kami, bak sekolah alam, sekolah bersama alam dan lingkungan yang langsung berdampingan bersama kami.

Sudah selesai semua, anak-anak kusuruh duduk.

“ayoo semua duduk, kita akan bernyanyi’ kataku. Belum menuliskan di papan, dan mencoba menyanyikannya, rupanya anak-anak mulai gelisah. Dan salah seorang dari mereka menghampiriku..

“bu guru gatal..” kulihat tangan dan kakinya yang penuh bentol. Tak lama kemudian menyusul anak-anak lain yang ternyata juga gatal-gatal. Aku pun langsung bertanya “ hayooo, sudah pada mandi belum?” dan anak-anak menjawab “sudah bu guru...”

Ternyata nyamuk disini memang ganas, aku berlari menuju warung dan membeli obat nyamuk bakar. Rupanya obat nyamuknya tidak mempan. Akhirnya aku bersama anak- anak berjalan menuju kerumah, yang letaknya sekitar 500 meter dan mendaki itu, untuk mengambillotion anti nyamuk. Sambil terengah-engah peluh bercucuran kembali ke sekolah, aku memberikan anak-anak lotion tersebut. Mereka mengoleskannya, sambil berteriak harumm....

Itulah kelas kami, kelas yang penuh keceriaan, kepolosan, kelucuan anak-anak yang setiap harinya berteman dengan kambing, kucing dan anjing.. Selamat Belajar di Kolong Rumah... :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua