Belajar di Museum

Syarifah Hanim 4 Maret 2012

Sore itu aku berbincang-bincang dengan seorang muridku yang kembar. Mereka berdua kembar dan terkenal sebagai anak yang berkelebihan energi, atau bisa dibilang tingkah lakunya kadang bikin geleng-geleng kepala. Mereka berdua sering berkunjung ke rumah, tapi belum mudah untuk mengajak mereka berkonsentrasi belajar, yang ada di rumah mereka bermain kelereng atau monopoli dan ular tangga.

Namun begitu, mereka memiliki kehebatan adalah selalu bergantian ranking, peringkat yang mereka peroleh bisa bergantian, meskipun tidak bisa menempati urutan pertama, tetapi mereka selalu menyabet gelar lima besar.

“Mukhsin, kira-kira kalau belajar itu enaknya ngapain?” tanyaku sambil melihat mereka bermain kelereng.

“Jalan-jalan bu guru, sambil bermain gitu” jawab kembarannya Mukhlis.

“Iya, misalnya tu ya bu guru, ke amerika, belanda, jepang, seperti yang dimonopoli itu buguru..” jawab kembar satunya.

“Hahaaa, boleh, kalau kamu mau pasti bisa,” jawabku

“Ah mana mungkin, naik mobil aja mabuk, apalagi ke amerika bu guru, pasti tidak boleh muntah-muntah” ledek teman mereka.

“ iyaa, nanti kalau muntah dipesawat dimarahin sama pramugari” kataku ikut meledek.

Sejenak terfikirkan tentang rencanaku melakukan perjalanan bersama anak-anak keluar desa, dan tentunya masih dalam kegiatan belajar mengajar. Yang terlintas dalam benakku waktu itu adalah sebuah perjalanan yang menggembirakan dan melatih anak-anak agar terbiasa bepergian keluar desa agar peta pemikiran mereka jarak 5km dari rumahnya itu jauh, lenyap. Ya, kebanyakan orang disini, menganggap desa sebelah itu jauh apalagi keluar kota, apalagi keluar pulau Sulawesi itu adalah hal yang tidak pernah terfikirkan oleh mereka. Sehingga untuk menyekolahkan anak meeka jauh-jauh itu tidak mungkin, banyak ketakutan-ketakutan yang membelenggu gerak mereka untuk maju.

Teringat juga rapat BOS minggu lalu, yang sudah menganggarkan dana untuk kegiatan ekstrakurikuler anak-anak. Inilah saatnya untuk membuktikan bahwa omongan kepala sekolah adalah benar. Aku dan wali kelas 3 dan 4 mengajukan proposal kegiatan untuk siswa berkunjung ke museum. Ya, Majene punya satu museum yang lumayan untuk dikunjungi dan berguna menambah wawasan anak-anak. Terlebih mereka akan melakukan perjalanan sekitar 2 jam untuk sampai dikota, waktu yang lumayan untuk mencoba daya tahan tubuh anak-anak terhadap kendaraan. Hehee

Rencananya kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan siswa, menambah kecintaan mereka terhadap budaya asli mereka sendiri yaitu budaya Suku Mandar. Selain itu mereka juga akan mendapatkan pengalaman bahari, karena kami juga akan mampir ke beberapa pantai yang pasti akan kami lewati jika akan pergi ke kota.

Semua rencana itu akhirnya kami jalankan dengan sukacita, memakai dana BOS yang memang dipergunakan untuk siswa belajar. Dan belajar itu sekreativ mungkin tidak harus disekolah. Wali kelas 3 dan 4 memberikan tugas kepada siswa berupa pertanyaan yang berkaitan dengan museum dan kunjungan yang mereka lakukan. Mereka juga berlatih untuk menulis pengalaman mereka, dan apa yang mereka rasakan selama belajar di Museum.

Kesenangan kami bertambah ketika pihak Museum menyambut baik kedatangan kami, kepala museum langsung membagi beberapa guide sesuai dengan kelompok anak-anak. Mereka bertugas menjelaskan kepada anak-anak secara terperinci apa saja yang ada dimuseum, kaitannya dengan sejarah, kaitannya dengan budaya, dan nasionalisme kebangsaan Indonesia.

Sepulangnya, walaupun banyak anak-anak yang mabuk perjalanan, tapi mereka terlihat senang. Mereka bertambah akrab dengan kepala sekolah, mereka juga bertambah pengalaman baru. Terlebih mereka sampai saat ini sering mengulang-ulang cerita perjalanan suka cita mereka dimuseum..

Disini senang... Disana senang, dimana-mana hatiku senang...

Dikota senang... Di desa senang, dimana-mana hatiku senang...

La la la la la la la la

(Lagu yang dikumandangkan selama perjalanan ke museum)


Cerita Lainnya

Lihat Semua