Pilihan Orang-orang Terpilih

Surahmansah Said 7 Oktober 2011

            Jika kita melihat kondisi kekinian bangsa ini khususnya dalam sektor pendidikan pasti akan banyak timbul pendapat yang berujung kepada perdebatan yang tidak akan henti-hentinya menimbulkan persoalan. Sebut saja, penyebaran guru dan fasilitas pendidikan yang tidak merata, kecurangan pelaksanaan Ujian Nasional dan masih banyak lagi masalah yang dapat kita temukan. Tapi apakah cukup dengan berdebat saja tanpa menghasilkan sesuatu yang nyata. Nah, disinilah Indonesia Mengajar muncul dengan membawa keyakinan bahwa “Curse the darkness or light the candle”. Apakah kita ingin terus menerus menyalahkan kegelapan atau menyalakan cahaya lilin. Tentunya kita ingin mencari solusi dengan tindakan yang nyata. Berdasarkan hal itu maka program ini mempunyai dua tujuan utama yaitu mengisi kekurangan guru dengan memasok pengajar-pengajar berkualitas dan memberikan pengalaman hidup tersendiri didaerah rakyat kebanyakan di daerah terpencil.

            Berawal dari Road Show pertama program ini di kampus saya Universitas Hasanuddin oleh Pimpinan langsung dari Yayasan Indonesia Mengajar yaitu Bapak Anies Baswedan pada awal bulan Januari tahun 2011, program ini pun mulai terdengar nyaring di telinga lewat informasi dari teman. Saya pun tentunya antusias untuk mengikutinya sembari ingin lebih mencari tau apa seh yang ditawarkan oleh program ini.

            Hari itupun tiba dan saya pun datang di acara tersebut bersama teman dan rekan-rekan mahasiswa lain yang cukup memadati baruga tempat kegiatan berlangsung. Pak Anies pun menyampaikan program ini secara sistematis mulai dari landasan hingga tujuan program ini. Saya pun mulai merasa tertarik untuk ikut bergabung dan satu kata dari beliau yang menjadikan saya untuk termotivasi bergabung dalam program ini yaitu PENGABDIAN. Karena beliau mengatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk menuntaskan salah satu janji kemerdekaan yang tercantum dalam UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” dan lewat program inilah hal itu bisa tercapai.

            Namun keputusan untuk mengikuti program ini menghadapi banyak rintangan. Diantaranya restu dari orang tua dan dukungan dari teman. Ini disebabkan lokasi penempatan yang jauh dari kemewahan (daerah terpencil), sistem kerja yang menggunakan kontrak selama 1 tahun, mengajar di SD yang berbeda dengan latarbelakang pendidikan saya yaitu kesehatan, dan masih banyak hal lain lagi yang menjadi pertimbangan mereka. Akan tetapi hati kecil saya terketuk dan berkata bahwa inilah pilihan perjalanan hidup saya untuk 1 tahun kedepan.

“Aku ingin mengabdikan diriku untuk bangsa ini selagi aku mampu”.

            Proses seleksipun berlangsung selama ± 3 bulan, dari sekitar 4.300 pendaftar di seluruh Indonesia akhirnya berhasil tersaring dan layak untuk mengikuti program ini yaitu sebanyak 72 orang dan Alhamdulillah salah satunya saya sendiri dari Universitas Hasanuddin. Tentunya sebagai manusia terdapat sebuah kebanggan tersendiri bisa terlibat dalam program ini.

            Tepat pukul 06.00 pagi di hari Senin 25 April 2011, aku pun berangkat menuju Jakarta dengan menggunakan pesawat. Hal ini pun menandakan bahwa “Selamat tinggal kenyamanan kota, selamat tinggal keluargaku, dan selamat tinggal kampus merah” untuk jangka waktu setahun kedepan. Hal-hal yang berbau aktifitas kota metropolitan siap dilepas demi sebuah cita-cita ibu pertiwi.

            Beberapa saat kemudian akupun tiba di bandara dan langsung ke sekretariat Indonesia Mengajar di Jl. Galuh Kebayoran baru Jakarta Selatan. Kakiku pun melangkah dengan pasti dan yakin menelusuri setiap jalan yang saya lalui menuju ke tempat pelatihan tersebut dan hal inilah juga menandakan bahwa “Selamat datang kehidupan baru dan selamat datang perubahan”.

            Pelatihan pun berlangsung selama 7 minggu yang cakupan garis besar materinya yaitu Pedagogis dan Kepemimpinan. Banyak hal yang kami dapatkan disini, mulai dari pembukaan kegiatan yang sangat khidmat dengan alunan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Padamu negeri yang memberikan isyarat bahwa kami ini ingin berbuat untuk tanah air tercinta ini. Berlanjut ke kegiatan di Rindam Jaya yang langsung dilatih oleh bapak-bapak dari Angkatan Darat, disini kami mendapatkan banyak hal tentang kedisiplinan, keberanian, semangat kebersamaan, dan tentunya nasionalisme.

            Kemudian pelatihan pun berlangsung terus menerus hingga kami di pertemukan dengan beberapa tokoh-tokoh inspiratif nan intelek di negeri ini. Tentunya mereka membagi pengalaman dalam hal kepemimpinan dan hal-hal lain. Sebut saja Andrea Hirata (laskar pelangi), Pandji (artis), Iwan Setiawan (9 summers 10 autumns), Rene Suhardono (CareerCoach), Efek Rumah Kaca (penyanyi), hingga Bapak M. Jusuf Kalla (Ketua PMI / mantan wakil Presiden RI) dan masih banyak tokoh-tokoh lain. Kami mendapat banyak pelajaran dari mereka dan tentunya hal itu menjadi modal kami di masa yang akan datang dalam membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Dalam hal pengajaran pun tentunya tak luput dari pelatihan ini karena inilah salah satu menu utama kami yang nantinya diaplikasikan langsung di daerah penempatan. Masih terbayang dalam ingatan yaitu susahnya penyusunan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) hingga ke praktek mengajar namun hal ini menjadi terasa mudah dengan bantuan para instruktur yang sangat profesional dalam bidang ini.  

            Selama pelatihan berlangsung, ada satu hari yang merupakan moment yang sangat kami nanti-nantikan kedatangannya. Tak lain dan tak bukan adalah pengumuman penempatan kami nantinya di tempat tugas selama 1 tahun kedepan. Mungkin kami semuanya berharap-harap cemas dengan hal itu namun disisi lain kami semuanya sudah siap ditempatkan dimana pun. Hari itupun tiba dan “Indonesia Memilih” (gaya Indonesia Idol) saya ditempatkan di Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat bersama 10 teman lainnya. Perasaan haru dan senang pun bercampur aduk menjadi satu dalam sebuah optimisme dalam diri untuk mengabdikan jiwa dan raga ini untuk bangsa Indonesia.

             Saat deployment pun tiba, kami 72 orang pengajar muda siap diberangkatkan ke daerah penempatan masing-masing dan Bapak Boediono (Wakil Presiden RI) secara resmi melepas kami di Istana Wakil Presiden. Moment inipun juga secara pribadi sangat berkesan bagi saya karena bisa berjabat tangan langsung dengan pemimpin no.2 di negeri ini dan bisa meninjakkan kaki di Istana Wapres yang tentunya juga merupakan kebanggan tersendiri.

             Singkat cerita, di saat saya menyelesaikan tulisan ini, hari ini saya telah terhitung berada didaerah kalimantan selama 3 bulan. Tidak ada penyesalan dalam menjalani semua ini karena disinilah saya menemukan ketenangan, disinilah saya mendapatkan keluarga baru dilingkungan masyarakat baru, disinilah saya belajar tentang toleransi beraagama dan tentunya disinilah juga saya bisa menginspirasi dan terinspirasi dari anak-anak di SDN 05 Landau Badai.

**********“Inilah Sebuah Pilihan Orang-orang Terpilih”**********

         


Cerita Lainnya

Lihat Semua