Pak, jangan pergi meninggalkan kami....
Surahmansah Said 31 Juli 2011Tak terasa sudah sebulan aku berada di desa ini dan waktu itupun juga menandakan bahwa aku sudah mulai siap menjadi kupu-kupu dewasa yang tak henti-hentinya menebarkan benih-benih optimisme kepada anak-anak bahwa mereka juga bisa bermimpi untuk masa depannya dan mengabulkannya.
Mungkin belum banyak hal yang telah saya lakukan selama waktu itu yang bisa membuat anak-anak bangga dengan saya. Apalagi selama 1 minggu pertama di tahun ajaran baru di sekolah, saya belum pernah bertatapmuka langsung dengan anak-anak pada saat jam pembelajaran karena rentang waktu itu digunakan untuk pembersihan kelas dan lingkungan sekolah. Hanya pada saat sore dan malam hari yang bisa kami gunakan untuk mengenal satu sama lain lebih dekat melalui bermain, olahraga, dan belajar. Tapi waktu yang terbatas itu sudah bisa meyakinkan dan membuat hati saya terketuk bahwa anak-anak ini adalah alasan saya berada disini dan merasa punya tanggung jawab untuk membantu mereka meraih cita-citanya demi masa depan yang lebih cerah.
Sehingga aku pun sudah mulai merasa betah tinggal disini dan sulit untuk meninggalkan mereka. Apalagi ketika senyum cerianya terbayang diingatan.
Tak disangka dan tak kuduga bahwa apa yang kurasakan itu ternyata juga bisa dirasakan oleh anak-anak. Ceritanya berawal dari sini.....
Pada minggu malam tadi (±hari ke-32) sekitar 2 jam yang lalu seperti biasanya anak-anak disekitar rumah berdatangan untuk belajar. Proses itupun berlangsung seperti hari-hari sebelumnya sejak saya memulai menyampaikan materi hingga usai pada malam itu. Akan tetapi diakhir pelajaran itu saya sempat menyampaikan pesan kepada mereka yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Isinya berupa nasehat agar mereka lebih rajin belajar, motivasi tentang cerita singkat mengenai pengalaman hidup saya, dan pesan pendek bahwa saya berada disini untuk mereka dan pada saatnya nanti akan meninggalkan mereka.
Seketika itupun sebagian dari mereka tertawa sambil mengeluarkan air mata. Aku pun menganggapnya saat itu adalah sebuah candaan dari mereka tapi hal itu menjadi tanda tanya dalam diri saya. Apakah penyebabnya ???.... (Aku pun berandai-andai, mungkin mereka merasa terharu dengan cerita saya dan tidak ingin bersedih didepan saya).
Foto diatas merupakan 2 tulisan dari 2 anak berbeda dipapan tulis yang sering kami gunakan belajar. Anak itu bernama Mita (kelas 6 SD) dan Desi (kelas 4 SD). Goresan tersebut mereka luapkan beberapa saat setelah kegiatan pada malam itu usai. Mereka menulis pesan itu ketika saya berada didalam kamar dan setelah saya keluar saya pun cukup kaget waauuuwww... dengan tulisan tersebut dan hingga tulisan ini saya buat saya pun tidak bisa berkata-kata. Mungkin sebagian orang hal ini biasa tapi menurutku tersimpan makna yang yang jauh lebih dalam.
Silahkan diartikan sendiri-sendiri.......
Untuk lebih jelasnya saya akan menulis kembali isi 2 pesan diatas :
Tulisan 1 :
dari mita untuk bapak pak,
jAngAn pergi
meninggAlkAn kAmi
KAMI semuA
sAyang sAmA
bApAk. jAngAn
dihapus sebelum
bApAk baca
YA sAlam mAnis mita
Tulisan 2 :
KAMI
SEMUA
SENANG
DENGAN
BAPAK BISA
HADIR di 05 L.
BADAI SALAM DESI
*******Landau Badai, 17 Juli 2011 (10.30 pm)*******
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda