info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Guru Kalemboade : Akhirnya sampai juga di dusun Penempatan 2

Slamet Riyanto 17 Mei 2013

Penantian berhadiah goyangan

Senin 9 Juli 2012 adalah salah hari yang saya tunggu, betapa tidak karena hari inilah anak-anak di SDN Inpres Baku akan memulai belajar di tahun ajaran baru. Hal ini berarti saya juga akan segera menuju desa penempatan sesuai dengan janji orang tua angkat yang juga merupakan kepala sekolah (ayah) dan juga guru (mama) di SD tersebut. Pagi di hari sabtu sebelumnya, saya beserta orang tua angkat sibuk mempersiapkan bahan-bahan kebutuhan untuk dibawa ke dusun penempatan. Sebagai sebuah tradisi bagi keluargga ini untuk mempersiapkan secara detail mulai bahan makanan, pakaian, sampai bahan bakar seperti minyak tanah karena tidak akan ditemui bahan-bahan itu disana. Persiapan pun dirasa sudah cukup, otto trak (truk) yang menjadi trasportasi utama menuju dusun penempatanpun sudah dipesan. Malam yang dingin hari itu menemani persiapan mental yang coba saya siapkan. Cerita tentang makhluk penunggu dusun, tentang jalanan yang tidak bisa dilewati kendaraan, hingga anak-anak yang super duper bandel (versi kepala sekolah) saya coba jadikan bagian penguat mental saya. Apapun yang terjadi semoga itulah yang terbaik untuk saya, karena didunia ini tidak ada yang kebetulan, semua pasti ada hikmahnya.

Suasana sunyi malam itu begitu mendalam, seakan menemaniku dalam pergulatan mental yang rasanya ingin segera ku sudahi hingga tiba-tiba kesunyian terpecah dengan dering suara handphone Mama yang begitu keras.  Isi pesan dari telpon itu juga seakan mencoba akan menghancurkan bangunan mentalku dimana Mama bilang bahwa adiknya masuk rumah sakit sehingga kemungkinan agenda ke desa penempatan esok akan ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Betapa tidak karuan perasaan saya waktu itu, berapa hari lagikah saya akan sampai ditempat tugas saya, sampai kapankah saya harus menunggu, betapa saya sudah tidak sabar bertemu anak-anak yang akan menjadi sahabat setahunku, dan sampai kapan saya punya cerita tentang desa penempatan seperti kawan-kawan yang lain. Malampun menelan kegelisahan saya malam itu hingga memaksa mata terpejam di tengah kegelapan. Momen awal ajaran barupun terlewati dihari itu, hingga sorenya saya dikabari bahwa besok kita jadi berangkat. Dalam hati saya hanya bisa berdoa agar diberikan yang terbaik untuk hari esok atas perjalanan kami.

Selasa 10 Juli 2012, Pagi hari yang terik mengiringi persiapan kami mengangkut barang-barang yang akan dibawa ke daerah penempatan. Setelah beberapa saat akhirnya truk yang kami tunggu-tunggupun datang. Kamipun langsung naik setelah semua barang dimasukkan kedalam truk. “Inilah kendaraan utama kita menuju ke Baku Pak guru, Pak guru suka bergoyang?” tanya sopir truk dengan suara keras mencoba mengalahkan bising bunyi mesin truk. “Goyang apaan Om” tanyaku penasaran, tak terlihat ada satupun fasilitas pemutar musik di truk tua itu. “Yah lihat nanti aja pak guru.. siap-siap ya”. Dengan muka agak bingung, sayapun hanya terdiam menikmati perjalanan menyusuri perkampungan di Kecamatan Lambu. Seiring waktu berlalu suasana perkampungan berganti menjadi suasana perbukitan yang nampak kecoklatan akibat rumput yang tidak segera terguyur hujan. Suasana pantai yang meluas membiru pun menyusul perjalanan kami.

Tidak berapa lama, akhrinya kamipun tiba di ujung jalan aspal, berlanjut pada jalan berbatu yang sedikit rusak. Sopir truk pun langsung menyela suara bisik truk “Ayo pak guru siap-siap bergoyang”. Benar saja, tak seberapa lama truk mulai bergoyang kanan kiri mengikuti gelombang jalan yang tidak menentu. Inilah salah satu hadiah perjalanan kami, bergoyang tanpa musik selama berjam-jam. Ternyata bukan semakin reda goyanganya, tertapi semakin menjadi seiring dengan semakin rusaknya jalan menuju dusun Baku. Tebing-tebing curam, jalan yang terjal mengiringi perjalanan kami selanjutnya. Jantung semakin berdegub kencang dan sesekali goyangan truk membuat para penumpang dibelakang berteriak-teriak agar sopir lebih berhati-hati. Salah sedikit mereka dapat terpental dan jatuh.

Akhirnya kamipun sampai di dusun penempatan. Mulut tak kuasa angsung ternga-nga melihat ternyata masih ada perkampungan di tengah hutan yang dikelilingi pegunungan yang seolah menjadi benteng pelindung kampung. Sebuah dusun yang sangat indah dan menyirnkan semua opini masyarakat akan desa ini. Hanya ada satu kata yang dapat terucap yaitu indah, indah, dan indah. Semoga cerita setahun saya disini seindah pemandangan dusun ini. Dusun Baku, bukan dusun hantu tetapi dusun yang dianugerahi keindahan tiada tara, gunung,hutan, ladang,padang rumput, sungai, pantai, dan lautpun menyatu menggoreskan lukisan keindahan yang tak ternilai. Bagai surga tersembunyi yang diciptakan untuk penduduk yang ikhlas hidup disana.


Cerita Lainnya

Lihat Semua