info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Merangkai Aksara, Mencipta Karya (1)

Siti Nursari Ismarini 15 Oktober 2014

Mungkin kita memang tidak dapat menulis semua hal,  tapi bukankah kita selalu menulis apa yang bagi kita berarti?

 

Ada yang istimewa ketika aku menikmati menyalin tulisan demi  tulisan karya puisi anak-anakku malam ini ke dalam layar laptopku. Kembali, aku belajar dari mereka.

**

Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2014 di Jakarta. Acara ini baru aku ketahui dua hari menjelang tenggat waktu pengumpulan karya dengan kondisi aku yang sedang berada di kota untuk agenda pengajar muda Bima dan anak-anakku yang sedang berada di desa. Menurut kalkulasi sederhana logika, aku tidak punya waktu untuk mengikutsertakan anak-anakku dalam kesempatan ini. Terlalu singkat dan tergesa-gesa, itu kata rasionalku.

Tapi, aku selalu percaya, kesempatan itu tidak datang hanya dengan berpangku tangan. Kesempatan itu perlu diperjuangkan dengan sebenar-benar kesungguhan. bukankah Tuhan Maha Mengabulkan Permohonan?

Siapa yang tidak terpesona ketika setiap masuk kelas, mereka selalu memberikan surat-surat cantik berisi kalimat motivasi untukmu? Kadang lengkap dengan gambar wajahmu sekaligus oleh-oleh buah dari kebun mereka.

“Ibu Ririn cantik, semangat ya! : )”

Siapa yang tidak terpana ketika setiap kamu pulang kelas, mereka kembali menyelipkan surat-surat yang berisi permohonan maaf jika mereka merasa berbuat salah pada ibu guru mereka pada hari itu?

“Ibu Ririn, maaafkan kami ya Bu. Anak-anak laki memang naka siil.”

Siapa yang tidak bersemangat ketika kamu mengajak mereka menulis surat untuk sahabat pena di seberang pulau, mereka dengan antusias dan berbinar menuliskan surat terbaik mereka—yang kadang bisa berlembar-lembar lengkap dengan gambar terbaik mereka?

“Seperti apa sii Papua tuu? Kalau di sini, kami banyak hewan, sapi, kambing Kalau jalan-jalan kamu ke mana? Kalau kami jalan-jalan ke pantai dan gunung. Banyak pantai, ada ampuramu, wadubaba, ….”

**

 

Bukankah hidup adalah tentang bertemu dengan tantangan demi tantangan? Bukankah tantangan hadir untuk ditaklukkan dan mendewasakan?

Aku bisa melihatnya, merasakannya—anak-anakku menembus batas mereka: membuka jaringan lebih luas, bertemu teman-teman se-Indonesia yang memiliki kegemaran sama dengan mereka—merangkai aksara menjadi karya. Karena memang itu yang mereka suka dan mereka bisa dengan sepenuhnya.

 Lantas pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana?

Ingatkan saja, Tuhan selalu punya banyak cara membukakaan pintu jalan-Nya bagi mereka yang percaya, terus berusaha, dan tak henti berdoa.

 

(bersambung)


Cerita Lainnya

Lihat Semua