CLASS MEETING GURU DAN KEPALA SEKOLAH PM TBB BERSAMA Ir. RIA ANDARI M.Pd (KABID. PENDIDIKAN DASAR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG)

Sani Novika 15 Oktober 2014

Salah satu pendidikan program Indonesia Mengajar adalah fokus pada perubahan perilaku individu dan seluruh pemangku kepentingan sebagai sebuah kesatuan entitas serta memastikan atau membangun komunikasi aktif dan positif di dalam entitas tersebut.

Membangun komunikasi aktif dan positif di antara para pemangku kepentingan pendidikan daerah. Sound crispy but tought. Oke, sebelum melangkah lebih jauh mari kita definisikan siapa saja pemangku kepentingan tersebut. Guru? Kepala sekolah? K3S? Pengawas? Koordinator Pengawas? Kepala UPTD? Dinas pendidikan beserta jajarannya? Bupati? Yap semuanya.

Dan jangan lupa kawan, hubungan diantara semuanya hierarkial dan birokratis. Salah-salah, walaupun niat awalnya cuma bersilaturahmi, kulo nuwun sebagai pendatang kemudian kelepasan bicara tentang keadaan sekolah nanti malah dianggap melakukan dosa birokratis, potong kompas dan ketersinggungan hierarkial lainnya.

Tapi tenang, tidak semuanya begitu kok, walaupun ya tetap sopan-santun ungguh-inggih birokratis harus tetap dijaga. Dengan itu semua, kok bisa, PM sebagai pendatang malah dipercaya oleh pemangku kepentingan daerah seperti kepala dinas pendidikan atau bupati untuk berkoordinasi membuat suatu acara untuk kemajuan pendidikan daerah? Padahal secara logika, kami semua adalah orang asing. Stranger. Apakah kecilnya ingusan atau sampai umur tujuh tahun masih ngompol,misalnya. Hehehe. Just kidding

Apa yang membedakan PM dengan guru-guru di penempatan? Kualitas? Jelas tidak. Kebanyakan dari kami bahkan basic-nya bukan dari jalur pendidikan. Tentu tidak dapat dibandingkan dengan guru yang selama puluhan tahun, sangatlah expert dalam mendidik. Pengalaman? Apa lagi. Banyak dari kami yang pertama kali ini mengajar.<

Rumusnya sederhana. Hanya semangat dan kepercayaan diri. Itu saja. Mengingat kisah PM-PM pertama yang bahkan saat ingin bertemu kepala dinas pendidikan atau bupati, harus di-pingpong, lempar bagian sana, lempar bagian sini padahal waktu tempuh ke kabupaten tidaklah sebentar dan murah, dan kami hanya ingin membantu. Tapi kami, tidak menyerah. <

Kepercayaan diri? Iya betul, karena pada faktanya, beberapa guru atapun kepala sekolah berkualitas di tempat kami merasa segan untuk berhadapan atau berkoordinasi dengan pihak dinas pendidikan. Merasa tidak cukup mampu berbicara ataupun takut salah bicara. Padahal para pemegang kebijakan pendidikan daerah tentu juga membutuhkan feedback dari para ujung tombak pejuang pendidikan, terutama di daerah-daerah yang jauh dari kota kabupaten. Begitulah karena alur kebijakan kebanyakan top down maka sering terjadi kesalahpahaman, dan beberapa pihak yang merasa tidak diperhatikan.

Sedangkan kami, sekumpulan anak muda dengan rompi yang berdebu kena semprot truk lintas timur, kumal karena tiga jam naik motor sejak subuh, dengan kepercayaan diri yang nyaris menyerempet kenekatan diri, sering saja berkomunikasi dan sharing ini itu dengan dinas.

Kepercayaan diri dan semangat. Dua hal tersebut yang disadari dan diketahui betul oleh Bu Ir. Ria Andari M.Pd menjadi salah satu permasalahan guru-guru di daerah. Oleh karena itu, bertempat di SDN 01 Bangun Jaya, Gunung Agung, TBB, beliau datang langsung melakukan sharing bersama guru-guru, kepala sekolah, pengawas dan koordinator pengawas di tiga kecamatan daerah penempatan PM TBB yaitu Way Kenanga, Gunung Agung dan Gunung Terang.

<

Ya, Bu Ria, begitu beliau biasa disapa, berkat kecintaan beliau akan pendidikan diduetkan dengan kenekatan kami untuk terus menerus meminta di ‘jenguk’ cuti satu hari, demi melakukan kelas inspirasi di SDS Terang Agung dan juga menyelenggarakan Class Meeting di Bangun Jaya.<

Tidak nampak raut lelah beliau saat berdiskusi seru dengan para guru, padahal acara dilaksanakan sampai menjelang magrib. Rata-rata guru kami mengeluhkan ketiadaan fasilitas, gedung rusak dan lain sebagainya.

Bu Ria membagikan tips alur dalam pengajuan proposal bantuan pendidikan dengan sedikit rahasia yaitu semangat dan kepercayaan diri itu tadi. Kalau mau gedung sekolahnya diperbaiki ya harus berusaha, guru maupun kepala sekolah harus aktif dengan semangat dan percaya diri berkoordinasi dengan dinas. Tidak boleh menyerah hanya karena lika-liku birokrasi.

Tidak hanya itu, guru-guru juga banyak bertanya dan aktif berdiskusi mengenai tantangan dan hambatan pelaksanaan kurikulum 2013 dan pembelajaran kreatif.<

Bu Ria, mencatat semuanya dan berjanji akan menindaklanjuti sebagai bahan evaluasi. Class meeting pun berlangsung berjam-jam dengan suasana cair, akrab, aktif dan kekeluargaan. Bu Ria juga berpesan, untuk tidak boleh kalah dengan usia dan menjadikannya sebagai alasan, justru usia matang harus mencerminkan makin matangnya juga semangat untuk cinta pendidikan.

Menjelang magrib, bersamaan dengan senyum guru-guru yang makin lebar setelah mendapat banyak pencerahan, mata saya yang berkaca-kaca karena merasakan semangat para pemangku pendidikan daerah kami untuk bergerak maju dan senyum lebar teman-teman PM lainnya, class meeting pun berakhir.

Dan tahu tidak yang membuat saya makin bahagia? Beberapa hari kemudian, saat jam istirahat saya melihat Pak Suyono, guru olahraga di SD saya, duduk di bawah rindangnya pohon akasia sambil mendengarkan sesuatu di handphonenya.

“Wah lagi asyik mendengarkan lagu nih pak?”

“Eh bukan bu Sani, saya sedang mendengarkan rekaman acara Bu Ria pas hari rabu itu lho, saya kok rasanya selalu semangat mengajar pas saya dengar lagi pidatonya”

Subhanallah. Kawan, kali ini saya percaya bahwa semangat itu benar-benar menular.

Bangun Jaya, midnight, 14 Oktober 2014

Specially decicated to Bu Ir. Ria Andari atas suntikan semangatnya bagi kami, PM I, III, V TBB yang membabat alas, jejaring yang luas sampai provinsi dan track reccordnya yang luar bisa, PM VII TBB yang entah pakai baterai apa selama 10 bulan ini. Me, Just very happy became a little part of this history.


Cerita Lainnya

Lihat Semua