Perang!

Siti Soraya Cassandra 4 Agustus 2012

Perang.

Sebuah permainan anak yang dilakukan oleh semua anak laki-laki (SD dan SMP awal) di Desa Lumasebu. Mereka bermain perang di darat, di dalam kampung, atau di pantai. Mereka membuat bola bom dari pasir dicampur lumpur dari laut. Mereka taburkan pasir banyak-banyak sampai bola bom itu menjadi besar. Mereka melakukan ini hampir setiap sore.

Berbagai cerita perang pun muncul melukiskan kejadian-kejadian yang terjadi dalam perang.

Suatu hari, Risal bercerita panjang lebar tentang kejadian perang di hari itu:

 

“Ibu, tadi bet perang dengan anak-anak semua. Aleka menangis Ibu, dia seng kuat tahan dia punya air mata. “

“Kenapa Aleka menangis?”

“Melkias lempar dia punya batu ke Aleka. Aleka seng kuat tahan dia punya air mata.”

“Trus, apa yang terjadi?”

“Aleka bilang, Parapa!

“Parapa?”

“Iya Ibu. Parapa! Parapa itu seperti stop. Dia seng mau ikut lagi.”

“Oh, trus?”

“Iya lalu Aleka marah. Dia bilang, heh buang, tangan lawan tangan sini. Setelah itu seng ada yang berani.”

“Lah, yang paling jago siapa, yang paling kuat?”

“Ibu, Melkias itu paling jago. Melkias itu, dia keluar lalu dia bilang langsung, Yang nama Niko dan punya adik Meki itu, lawan beta! Niko dan Meki seng berani Ibu, mereka langsung lari. Melkias itu, dia bilang, Tunggu, beta akan bunuh satu-satu! Melkias itu, dia otak su miring Ibu!”

“Niko takut Melkias? Niko Batlajery?”

“Iya Ibu. Niko takut Melkias, Melkias takut Aman, Aman takut Aleka, Aleka seng takut siapa-siapa! Aleka bunuh semua!”

“Hah? Aleka? Aleka??” (Aleka itu anak yang manis, dia cenderung diam, cenderung tenang. Tidak akan pernah menyangka dialah yang paling ditakuti!)

“Iya Ibu! Aleka itu kalau perang itu su gila Ibu. Semua seng ada yang berani lawan Aleka!”

“Oh trus?"

“Itu Melkias pukul dong sampe menangis trus Toni bawa kayu! Tantang sekali dia Ibu! Dia bilang, Siapa jago lawan beta! Beta pakai kayu! Beta langsung tanya, Toni jago? Beta tantang dia, Yang nama kucing duduk di muka beta, beta mau hantam dia! Beta kasih turun di Toni punya belakang!”

“Trus?”

"Begitu sudah Ibu...”

"Ada yang luka kaseng?”

“Seng Ibu, seng ada yang luka. Semua baik-baik sa, cuma menangis sa.”

"Hoo...”

 

And that’s a wrap.

Beginilah testimonial dari seorang prajurit dari medan perang. Risal pandai sekali mengingat segala sesuatu kejadian yang terjadi selama bermain dengan anak-anak. Ia tumpahkan semua yang terjadi dengan penuh ekspresi. Saya sangat senang mendengarnya. Walau mungkin Bahasa Indonesia yang digunakan tidak sesuai susunan SPOK yang seharusnya, gaya cerita yang mentah inilah yang memberi hidup pada kata-kata sederhana.

Perang.

Perang mereka ini tidak seperti tawuran. Walau keras dan kasar, mereka semua adalah satu keluarga besar, keluarga besa Lumasebu. Walau kata sayang langka keluar dari mulut mereka, ikatan antar masyarakat disini sangat erat. Perang usai, semua kembali seperti biasa. Mereka berkelahi lagi, tertawa lagi, berteman lagi. Semua berputar-putar saja di kehidupan anak-anak ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua