Hari Anak Nasional 2012 ala Lumasebu

Siti Soraya Cassandra 4 Agustus 2012

Desa Lumasebu yang mungil ini belum pernah merayakan Hari Anak Nasional sebelumnya. Bahkan banyak yang tidak tau apa itu Hari Anak.

Di tahun 2012 ini semua berubah. Masyarakat diperkenalkan dengan sebuah perayaan sederhana untuk merayakan kehadiran malaikat-malaikat kecil di desa mereka. Anak-anak mereka sendiri.

Untuk Hari Anak tahun ini, saya dan Risal sudah mulai mempersiapkan artibut anak dari jauh-jauh hari. Kami membuat headband atau semacam kalung kepala yang akan dikenakan oleh para siswa. Kalung kepala ini kami buat dari potongan-potongan kardus bekas yang kami hias dengan crayon. Saya gambarkan berbagai hal di atasnya, seperti gula-gula, rumah, pohon kelapa, hati, tiang bendera, kapal, dan masih banyak lagi benda-benda yang biasa diliat atau disukai oleh anak-anak desa ini. Risal membantu mewarnai dan memasangkan benang kasur di potongan-potongan kardus itu agar kalung itu bisa diikatkan di kepala anak-anak.

Setelah itu, kami juga mempersiapkan berbagai dekorasi. Saya menulis huruf-huruf besar H A R I A N A K N A S I O N A L 2 0 1 2 di atas potongan kardus bekas yang diwarnai oleh anak-anak. Kami juga mengumpulkan batang-batang kayu bekas sisa tebangan pohon di depan sekolah. Kami melilitkan kertas berwarna-warni di sepanjang batang agar batang tersebut menjadi unik. Batang-batang ini rencananya akan diberdirikan di bagian paling depan sekolah sebagai pajangan utama yang akan mengibarkan tulisan huruf-huruf Hari Anak Nasional 2012. 

Ketika hari H tiba, betapa meriahnya suasana sekolah dengan dekorasi dan kalung-kalung kepala yang telah kami buat bersama.

Anak-anak tampak lucu dan gembira ketika mengenakan kalung-kalung ini. Setelah pembagian kalung kepala usai, anak-anak dibariskan untuk ikut pawai Hari Anak mengelilingi desa. Ibu Bat, guru TK baru di desa ini, memimpin barisan dengan penuh semangat dan bersama-sama kita menyanyikanlagu-lagu kebangsaan sambil anak memukul botol-botol gen yang biasa mereka pakai untuk menimba air. Ibu Kepsek ikut meramaikan suasana dan menjaga di belakang barisan agar anak-anak TK yang tertinggal terjaga aman.   

Pawai semacam ini baru pertama kali dilaksanakan di Desa Lumasebu. Karena itu, anak-anak pun menjadi pusat perhatian dari seluruh warga desa. Masyarakat melihatnya penuh senyum dan tawa, terutama karena anak-anak tampak lucu sekali mengenakan kalung kepala yang lebih besar dari dahi mereka.

Sepertinya pawai ini berhasil meramaikan dan menggaungkan Hari Anak ke seluruh desa.

Setelah pawai usai, anak-anak kembali ke lapangan SD untuk mengikuti kegiatan selanjutnya yaitu mewarnai untuk kelas I-IV dan membuat origami untuk kelas V-VI. Kegiatan mewarnai sukar sekali dilakukan di desa karena keterbatasan dana untuk membeli atk seperti crayon, kertas mewarnai, dan spidol. Untuk soal origami pun sama. Mereka jarang sekali melihat kertas-kertas bewarna-warni yang bisa dilipat menjadi berbagai bentuk. Di hari ini, kami membuat origami hati, bunga, dan kucing. Mereka mengumpulkan daun, bunga, dan batang-batang yang telah berjatuhan untuk menghias origami mereka. Begitu indahnya...

Setelah kedua kegiatan itu usai, tiba-tiba terdengar suara pohon jatuh dengan sangat keras. Anak-anak semua langsung berteriak, “Ibu, kelapa! Kelapa Ibu!” Mereka semua langsung berlari menuju sumber suara. Saya pun ikut, ingin tau dimana pohon kelapa itu jatuh dan bagaimana pohon itu bisa tumbang.

Sampai di tempat, ternyata Ayah dari Ina sudah berjongkok di sebelah pohon kelapa yang ternyata sengaja ia tebang. Ia menebang pohon itu karena memang pohon itu adalah pohon miliknya dan ia ingin mengambil kelapa-kelapa mudanya. Semua anak-anak yang hadir di tempat diberikan satu kelapa. Saya pun mendapat satu dan langsung saya minum dan santap di tempat. Begitu nikmat! Benar-benar berbeda dengan kelapa di Jakarta.

Setelah menyantap kelapa, semua bubar. Semua pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat sejenak dan makan siang. Kegiatan Hari Anak di lanjutkan di sore hari dengan pertandingan bola antar tim-tim yang telah dibentuk di hari sebelumnya. Ada beberapa tim yang ikut bertanding, laki-laki dan perempuan. Ada Tim Garuda, Madu, Messi, Bintang, Brazil, dan Spanyol. Tim ini berdasarkan nama-nama yang mereka pilih sendiri.

Pertandingan sepak bola berlangsung dengan begitu hebohnya, sampai para pemuda-pemuda desa dan anak-anak SMP ikut menonton di sekeliling lapangan. Memang pertandingan ini dipersiapkan dengan niat yang matang. Bersama-sama, kami telah membuat batas lapangan dengan batang-batang pohon sisa tebangan. Guru olahraga Pak Ang juga telah membuatkan sebuah gawang kecil dari kayu-kayu yang ada di sekitar sekolah.

Tentunya sebagai pertandingan yang ditunggu-tunggu, semua bermain dengan penuh semangat, seakan-akan pertandingan ini adalah pertandingan yang sungguh-sungguh. Saya biasakan anak-anak untuk berkumpul di tengah lapangan dan berjabat tangan terlebih dahulu sebelum memulai pertandingan. Setelah bermain, saya biasakan mereka untuk berkumpul di tengah dan TOS. Mereka tidak pernah melakukan ini sebelumnya jadi mereka tampak kaget, bingung, sekaligus excited. Mereka sangat terbuka pada hal baru, untunglah!

Setelah pertandingan usai, semua pulang ke rumah masing-masing karena matahari pun sudah mulai terbenam. Hari Anak dimulai saat matahari terbit dan perayaannya pun berakhir ketika Matahari mengucapkan selamat tidur.

  

Di daerah terpencil seperti Lumasebu ini, kami ikut merayakan anak sebagai anugrah-anugrah mungil yang dititipkan untuk dimbimbing dan dibina. Kelak suatu hari nanti, mereka akan menjadi sosok-sosok yang bermanfaat bagi nusa, bangsa, dan sesama manusia  


Cerita Lainnya

Lihat Semua