I am in love when I wake up
Siti Soraya Cassandra 8 Juli 2012Desa Lumasebu..
Desa kesepuluh dari sepuluh desa di Kecamatan Kormomolin. Desa yang kutempuh dengan perjalanan darat selama tiga jam dari kota Saumlaki, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Desa kecil mungil dengan masyarakat manis, ramah, nan pemalu. Desa yang menghidangkan pantai sebagai pemandangan pertama saat aku membuka pintu depan rumah tempat tinggalku.
Saat pertama menginjakkan kaki di Desa ini, aku disirami oleh ratusan pandangan penuh heran, namun juga penuh harapan.
Dalam rangkaian acara yang mereka adakan untuk Dissa, PM II sebelumku, terlihat jelas bahwa mereka sangat bersyukur bahwa desa merekalah yang telah terpilih dari sekian banyak desa dan kecamatan lainnya untuk mendapat tenaga bantuan dari Indonesia Mengajar. Mereka sangat terharu melihat adanya perhatian dari luar, yang sering mereka anggap berasal dari pemerintah pusat, terhadap desa yang sungguh tidak dikenal oleh masyarakat Saumlaki sekalipun ini.
Di desa ini aku tinggal bersama Mama Ola dan Risal.
Hanya mereka berdua.
Mama Ola, seorang ibu dengan penuh kasih sayang yang hobinya memasak dan membersihkan rumah. Setiap hari ia pergi ke kebun untuk memetik sayuran untuk dimasak lalu ia ke sungai untuk mencuci pakaian-pakainnya. Sampai di rumah, ia akan memasak untuk makan siang lalu tidur siang sejenak setelah membersihkan rumah. Siang menjelang sore, Mama Ola biasanya kembali menuju kebun untuk mecari kayu bakar.
Aku senang sekali keberadaanku dapat menemaninya melakukan kegiatan-kegiatan ini. Walau tenaganya kuat sekali seperti badak, bukan fisik yang kukhawatirkan. It is the company that sometimes matters most. And now, I am her company, and she mine.
Awal aku mengenal Mama Ola dan Risal adalah pada tanggal 18 Juni, di saat hari berlomba dengan waktu untuk merebut sang sunset. Aku mengenalnya di saat senja, dalam kegelapan malam yang detik demi detik menyelimuti rumahnya. Listrik di desa sedang mati karena warga sedang krisis dan tidak ada yang bisa ‘nyetor’ uang untuk minyak. Biasanya, desa ini menggunakan listrik di malam hari, dari pukul 19.00-23.00. Namun sekarang, hanya satu rumah yang menyala terang benderang yaitu pastori, sebab pastori memiliki genset sendiri. Dari dalam rumah-rumah lainnya, hanya terpancar sebuah sinar kecil yang buram berwarna kuning-oranye, yaitu sebuah atau dua buah pelita.
Di rumah Mama Ola pun begitu.
Dan di tengah pelita itulah aku dirangkul hangat dalam kehidupannya.
Ia begitu ramah dan begitu senang dengan kedatanganku. Ia berkata bahwa rumahnya sunyi semenjak suaminya meninggal setahun yang lalu dan anak gadisnya pergi ke Ambon untuk bersekolah. Rumah sederhana yang cukup besar ini hanya disini oleh dirinya dan Risal saja. Apalagi dengan Dissa yang akan pulang, ia tidak terbayang jika tidak ada aku yang menggantikan Dissa, rumahnya akan kehilangan kemeriahannya.
Aku mengerti. Terkadang memang kita para perempuan butuh kehadiran perempuan lain sebagai wadah untuk berbagi, tempat untuk menyandarkan kisah hidup dan cerita sehari-hari. Baru beberapa hari saja, aku sudah merasakan hal ini. Berbagi cerita bukan hal yang canggung lagi untuk kami berdua.
Ya, di desa ini telah kutemukan rumah baru yang menghangatkan jiwaku.
Walau aku baru beberapa hari singgah di Desa Lumasebu, aku telah memeluk erat desa ini di hatiku sebagaimana aku telah dipeluk erat ke dalam kehidupan keluarga baruku. Hal ini paling kurasakan di detik-detik aku terbangun di pagi hari.
It is in beauty of waking up, on top of an old wooden bed, in a small enclosed bedroom with walls made of stone, under a hollow roof and wooden planks. It is in the melody of being awoken, by the hen and little chicks walking over my bed, chirping the morning away, offering the sweet melody of nature’s alarm clock.
The feeling I get in the seconds I awake. The seconds where you are conscious of your own muscles putting on that first smile on your face. The feeling that tingles you like a shot of hot cocoa.
Di desa ini aku sungguh telah merasa, I am in love when I wake up.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda