info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Doa untuk Si Tokoh Utama

Siti Nurul Adhimiyati 22 September 2013

Lagi-lagi kisah di novel, atau justru kisah novel yang diambil dari kisah nyata? Ah entahlah, setelah aku bertemu dengan pak Bin di novel Burlian, kini aku bertemu dengan Arai (Sang Pemimpi) versi Talang Airguci, yang sedikit lebih beruntung karena Arai-ku yang satu ini masih memiliki seorang nenek. Ya, hanya seorang nenek. Namun jangan salah kawan, neneknya adalah nenek yang tangguh. Meskipun sudah berstatus sebagai seorang nenek, tidak lantas membuat beliau patah semangat untuk membesarkan cucu terkasihnya itu. Kasih sayangnya ia buktikan dengan setiap hari mengantar cucu terkasihnya pulang pergi menempuh perjalanan menuju sekolah sejauh 6 km, tentu saja dengan berjalan kaki. Bahkan baru-baru ini kudapati, sang nenek dengan setia menunggu cucunya hingga mentari tak lagi menampakkan wajah sumringahnya karena harus berpamitan menuju peraduan, kemudian dengan senang hati beliau menemani perjalanan pulang cucunya meski hari sudah mulai beranjak malam. Semua demi melihat cucu terkasihnya itu mendapatkan kegembiraan selayaknya anak lain, yang saat itu berkesempatan untuk mengunjungi saudara-saudara mereka di Talang Tebat Rawas, daerah penempatan Ridwan Gunawan salah satu Pengajar Muda yang menjadi kawan seperjuanganku di Muara Enim ini.

 Julian, nama anak itu. Sudah yatim piatu sejak kelas satu. Sekarang hanya tinggal bersama nenek tangguh yang tadi kuceritakan kawan. Dibandingkan kawan-kawannya, anak ini terhitung cerdas. Kalau dia tidak mengerjakan PR, bukan berarti dia tidak mau mengerjakannya. Namun terlebih karena tidak ada seorangpun di rumahnya yang dapat menjadi tempat bertanya atau sekedar mengingatkannya untuk mengerjakan PR-nya. Kau bisa membayangkannya bukan, kalau kau tinggal bersama nenek-nenek, apa iya dia paham tentang PR yang diajarkan kepadamu di sekolah?. Kalau kau tinggal di tengah kota, dengan segala macam fasilitas, apalagi dengan harta warisan orang tua yang melimpah, tentu saja fasilitas les bisa kau dapatkan dengan mudah.  Nah, sayangnya sudah kukatakan di awal, ini adalah kisah novel nyata, karena memang Julian tinggal di sebuah talang (tempat yang lebih tertinggal dari desa), tak ada listrik, tak ada akses transportasi umum, apalagi fasilitas lengkap yang dapat kau dapatkan secepatnya. Kalau Julian berangkat sekolah hanya menggunakan sandal, bukan berarti ia tak mau memakai sepatu. Namun sepatu akan membuatnya semakin kesulitan untuk menempuh jalan berlumpur yang tiap hari dilaluinya.

Itulah hebatnya Julian. Satu hal yang tak dimiliki oleh banyak anak di negeri ini. Kau tahu apa itu kawan? Semangat Juang!!, Perjuangannya untuk menggapai cita-cita. Tak banyak anak di negeri ini yang menyadari bahwa mimpi mereka sudah direnggut oleh televisi. Mimpi mereka telah dijarah oleh teknologi.  Mimpi mereka hanya sebatas menjadi santapan empuk para pengobral janji.

Maka mulai sekarang maukah kalian membantuku mengirimkan doa untuk untuk Arai-ku, atau Arai arai kami yang lain kawan. Agar Tuhan senantiasa menjaga mereka dan memenuhi cita-cita mereka. Mengganti segala macam perjuangan mereka dengan segala sesuatu yang layak. Atau mungkin Tuhan akan memberi kesempatan pada mereka untuk ikut menjadi pemimpin bangsa kita. Karena kau, aku, mereka, kita semua tahu. Bahwa kita adalah saksi nyata, bahwa harapan bagi bangsa kita masih ada.


Cerita Lainnya

Lihat Semua