Tangga Cita-Cita. Aku Pasti Bisa!
Siska Ayu Tiara Dewi 10 Maret 2014Setiap orang pasti memiliki cita-cita, begitupun dengan anak-anak. Mereka pun juga memiliki cita-cita. Bahkan terkadang cita-cita mereka itu tidak pernah terpikirkan bagi orang dewasa atau justru sering dianggap remeh. Mereka unik, mereka polos. Cita-cita mereka mulia.
Ini cerita tentang anak muridku di kelas 5-6 (yang kebetulan berada di dalam satu ruangan) dan cita-cita mereka. Siang itu, selepas istirahat aku masuk ke kelas 5-6 seperti biasa setelah selesai mengajar di kelas 1 dan 2. Aku masuk dengan gulungan kertas plano besar dan sekotak krayon serta spidol.
A: “Apa itu Bu?”.
Tanpa berbasa-basi, aku serahkan kertas itu kepada mereka dan kemudian ditempelkan di dinding depan.
Kami menyebutnya “Tangga Cita-Cita”. Karena kami tau bahwa semua yang kita inginkan tidak ada yang instan, semua harus melalui perjuangan. Begitulah yang anak-anak muridku tau.
A: “Bu, saya nulis banyak boleh ya?”.
G: “Boleh, tulis saja apa yang kamu cita-citakan”.
Tiba-tiba semua berebut untuk saling mengutarakan cita-cita masing-masing.
A: “Bu, saya mau jadi orang kaya, supaya adik saya bisa sekolah”.
A: “Kalau saya mau jadi professor, Bu. Bukan jadi guru”.
A: “Saya mau jadi dokter sama ustadzah Bu, boleh dua Bu?”.
A: “Saya mau jadi tentara saja Bu, biar orang-orang yang jahat ini bisa saya tangkap”.
G: “Apapun cita-citanya, yang penting cita-cita itu adalah sesuatu yang baik ya”.
Begitulah celoteh anak-anakku tentang cita-cita mereka. Ditengah celoteh mereka, tiba-tiba aku menemukan salah satu cita-cita yang ditulis oleh anak muridku. Ia menuliskan, “Cita aku menjadi anak yang tidak nakal, suka menolong orang”.
Aku pun kemudian memulai diskusi dengan anak-anak itu.
G: “Nah, sekarang semuanya punya cita-cita. Pasti semua ingin cita-citanya terwujud kan?
Kalau begitu, Ibu mau tanya, apakah cita-cita itu bisa langsung terwujud? Misalnya, hari ini Lia berkata ingin jadi dokter dan ustadzah, apakah besok tiba-tiba Lia sudah langsung jadi dokter. Atau Fikram yang ingin menjadi profesor, apakah setelah nanti sampai rumah Fikram bisa langsung menjadi profesor?”
A: “Tidak bisa Bu”, jawab anak-anak serentak.
G: “Lalu, bagaimana caranya supaya bisa terwujud”, aku kembali bertanya.
A: “Belajar Bu”.
A: “Iya Bu, kita harus belajar. Tapi masih lama ini kita sekolah, masih ada lagi SMP, SMA, terus apa lagi mungkin”.
G: “Nah, kalu begitu apakah kita akan menyerah karena masih lama, masih banyak yang harus dilalui atau apapun?”.
A: “Nggak Bu”.
Diskusi yang panjang itu diisi dengan pendapat setiap anak. Ada yang berkata bahwa jika cita-cita kita akan terwujud kalau kita menurut kepada Bapak/Ibu Guru, mematuhi peraturan, dan ada juga yang mengtakan bahwa kita bisa mewujudkan cita-cita karena Allah SWT. Dan, diskusi itu pun kemudian berakhir dengan 7 tangga cita-cita yang harus dilalui jika anak-anak ingin bisa memujudkan mimpi mereka masing-masing.
*Ayo bantu anak-anak di sekitar kita agar tetap bersemangat untuk mewujudkan cita-cita mereka.
Salam hangat dari anak-anak Tambora, Bima.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda