Mengejar Cita Cita

ShofySeptiana 21 Maret 2016
Semua berawal dari sebuah cita-cita. Langkahku sampai di tanah papua hari ini membuatku yakin bahwa cita-cita itu bisa terwujud ketika ada tekad yang beriringan dengan takdir-Nya. Cita-cita layaknya jiwa yang mematik semangat agar terus berjuang untuk menjalani kehidupan. Tanpa adanya, kehidupan bak bertamasya tanpa tujuan. Cita-cita bukanlah mimpi yang hanya terjadi saat terlelap, lebih dari itu cita-citalah yang membangunkan pagi yang cerah untuk segera bergegas menggapai masa depan. Berbicara soal cita-cita, saya akan bercerita tentang salah satu siswa kelas 2 SDN Inpres Aboding, Desa Kungulding, Distrik Okaom yang begitu menginspirasi. Namanya Brian Kalakmabin. Semangatnya dalam menuntut ilmu patut dijadikan panutan untuk terus berusaha meningkatkan kapasitas diri. Panasnya terik matahari atau bahkan sayup-sayup gemuruh hujan, tak menggentarkan semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Jalan yang ditempuh menuju SDN Inpres Aboding, Desa Kungulding menghabiskan waktu 45 menit. Jalanan berliku, kerikil berbatu, tanah lumpur, tebing yang menjulang tinggi, dan kabut yang tak jarang merabunkan mata sudah menjadi teman sehari-harinya. Tanpa beralas kaki, tanpa berbaju seragam, tak membuatnya putus semangat untuk belajar di sekolah. Ia pernah bilang kepadaku dengan mata khasnya berbinar-binar, “kalau sudah besar nanti, mau jadi dokter, bu guru”. “Amin, semoga Tuhan merangkul erat cita-citamu dan mengabulkannya ketika kau besar nanti”, jawabku dengan penuh harapan. Begitulah cita-cita membuatnya semangat untuk bangun pagi dan beranjak menuju ke sekolah. Semangatnya selalu menjadi inspirasi teman lainnya di sekolah. Sebelum pulang ke rumah, selalu bilang, “Ibu guru, saya minta PR.” Ia slalu mengerjakan tugas dengan baik di kelas dan menyelesaikan PR dengan sempurna. Bahkan yang paling menginspirasi adalah ketika ia berperan sebagai penjaga gawang sekalipun, ia menyempatkan diri untuk belajar matematika di buku tulisnya, dan ketika bola datang menuju ke gawang ia segera berdiri dengan sigap dan menangkap bola tersebut. Kondisi geografis dan cuaca yang ekstrim tak membuatnya gentar. Di tirai keterbatasan, saya belajar suatu kreativitas tanpa batas. Sosok Brian membuatku kembali merenungi diri bahwa dalam kondisi apapun, dimanapun, dan kapanpun kita bisa belajar makna kehidupan. Sesederhana itu.

Cerita Lainnya

Lihat Semua