Kincir Cita-Cita
LiliSakilah 20 Maret 2016Rabu siang selepas istirahat. Inilah waktunya saya untuk mengajar IPA di kelas 3. Sejak minggu sebelumnya saya memang telah berjanji bahwa siang ini akan menjadi lebih berbeda.
Seperti biasanya, beberapa siswi memang akan menunggu saya tepat didepan ruang guru sejak sebelum istirahat berakhir untuk memastikan bahwa saya tidak akan lupa untuk mengajar dikelas mereka. Selalunya juga, mereka akan bertanya "Ibu mengajar di kelas torang, toh?"
"Haaallloooo...", itulah sinyal yang biasa saya gunakan saat dikelas. Akan tetapi, kali ini, mata-mata kecil mereka bukan lagi tertuju kepada saya, melainkan kertas Origami warna-warni yang saya bawa.
"Itu apa ibu?" tanya mereka tanpa henti, hingga aku cukup sulit untuk menjelaskan apa yang sebenarnya ingin kusampaikan.
"Ayo, masih ingatkan minggu lalu kita belajar apa?" tanyaku.
"Energi alternatif, bu..." jawab mereka sedikit ragu karena kata alternatif yang cukup sulit diucapkan mulut mungil mereka.
"Coba sebutkan!"
Spontan kelas terdengar sangat riuh dengan suara-suara mereka yang menjawab dengan keras sambil membolak-balik buku catatannya. Kata-kata angin, panas bumi dan matahari terucap berulang kali.
"Nah, benar! salah satunya adalah angin. Yuk hari ini kita membuat kincir cita-cita yang nanti akan berputar ketika tertiup angin" ajakku. Saya ajak mereka untuk membuat kincir kertas berwarna warni dan menuliskan nama, kelas, kegemaran dan cita-cita mereka pada tiap ujung kincirnya. Berbagai kegemaran seperti bermain sepeda, memasak dan menggambar serta cita-cita sebagai tentara, guru dan dokter tertuang di kincir-kincir mereka.
Mereka berlarian kesana kemari mencoba memastikan kincirnya berputar dengan baik dan menikmati nikmatnya diizinkan menaiki meja dan memasang kincirnya sendiri.
Lili Sakilah, Pengajar Muda XI SD Inpres Ondo-Ondolu SPC, Kabupaten Banggai - Sulteng
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda