Just a Little Bit about My Princess

Senza Arsendy 4 September 2014

Mungkinkah SMS di atas datangnya dari Princess Diana? Saya rasa sih tidak. Jika pun memang beliau punya kesempatan untuk (di)reinkarnasi, pastilah lebih banyak aktivitas lain yang ingin beliau lakukan—semisal melihat cucu barunya atau ganti model rambut terbaru dibandingkan nge-SMS saya dan itu cuma minta invite BBM.

Atau apa mungkin SMS itu datangnya dari girlband buatan Kevin Aprilio? Ya, Princess Artis! Hm, rasanya nggak mungkin juga. Walaupun kayanya girlband belakangan mulai turun gunung lagi aka kurang pamor, rasanya banyak aktivitas lain di luar menyanyi yang juga menanti mereka. Seperti misalnya, syuting sinetron, pemotretan, atau juga mungkin ikut les “Sukses Masuk PTN” supaya bisa ngikutin jejak mantan personilnya, Alika yang berhasil jebol FEUI? #SenjaTahuAja #SenjaFansAlika #SenjaKangenInfotainment

Abaikan hashtag sebelumnya, coba lihat gambar di atas dan mari coba jawab kembali tentang siapa Princess tersebut? Mungkinkah memang Princess Artis? Ah, rasanya nggak mungkin. Bagaimana bisa Princess Artis salah menuliskan namanya sendiri jadi Princes? Lagian mereka juga kan nggak kenal saya. Buat apa mereka susah-susah nge-SMS saya cuma untuk minta BBMnya diinvite? Oke, jadi ada baiknya opsi Princess Artis sebagai jawaban pemberi sms itu dihapuskan.

Lalu siapakah Princess tersebut? Mari kita selidiki.

***

Di minggu-minggu awal sekolah—saat dimana nasib saya seperti butiran debu tanpa kejelasan peran di sekolah, saya seringkali melongok-longok kelas untuk mencari kelas kosong yang gurunya tidak datang. Kelas enam adalah kelas yang paling sering gurunya tidak datang. Oleh sebab itu, saya sering mampir di kelas enam untuk “mengisi” kelas. Berbagai aktivitas kami lakukan. Di awal minggu kami mengadakan simulasi pemilu untuk memilih ketua kelas. Di hari anak kami sempat menulis surat untuk Pak Jokowi yang saat itu baru saja terpilih menjadi Presiden. Dan tentunya yang tidak mungkin terlewatkan adalah kami mengadakan senam bersama.

Yeay, let me introduce myself! Senza Arsendy, Pesenam Muda!

Suatu siang sebelum pulang sekolah murid-murid ramai meminta saya untuk memutar film di laptop. “Pakkkkk film bapukul-bapukul Paaaak!” Teriak murid laki-laki.

“Etsssss, son boleh anak-anak tonton film itu. Pak akan tunjukkan film lain sa. Ada bapukulnya ju, ini film Pak waktu anak-anak. Petualangan Sherina!” Tawar saya kepada 24 murid kelas enam.

Setelah merapatkan meja dan bangku agar semua murid dapat menonton salah satu film favorit saya ketika kecil dari layar laptop, kami memulai menonton. Selama film diputar, mayoritas murid laki-laki terus-menerus bertanya kapan adegan bapukulnya muncul. Semakin sering mereka bertanya, semakin kuat saya menjelaskan bahwa sebentar lagi akan ada adegan bapukul. “Awiiiiiiii, malah menyanyi dong!” Mayoritas murid laki-laki kecewa karena ternyata film yang ditontonnya didominasi oleh nyanyian dan tarian.

Sampai di adegan Sherina akan berkelahi dengan Sadam di sekolah.

“Ayooo cepat balik sini! Sebentar lagi dong akan bapukul!” Saya memanggil beberapa murid laki-laki untuk kembali menonton film. Mereka merapat kembali ke bangku penonton.

JENG... JENG... JENG... DIAAAAAA PIKIRRRRRR! #NP Jagoan Sherina-Derby Romero

“Awiiiiiiiii, dong menyanyi lagi! Mana bapukulnya Pak?” Protes sebagian murid laki-laki. Murid perempuan membela saya, “woiiiii diam woiiii!.” Dan hingga akhir film teriakan-teriakan “mana bapukul?” dan “woi diam woi!” terus berkumandang.

Jangan gegabah memilih film jika murid-murid meminta Anda untuk memutar film. Lebih-lebih yang diminta adalah film bapukul. Kesalahan memilih film hanya akan membawa keributan sepanjang film diputar #pembelajaranmoral1

Esoknya saya masuk lagi ke kelas enam. Saya mengajak mereka untuk berbagi pengalaman tentang hal-hal apa saja yang mereka dapat pelajari setelah menonton film Petualangan Sherina. Harus jadi pemberani. Harus bersatu. Tidak boleh meremehkan. Dannnnn: pandai menyanyi serta menari. Nyatanya walaupun sepanjang film mayoritas murid laki-laki beribut karena terlalu banyak nyanyian dan tarian, mereka tetap menganggap bahwa kedua hal itu adalah hal baik yang perlu dipelajari.

Ya, guru itu mendidik. Termasuk mendidik dari kesalahan. Jika Anda sudah tahu ada kesalahan besar yang Anda buat maka ada baiknya Anda memikirkan cara untuk membuat itu menjadi sedikit lebih positif. Sesungguhnya hal itu bisa membuat apa yang sudah Anda lakukan menjadi tidak sia-sia #pembelajaranmoral2

***

Beberapa hari datang ke kelas enam, saya menjadi dekat dengan mereka. Jika teman lainnya banyak bercerita tentang “kenakalan” yang dilakukan murid-muridnya, saya tidak melihat itu di kelas enam. Itu kenapa saya senang datang ke kelas enam. Lebih-lebih menurut saya mereka dengan tingkah laku khasnya sangat lucu, terutama ketika saya melontarkan pertanyaan.

Ada tiga murid yang tingkah lakunya menurut saya paling khas jika saya tanya. Bahkan saya bisa menebaknya sebelum pertanyaan saya lontarkan.

Gloria. Langsung menunduk sambil tertawa dan menutup mulut. “Nahhhh, di mulutnya ada istana ya? Coba buka, Pak mau lihat!” Pinta saya kepada Gloria untuk membuka mulut.

Roni. Dengan cepat akan segera meratapi tembok karena kebetulan ia duduk di pojok. “Malu aku malu, pada semut merah. Yang berbaris di dinding menatapku curiga.” Goda saya kepada Roni agar segera membalikan badan kembali.

Dewi. Garuk-garuk kepala sambil senyum-senyum. “Kenapa kepalanya? Gatal ya? Boleh Pak bantu garuk?” Tawar saya kepada Dewi agar menghentikan garukan dan mulai menjawab.

Gloria, Roni, dan Dewi adalah adalah tiga Princess dari 13 Princess yang ada di kelas saya—ya saya memanggil murid saya di kelas enam dengan sapaan Prince dan Princess. Mereka adalah ketiga Princess favorit saya di kelas enam. Bukan karena mereka paling pintar, tetapi karena tingkah laku mereka lucu sekali.

Beberapa kali saya memergoki mereka sedang mengintip saya yang sedang di kantor. Saat saya hampiri, mereka semua langsung balik kanan bubar jalan alias kabur. Pernah juga saya berkunjung ke dusun mereka—dusun paling jauh dari sekolah. Saya bermain untuk mencari tahu di mana mereka tinggal. Saat itu saya singgah di rumah Prince Dion. Ketiga Princess tersebut menghampiri saya ke rumah Prince Dion. Saat saya panggil mereka, mereka semua kabur, lalu mengumpat di dalam rumah.

“Kenapa? Kangen ya sama Pak Senja?” Tanya saya kepada ketiga Princess tersebut, jika saya mendapati mereka sedang mengintip saya mengajar di kelas 4. Seperti biasa, mereka pun kembali langsung kabur, masuk ke dalam kelas 6.

Ah mereka memang lucu sekali. Berkali-kali kabur, namun berkali-kali juga mendekat.

Dan suatu hari ketika jam istirahat. HP saya berbunyi. Ada SMS. Saya buka SMSnya. Saya tersenyum.

Sayang sekali, saya tidak lagi menggunakan BBM.


Cerita Lainnya

Lihat Semua