info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Sekolah tanpa Nama

Selfi Mahat 29 Januari 2011
25 Desember 2010 Sekolah tanpa Nama Masih ingat dengan buku laskar pelangi karya andrea hirata?, buku yang diterbitkan tahun 2005 dan populer di negeri ini hingga akhirnya di filmkan. Novel yang bercerita tentang 10 anak dari keluarga miskin yang sekolah di SD Muhammadiyah Gantung, Belitung dengan kondisi sekolah yang memprihatinkan. Sekolah papan yang ditopang kayu karena hampir roboh. Tak berbeda jauh dengan yang di alami oleh sekolah laskar pelangi, “sekolah tanpa nama” yang berada di kawasan Moro Seneng, Tulang Bawang Barat ini merupakan kawasan register yang banyak di huni oleh transmigrasi dari suku Bali dan Jawa. Penduduk yang sebagian besar adalah masyarakat miskin ini bergantung hidup sebagai buruh kebun karet. “Sekolah Tanpa Nama”, karena tak ada plang yang menjelaskan bahwa bangunan itu adalah sebuah sekolah Dasar. Hanya sebuah tiang bendera di depan bangunan atau mungkin tepatnya gubuk yang memberi gambaran bahwa ini adalah sekolah. Melihat langsung ke dalam bangunan ini, kita baru tahu bahwa itu adalah ruang kelas karena ada meja, bangku dan papan kapur. Ruangan-ruangan ini hanya disekat dengan anyaman bambu yang terdiri dari 4 ruangan kelas tanpa ruangan guru dengan lantai yang masih beralaskan tanah serta lubang-lubang besar dibawah papan seperti kandang ayam. Bagaimana kondisi kelas ketika hujan, mungkin bisa dibayangkan sendiri. Memasuki kawasan ini, sudah terasa ketegangan dan ketakutan masyarakat karena kami adalah orang- orang baru yang tak mereka kenal. Hidup di bawah bayang-bayang penggusuran membuat hidup penduduk ini tak tenang.  Kecurigaan terhadap orang-orang baru yang akan melakukan penggusuran membuat masyarakat disini begitu antipati terhadap orang-orang asing. Hidup bagai di negeri asing, itulah yang dialami masyarakat ini. Status mereka yang tak di akui sehingga mereka tak mendapatkan hak sebagai warga negara untuk memiliki KTP dan pendidikan yang layak. Pelarangan mendirikan sekolah permanen membuat anak-anak usia sekolah hanya mendapatkan pendidikan sekedarnya.

Cerita Lainnya

Lihat Semua