Friends are Friends

Sazkia Noor Anggraini 6 Desember 2011

 

“Gie, gue punya 3 opsi. Yang pertama gue naik pambut ke Marore untuk menumpang eliku Nusa tgl 18, jadi tanggal 20 gue udah sampe sini (Tahuna). Kedua, gue tunggu kapal Berkat Taloda yang konon akan habis kontraknya akhir tahun ini tanggal 23, artinya gue gak bisa ketemuan Pak Wakil Bupati atau gue akan sewa pambut sekitar 800-an ribu untuk sampai Tahuna. Gue udah bawa satu juta kok buat sedia kalo harus sea pambut”. Itu kata-kata Yuri yang paling gue inget terakhir sebelum dia berangkat ke pulau tak bersignal di Matutuang.

“Tenangkan hatimu katakan dalam hati kamu bisa, rasa takut itu wajar, semua bisa takut karena kita manusia. Ada hal-hal yang di luar jangkauan... Siapkan hati untuk kemungkinan terburuk, expect the unexpected... Sekarang kamu harus fokus dengan apa yang ada di hadapanmu. Orang yang terlalu khawatir tentang hari esok dan tidak fokus degan apa yang dia hadapi hari ini adalah orang yang tidak bahagia. Don’t worry, be happy... Apa yang terjadi di hari esok terjadilah setidaknya kamu fokus dan kamu siap. Setidaknya aku tahu kamu orang yang fokus dan orang yang siap. Tetap semangat kawan, tetap tenang”. SMS temanku Kinskij sesaat sebelum kapalnya meninggalkan Manado untuk mengantarku, “meninggalkanku” sendirian untuk pergi ke Tahuna lalu tidak lagi bertemu denganku.

“Hahahaha... sebenarnya kita itu punya banyak sisi kan Nggi? Kalo ibaratnya puzzle, tiap sisi punya banyak lekukan yang khas. Nah, mungkin sekarang cocok banget sama salah satu sisi puzzle lo, tapi kurang cocok dengan sisi lo yang lainnya, tapi karena intensitas, maka sisi itu paling terekspose”. SMS Nissa tentang teori puzzle berdasarkan pengalaman kegagalannya, sesaat setelah semua teman ninggalin gue.

Beda dengan Furi yang mengingatkanku untuk menjaga kesehatan, istirahat dan take a break. Atau Vani yang di SMS terakhirnya mau pingsan karena ngangkat buku dan mengiyakan eansum makanan kiriman ibuku. Lutfi lain lagi, SMS terakhir yang masih kusimpan adalah tentang mendoakanku dalam senang maupun susah, dalam kondisi apapun. Fendi yang habis cuti lucu lagi, saat ku SMS, jawabannya singkat, “Aku wes neng pulau ki Buk!” Lalu kubalas dengan minta oleh-oleh.

Yang paling mengejutkan adalah telepon dari Jessica yang katanya rindu rumah dan mau membusuk di pulau. Ingin cuti secara tiba-tiba setelah selama ini kulihat sebagai orang yang getol di pulau. Hihi, lucu memang, sembilan dari kita itu mengingatkan bahwa we are born to be unique! You guys with your point of view. Such a nice to know you all. Ngeliat puzzle dari diri kalian (meminjam teori Nissa).

Teman yang mengagumi kalian. Sazkia Noor Anggraini | Pengajar Muda Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara 


Cerita Lainnya

Lihat Semua