Butter, Green Tea, Mozarella
Sazkia Noor Anggraini 4 Juli 2011
Jika sampai nanti, aku ingin mengecap kebab dengan tambahan mayonaise dan selada selagi panas
Kalau sampai nanti, aku ingin menarik gas Kebo-ku untuk berkunjung ke resto Italia dan pesan satu Fettucine Alfredo dengan tambahan keju mozarella
Jika sempat, aku ingin mampir ke rumah donat hedon itu dan memesan satu yoghurt dengan tiga toping, leci, blueberry dan peach
Tentu tak lupa kue bolong rasa green tea
Jika malam belum usai, aku akan mampir ke Hani's dan membeli sunflower bread dengan potongan butter setengah takaran dan honey dew
Aku merindukan plain crroisant dengan paduan hot chocolate di pagi hari.
Aku ingin ada pizza bakar dengan topping mozarella, bacon dan potongan olives
Aku ingin ada teh tarik dan roti canai
Aku mau salad dengan olives oil
Aku cinta satay dan burjo di Pasar Ngasem
Aku suka suasana tempura dan sore di alun-alun kidul
Aku mencintai kopi Jo dan suasana hujan di TBY
Aku kangen rawon 'ibuku' dekat pasar lempuyangan
Sambel mentah, penyetan puyuh dan tempe panas di Pasar Sentul
Mie ayam Bangka, Mie ayam Jakarta dan Mie ayam Meidy dekat kampus
Warung Handayani, brongkos, tempe kriuk sedunia dan es kelapa muda warna merah muda
Aku mau pepes tahu dan tumis jamur warung 676
Aku suka menyeruput tetes terakhir kuah coto makassar depan asrama perempuan
Suasana hingga pagi di Semesta dengan kopi kayu manisnya
Phuket, sambel mangga, dan ayam kari dengan mangkuk kelapa
Djejamuran, ai am koming..
Ministry of Coffe, aku mencintaimu lebih dari dunia ini
Aku merindukan teh gula batu, sate kerang dan ceker ala angkringan wijilan
Donat kentang....ampun deh...
Aku merindukan apapun yang selama ini kuanggap 'nyaman' dan 'enak'
Aku menikmatinya hingga tidak melihat ketidakadilan di belakang mozarella
Ketimpangan di balik green tea
Akses yang sulit di setiap potongan olives
Panas dan teriknya hidup di balik hot chocolate
Aku begitu menikmati kopi Jo di tengah hujan, tidak melihat betapa gemuruhnya petir dan ombak di sini
Aku cuman merasakan halusnya butter tanpa hiraukan kerasnya gurat muka nelayan sehabis melaut
Aku menikmati waktu tanpa tahu bagaimana rasanya tidak melakukan apa-apa seperti di sini
Aku mencintai sesuatu yang bahkan tidak mencintaiku
Aku merindukan suasana lebih dari kenyataan kehidupan yang sebenarnya
Aku mengecap pedas tanpa tahu arti pedas sebenarnya
Aku berjalan dalam dunia tanpa batas tanpa melihat garis akhir
Aku ternyata tidak ubahnya seseorang yang tertawa dan menikmati hidup ditengah peluh dan bulir keringat
Aku cuma sibuk merasa nyaman tanpa tahu bagaimana rasanya pahit
Aku mendongak lebih dari ambang yang seharusnya
Aku terpungkur, ditertawai ikan asap dan humbia (sagu)
Bermandikan pasir dan sampah yang dibuang ke laut
Hingga kaki seribu pun sempat menegurku
Keringat bercampur dengan sublock-ku
Aku disadarkan oleh kukis bodoh
Aku merecap asam dan pedas menyengat a la dabu-dabu
Aku begitu sombong hingga saat memakan daun gedi yang berlendir mereka melambaikan tangannya padaku
Mereka bilang, hei inilah hidup
Kalama, 4 Juli 2011
saat tidak bisa tidur karena merindukan skype dan berpikir untuk makan sosis
2:05 am
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda