Antara pemimpin muda dan kicak-kicak :)

Medha Ardiana Gustantinar 15 November 2011

** Kicak-kicak dalam Bahasa Indonesia adalah kunang-kunang. Hampir setiap malam, saya melihat kicak-kicak di sawah depan rumah saya. Kicak-kicak merupakan salah satu bioindikator kebersihan lingkungan, sehingga kita hanya bisa menemuinya di lingkungan yang belum terpolusi berat. Kicak-kicak hidup pada lingkungan yang bagus. Cahaya dari bagian perutnya menyala dalam gelap. Nyala itu tak akan nampak jelas di lingkungan yang telah penuh dengan nyala. Lima bulan penempatan tinggal menunggu jam.

Kalau jargon Indonesia Mengajar adalah ‘Setahun Mengajar Seumur Hidup Menginspirasi’ maka jargon pengembangan saya adalah ‘Setahun Belajar Seumur Hidup Menjadi Bahan Pelajaran”. Iyaa, saya banyak sekali belajar disini. Salah satunya, belajar tentang bagaimana pemimpin muda menyalakan yang padam, menguatkan yang redup, menjaganya agar tetap berkobar.

Tiga tokoh pemimpin muda inspirasional di daerah penempatan versi saya (sementara ini, InsyaAllah akan bertambah), adalah:

1. Kepala desa/lurah/jaro Desa Lebaksitu. Kalau di daerah lain, yang menjabat menjadi jaro biasanya adalah orang yang dituakan, pensiunan PNS atau purnawirawan TNI Polisi, jaro di desa saya bukan dari tiga golongan tersebut. Jaro di desa saya sekarang berumur 26 tahun. Kata tetangga, beliau jaro termuda di Indonesia. Hebatnya, dengan umur semuda itu, beliau telah mampu menjadi panutan dan disegani oleh masyarakat yang terkenal keras. Keadaan desa yang relatif aman dan yang lebih penting masyarakat yang merasa aman adalah bentuk keberhasilan beliau sebagai pemimpin. Tipe pemimpin muda yang menonjol dari jaro ini adalah berani, bergerak cepat, aktif, keyakinan penuh, komunikatif dan kemampuan mempengaruhi orang yang bagus.

2. Guru muda di Kecamatan Lebakgedong. Dalam forum KKG, semua guru sekecamatan berkumpul untuk membahas hal-hal penting dalam proses pembelajaran, seperti bagaimana metode belajar yang baik dan menyenangkan sampai pelatihan komputer. Dari forum ini, saya melihat begitu banyaknya guru-guru muda berkualitas, pintar, cakap dan mampu memimpin. Kebanyakan mereka adalah lulusan universitas kependidikan terkenal. Jaringan yang luas, kemampuan komunikasi yang bagus dan tentu saja kemampuan yang mumpuni mereka miliki. Kesempatan besar untuk bekerja di kota dengan penghasilan jauh lebih besar sangat terbuka, lalu mengapa mereka memilih menjadi guru (kebanyakan masih sukwan) dengan gaji pas-pas an? Inilah bentuk integritas itu, kecintaan penuh pada bangsa dan tentu saja tidak egois. Kalau pendidikan di Lebak dibilang kurang karena kualitas guru yang jelek, maka menurut saya itu bukan di Kecamatan Lebakgedong. Guru-guru muda seperti mereka membuat saya yakin kalau keberhasilan pendidikan di Lebak akan terjadi secepat mugkin. Tipe pemimpin muda yang menonjol dari guru muda adalah mau belajar, mau berbagi, aktif, bergerak cepat, kreatif, bergerak bersama.

3. Tentu saja teman-teman saya Pengajar Muda. Tidak perlu saya jelaskan kan, hehehe :D

 

Lalu apa hubungan mereka dengan kicak-kicak? Seperti inilah analoginya versi saya:

1. Kicak-kicak hidup di lingkungan yang bagus begitu pula dengan pemimpin muda. Seorang pemimpin lahir dari pemimpin sebelumnya, pejuang dilahirkan oleh pejuang sebelumnya. Pemimpin muda hidup pada lingkungan yang bagus. Lingkungan yang bagus bagi pemimpin muda adalah lingkungan yang terjal, curam banyak masalah sehingga memberi mereka banyak kesempatan untuk belajar. Seorang pemimpin dididik dalam keluarga atau lingkungan pemimpin. Semua orang adalah pemimpin, perbedaannya terletak pada besar massa yang dipimpinnya.

2. Nyala kicak-kicak itu tak akan nampak jelas di lingkungan yang telah penuh dengan nyala. Mengutip lagunya Glenn Fredly, “ Jadilah terang di tempat yang gelap, jangan jadi terang di tempat yang terang”. Mengapa ketiga pemimpin tersebut nampak begitu menonjol di mata saya, ya karena mereka memimpin di tempat yang memang membutuhkan mereka. Ketika guru muda cerdas memilih bekerja di kota yang memang sudah penuh dengan guru muda cerdas, maka kecerdasan mereka tak akan banyak nampak. Namun disini, di tempat yang memang membutuhkan mereka, kecerdasan itu membantu sangat banyak.

Mengutip twit dari akun @airberbisik “Pemuda itu melampaui remaja dan dewasa awal. Gandhi melawan saat umur 24 tahun. Mandela mulai melawan sekitar usia 30-an”.

Mengutip dari buku Nasional.is.me karya mas Pandji “Anda (saya khusukan untuk pemuda) hidup di zaman ini karena Anda ditakdirkan untuk berkarya dan membangun Indonesia menjadi lebih baik. Silahkan pilih, ingin menuntut perubahan atau membuat perubahan sendiri?”

Pemuda Indonesia, Pemimpin Muda Indonesia kitalah pemilik bangsa indah ini. Menyalakan lilin jauh lebih baik dibandingkan menyalahkan kegelapan bukan???


Cerita Lainnya

Lihat Semua