info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Merindukan Sosok Guru yang Baik

Savira Mega Putri 11 Juli 2012

 

 

26 Juni 2012

 “Beta sering dipukul kalau seng (tidak) bisa mengerjakan soal.”

 “Iya, Ibu. Pernah Inke dijemur di bawah tiang bendera karena seng bawa buku.”

“ Tapi selama diajar Ibu Ratih, kami seng pernah dipukul. Ibu Ratih baik sekali.”

Itulah percakapan 3 orang gadis kecilku. Uhm, mungkin lebih tepatnya aduan mereka kepadaku. Dan orang yang mendengar pasti tidak tahan untuk tidak bersedih melihat ekspresi mereka yang seolah berkata, “Tolong kami, Ibu. Kami ingin punya guru-guru yang baik seperti Ibu Ratih”. Mereka belum dewasa, baru lulus kelas 6 SD, tapi ternyata mereka bisa membedakan perlakuan baik dan buruk guru mereka. Dan yang pasti, mereka merindukan sosok guru yang baik.

 6 Juli 2012

 "Itu guru kita SMP, Kak. Tapi dia itu kejam sekali. Kalau kita salah, perut langsung dicubit. Sakit sekali rasanya"

 Ine  menunjukkanku kepada seorang guru yang sedang duduk-duduk di depan rumahnya. Kami sedang ronda-ronda (jalan-jalan) sore waktu itu. Ingin sekali aku menangis mendengar cerita adik angkatku ini. Hukuman fisik! Satu hal yang paling tidak aku suka dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. A teacher should not do that! Dan ternyata itu sangat membekas pada Ine. Sangat disayangkan bukan ketika seseorang ditanya 'kenangan apa yang paling kamu ingat selama diajar oleh Bapak X?' dan jawabannya adalah 'saya pernah dicubit karena tidak bisa menjawab pertanyaannya'.

Ine, seorang anak SMA kelas 2, merindukan sosok guru yang baik.

 7 Juli 2012

 "Beta sebenarnya suka Bahasa Inggris, Kak. Tapi guru yang mengajar katong itu jahat. Setiap kali ibu guru itu masuk, katong semua langsung diam karena takut. Nah kalau takut kan katong seng bisa menangkap pelajaran dengan baik. Ya kan, Kak?"

 Lagi-lagi aku mendapat cerita serupa saat aku memberikan les Bahasa Inggris kecil-kecilan di rumah. Kali ini dari Kifly, teman Ine, yang juga tak kalah cerdasnya. Dan pendapatnya 100% benar! Belajar itu harus dalam suasana menyenangkan, agar ‘working memory’ dalam otak kita bisa bekerja dengan baik. Sedangkan dalam suasana tegang, otak tidak akan dapat menyerap informasi secara optimal, karena ia sedang fokus pada rasa takut yang menyergapnya.

“Ayo Kak, usahakan Kak Vira ajar katong Bahasa Inggris di sekolah.”

Suatu ungkapan dari Kifly yang menurutku diucapkan dengan penuh pengharapan agar mereka bisa mendapatkan pelajaran dengan lebih baik.

Well, itulah yang terjadi disini, dan mungkin juga di tempat-tempat lain dimana kreatvitas anak menjadi sangat dibatasi karena teriakan, makian, hukuman, tekanan, dan berbagai aksi bullying yang dilakukan baik oleh guru maupun orang tua mereka.

Sekali lagi, anak-anak ini merindukan sosok guru yang baik. Dan semoga aku bisa mewujudkannya. :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua