As I Thought
Savira Mega Putri 31 Agustus 2012
Senin, 27 Agustus 2012
Hari pertama masuk setelah 2 minggu libur lebaran. Aku sudah bersiap-siap sedari pagi menyambut hari baru setelah merayakan kemenangan. Bersiap melihat wajah-wajah lucu nan menggemaskan anak-anak didikku. I miss them a lot. But, wait! Hari pertama sekolah means hari 'menyimpan' bukan? Tanyaku dalam hati. Memastikan bahwa di setiap hari pertama masuk setelah libur cukup lama adalah hari bersih-bersih ruang kelas, memungut sampah di sekitar lokasi sekolah dan membakarnya, setelah itu.. Sudah! Itu saja. selesai. Hari pertama sudah bisa dipastikan hanya seperti itu. Jadi aku mempersiapkan diri untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi. Mengharapkan ruanng guru atau kelas sudah dibuka misalnya. Atau mengharapkan anak-anak sudah datang memenuhi setiap ruang kelas. Tidak. Aku sama sekali tidak mengaharapkan hal itu terjadi untuk pagi ini. Bukan pesimis. Hanya tidak ingin kecewa untuk kesekian kali. Dan dugaanku memang benar. 26 dari 241 siswa saja yang datang. 10% persen. Ya, memang seperti itulah keadaannya. Dan aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan semacam ini. Tapi itu sedikit pun tidak mengurangi semangatku menyambut pagi ini. Senyumku akan selalu ada untuk mereka.
Pukul 7.30. Aku pukul lonceng keras-keras dan menyuruh 26 anak-anak itu berbaris. Kupandangi wajah mereka satu per satu. Sebagian wajah yang terlihat antusias dan seolah rindu belajar itu membuat senyumku semakin mengembang, bangga. Aku sapa mereka dengan sapaan selamat pagi yang lembut. Mereka menjawab dengan semangat.
"Bagaimana liburannya? Senang?"
"Senang, Ibu", jawab anak-anak.
"Terlalu lama ya dua minggu?" tanyaku lagi dengan tetap tersenyum.
"Iya, Ibu."
See? Bahkan mereka merasa libur itu terlalu lama. They do miss studying!
Aku berjongkok di depan barisan itu.
"Baik, anak-anak. Di hari pertama ini, setelah libur lama, kelas pasti badaki (berdebu, kotor) sekali. Jadi harus diapakan?"
"Dibersihkan, Ibu."
"Oke, pintar. Jadi, sambil menunggu Bapak dan Ibu guru datang, katong bersih-bersih sudah. Oke?"
"Iya, Ibu."
Sebenarnya di bagian "menunggu Bapak dan Ibu guru datang" itu aku merasa agak kurang pas mengucapkannya. Menyedihkan. Tapi apa boleh buat, kata-kata itulah yang terlontar dari mulutku.
Dan tetap dengan penuh semangat aku mengajak anak-anak kerja bakti, membersihkan ruang kelas yang memang sangat berdebu.
Beberapa saat kemudian satu dua guru mulai datang -seiring dengan beberapa murid yang juga mulai berdatangan. But, as I thought, hari ini menyimpan saja, tidak ada pelajaran. Akhirnya setelah selesai bersih-bersih, aku ajak mereka semua (kelas 1 - 6) untuk masuk kelas. 'Aku harus melakukan sesuatu. Jangan sampai waktu dan tenaga mereka sia-sia saja di sekolah', batinku. Aku ajak mereka menyanyikan lagu-lagu Bahasa Inggris dan sedikit mengulang pelajaran yang telah aku ajarkan. Setelah itu aku bermain 'ayam dan kucing' bersama mereka. Permainan anak TK memang. Tapi entah, aku bisa merasakan sensasinya ketika ikut terlibat dalam permainan itu. It was so fun!
Well, at least i've tried to do something good fo them. Setidaknya aku bisa tertawa bersama mereka dan tidak menyia-nyiakan semangat mereka hari ini.
As I thougt. Everything run as I thought.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda