Natal: Merajut kebersamaan dalam kemeriahaan dan tradisi
Sarah Nadila 25 Desember 2024Desember 2024 adalah bulan yang sangat berkesan. Sebagai minoritas di Desa Mapahi, saya diberi kesempatan luar biasa untuk merasakan kehangatan dan kebersamaan dalam perayaan Natal mereka. Perayaan Natal di desa ini bukan hanya sekadar momen keagamaan, melainkan juga sebuah tradisi besar yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.
Natal di Mapahi bukanlah perayaan satu atau dua hari. Bayangkan, mereka menghabiskan waktu sebulan penuh untuk merayakan kelahiran Sang Juru Selamat. Bahkan, persiapan sudah dimulai sejak beberapa bulan sebelumnya. Panitia dibentuk dengan rapi, membagi tanggung jawab seperti menentukan tanggal acara, menyusun jadwal natal, mengatur konsumsi, hingga mengorganisasi berbagai aktivitas lainnya. Dari luar, terlihat seperti pekerjaan besar yang melelahkan, tetapi bagi masyarakat Mapahi, ini adalah wujud kebersamaan mereka.
Yang membuat saya kagum adalah betapa beragamnya bentuk perayaan Natal di sini. Ada Natal perdana yang menjadi pembuka, diikuti dengan Natal umum, lalu Natal kelompok. Desa ini memiliki empat kelompok besar, yakni Betel, Immanuel, Galilea, dan satu lagi Nazaret yang namanya sering disebut dengan penuh semangat oleh warga. Selain itu, ada pula Natal PKP (Persekutuan Kaum Pria), Natal PKW (Persekutuan Kaum Wanita), Natal PM (Prajurit Muda), Natal semua RT, Natal Sekolah Minggu, dan Natal Sekolah SD. Setiap acara ini memiliki nuansa dan ciri khas tersendiri, namun semuanya dilakukan dengan penuh semangat dan kebersamaan.
Pada awal Desember, suasana sibuk sudah terasa sejak pagi. Saya terbangun oleh suara-suara riuh ibu-ibu dan bapak-bapak yang sibuk memasak dan memotong kayu di halaman rumah Korps. Sebelum natal di mulai, Beberapa kelompok menyembelih babi, sapi, atau ayam sesuai kesepakatan kelompok untuk dihidangkan pada malam Natal. Sementara itu, di rumah-rumah, sebagian warga sibuk menyiapkan kue-kue kering untuk dihidangkan kepada tamu yang datang ke rumah mereka. Tidak ada satu pun rumah yang tampak lengang. Semua orang, dari anak-anak hingga orang tua, memiliki tugas masing-masing.
Meskipun sibuk dengan persiapan, masyarakat Mapahi tidak lupa mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang menghibur. Salah satu yang paling dinantikan adalah pertandingan olahraga. Setiap pagi dan sore, lapangan desa dipenuhi warga yang bersemangat menyaksikan pertandingan voli, takraw, dan sepak bola. Saya sendiri takjub melihat betapa antusiasnya mereka, bahkan saat hanya menjadi penonton. Sorak-sorai dan gelak tawa memenuhi udara, menciptakan suasana yang begitu hidup.
Di sela-sela kegiatan, banyak warga yang menyempatkan diri membuat kue kering. Saya juga ikut membantu membuat kue kering khas Natal. Dengan senyum hangat, ibu ibu mengajarkan saya langkah demi langkah, mulai dari mencampur adonan hingga membentuk bulat bulat dan memanggangnya di dalam oven
Aktivitas ini bukan hanya tentang membuat makanan, tetapi juga tentang membangun kedekatan. Saya merasa seperti bagian dari keluarga besar mereka.
Di samping itu, sebagai warga lainnya sibuk Latihan untuk penampilan malam Natal di Gereja yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Mereka berlatih menyanyi, memainkan alat musik sementara itu panitia Acara sibuk mendekorasi gereja agar tampak indah. Di samping itu lagi, beberapa warga juga sibuk mempersiapkan drama, dance dan bernyanyi untuk persembahan penampilan di malam natal. Melihat semua itu, saya benar-benar terharu. Tidak ada kata lelah di wajah mereka. Yang ada hanyalah kebahagiaan karena bisa berkontribusi dalam perayaan besar ini.
Semangat gotong royong yang saya saksikan selama Desember ini benar-benar menginspirasi saya. Tidak ada satu pun orang yang merasa terbebani. Semua tugas, seberat apa pun, dilakukan dengan hati yang tulus. Bahkan saya, yang datang dari luar dengan latar belakang agama yang berbeda, tetap dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Mereka tidak hanya menunjukkan toleransi, tetapi juga kasih yang tulus.
Natal di Mapahi bukan hanya tentang perayaan keagamaan. Ini adalah tentang kebersamaan, kerja keras, dan cinta kasih yang melampaui perbedaan. Melihat betapa kompaknya masyarakat desa ini, saya merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari momen yang begitu indah. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari bagaimana kita berbagi dengan sesama.
Saya tahu, Desember ini akan menjadi kenangan yang selalu saya bawa dalam hati. Perayaan Natal di Mapahi adalah bukti nyata bahwa perbedaan tidak pernah menjadi penghalang untuk saling mencintai. Dan untuk itu, saya akan selalu bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk belajar dan bertumbuh di tengah masyarakat yang luar biasa ini.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda