PENGORBANAN BONEKA BARBIE (Alfa Indira Jati)
Sani Novika 12 April 2014Hallo.....Perkenalkan namaku Alfa Indira Jati, biasa dipanggil Indi. Aku berusia 12 tahun dan bersekolah di SDN 01 Bangun Jaya. Alamat rumahku di Desa Bangun Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat Lampung.
Untuk cerita kali ini, aku akan menceritakan tentang menolong korban bencana banjir di Jakarta.
Pada suatu hari, saat liburan semester tiba.....
Kukuruyuk................
Aku bangun tidur dan bergegas untuk pergi bersama orang tuaku ke rumah paman di Jakarta. Di perjalanan aku senang sekali, karena akan bertemu dengan paman. Aku membawa seluruh uang tabungan dari sisa uang jajanku semester ini untuk membeli boneka barbie yang sangat cantik seperti di televisi. Aku akan membeli boneka yang cantik itu di Jakarta.
Namun, ketika sampai di Jakarta, aku kaget dan sedih. Ternyata banyak air dimana-mana, sampah-sampah berceceran. Ibu kota dilanda bencana banjir lagi!
Rasanya aku ingin membantu dan memunguti sampah-sampah yang berceceran itu, tapi sampahnya sangat banyak sekali dan aku harus segera mengunjungi pamanku. Kami semua khawatir dengan dengan keadaan keluarga paman.
Ketika tiba di rumah paman, kehawatiran kami terbukti rumah paman juga tidak luput dari genangan banjir. Kami bersusah payah menembus genangan banjir dengan menyewa perahu dari penduduk sekitar.
Tok-tok-tok
“Ayah paman kemana ya? Diketok-ketok gak ada orang, apa paman baik-baik saja banjir begini ya?”
“Coba ketok lagi” perintah Ayah
“Gak ada” Jawabku
“Mungkin paman sedang di tempat pengungsian” Kata Ibu
Tiba-tiba ada tim SAR memakai perahu karet mendekat.
“Maaf pak, orang yang tinggal di rumah ini sedang mengungsi di mesjid Darussalam” Kata Tim Sar
Ketika sampai di Pengungsian.
“Paman.........” Kataku sambil memeluk
“Dik, bagaimana kabarnya?” Tanya Ayahku
“Alhamdulillah kak, kami baik-baik saja”
Aku melihat sekeliling tenda pengungsian. Sedih rasanya melihat keadaan tenda yang sangat darurat. Apalagi di sana banyak anak-anak kecil yang menangis minta susu dan dan kepanasan. Bahkan ada juga anak sekolah dasar seumurku yang memakai baju basah dan kotor karena mereka tidak punya baju ganti. Sampai-sampai aku menangis dan rasanya tidak tega.
“Bagaimana kalau aku terkena bencana banjir seperti mereka,” Kataku dalam hati.
Dan tidak sengaja aku menabrak salah satu anak.
“Braaaaaakkkk!!!!! Awwwww!!!”
“Aduh maaf ya” Aku meminta maaf.
“Iya gak apa-apa, aku juga tadi buru-buru” kata anak tersebut.
“Eh boleh kenalan gak?”
“Boleh”
“Namaku Indi, namamu siapa?”
“Namaku Nabila”
“Kamu buru-buru mau kemana?”
“Adikku menangis terus, aku ingin membelikan susu tapi tidak punya uang” Kata Nabila.
“Aku punya uang tabungan untuk membeli boneka di Jakarta, hmmm membeli boneka bisa kapan-kapan, aku sumbangkan sebagian saja untuk Nabila dan adiknya” Kataku dalam hati.
“Ya sudah, ambil uang ini ya, mungkin ini sedikit tapi semoga bisa membantu kamu membeli susu”
“Ya ampun, kita kan baru saja berkenalan, tapi kamu sungguh baik hati padaku” Kata Nabila sambil berkaca-kaca.
“Gak apa-apa kok, ini uang tabunganku dari pada aku belikan boneka lebih bermanfaat digunakan untuk membeli susu adik kamu, orang tuaku bilang sesama manusia kita harus saling menolong”
“Terima kasih ya, kamu baik hati”
“Sama-sama” Jawabku sambil memeluk Nabila untuk menabahkan hatinya.
Kemudian aku berjalan-jalan ke seluruh tenda pengungsian. Aku melihat banyak kakek-kakek dan nenek-nenek yang mengeluh, entah perutnya sakit, badannya gatal-gatal, pegal-pegal. Aku sangat sedih.
“Aku kan masih punya sisa uang tabungan Rp 100.000” Kataku dalam hati.
Dengan semua sisa uang tabungan itu, aku pergi ke warung, membeli nasi bungkus dan obat-obatan.
“Assalamualaikum” Kataku
“Wa’alaikum salam” para korban itu menjawab
“Ibu-ibu, nenek-nenek, adik-adik dan kakak-kakak sudah makan belum?”
“Belum mbak” Mereka menggeleng.
“Ini ada beberapa nasi bungkus dan obat-obatan” Kataku
“Aduh nak, terima kasih udah ngerepotin, kecil-kecil baik hati”
“Ih enggak kok bu, lagi pula makanan dan obatnya cuma sedikit”
“Lumayan nak, untuk ganjel perut, terima kasih ya”
Aku pun tersenyum, biarlah boneka barbie dikorbankan, tidak bisa aku miliki sekarang, tapi aku sangat senang bisa menolong.
Aku menghampiri keluargaku yang masih mengobrol dengan paman.
“Ayah, ibu aku tadi habis menolong korban banjir, membeli nasi bungkus walaupun cuma sedikit”
“Lho, uangnya dari mana?”
“Uang tabunganku untuk membeli boneka yah”
“Ya ampun nak, kok gak bilang? Kan bisa pakai uang Ayah “
“Aku gak mau pakai uang ayah, aku juga ingin membantu pakai uang aku sendiri walau sedikit, aku ikhlas kok”
Ayah tersenyum bangga sambil menepuk-nepuk pundakku.
Gara-gara banjir, kami tidak jadi berjalan-jalan di Jakarta, Paman sekeluarga ikut kami ke desa sambil menunggu banjir surut. Tapi berkat banjir juga, aku bisa beramal menolong orang lain.
Aku sedikit sedih karena tidak jadi punya boneka barbie yang cantik, tapi kalau dibandingkan, rasa senangku karena telah menolong lebih besar. Boneka barbie yang cantik ditukar dengan senyuman korban bencana banjir. Aku tidak menyesal. Sampai jumpa semester depan barbie, aku akan semangat menabung untuk mendapatkanmu semester depan.
Sekian ceritaku teman-teman. Kita harus tolong menolong ya dan tidak boleh pelit.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda