inilaah

Sandra Prasetyo 17 Juli 2011
Hari ini telah aku lewati, tak terasa sudah hampir 1 minggu aku tinggal di  desa labobar. Aku mengawali hari ini dengan bercengkrama dengan keluarga angkat. Pagi hari, anak-anak sudah banyak yang berkumpul di rumah, mereka selalu mengekor apapun aktivitasku, kebetulan hari ini aku mencuci pakaian, dengan  senang hati mereka  menungguiku mencuci pakaian, bahkan tiba-tiba ada yang sukarela menimba air untukku, anak itu namanya muhammad nur. Meskipun badannya kecil, tapi tenaganya kuat untuk mengangkat ember kecil bolak-balik dari sumur ke tempat mandi. Ketika aku menjemur pakaian pun mereka masih mengekor, membantu apapun yang mereka bisa bantu, ada anak namanya kadir, dia saat ini naik kelas 1 smp, dengan senang hati membantu aku menjemur pakaian, semua ini membuatku terharu sekaligus bangga, begitu baiknya mereka kepadaku. Siangnya, aku dan anak-anak bermain sederhana, saya mengajari mereka bermain origami, kebetulan aku mebawa kertas origami, mereka kelihatan senang dan sangat menikmati permainan ini, terlihat antusiame mereka untuk bisa membuat apa yang telah aku contohkan. Tak terasa sudah pukul 11, dan kebetulan hari ini adalah hari jum’at, aku pun mengajak anak-anak untuk sholat jum’at. Saya melihat anak-anak banyak yang tidak memakai alas kaki/sandal, saya tanya mereka, “apakah kalian punya sandal??”, dan merekapun menjawab “ kami tidak punya sandal pak guru!”, dalam hati saya sangat prihatin dengan keadaan ini, mereka terpuruk dengan kemiskinan rakyat pesisir, bahkan untuk membeli sandal saja tidak ada uang. Hatiku tergerak untuk membelikan sebagian anak sandal di toko terdekat, dengan bekal uang ada yang di dompet, aku belikan mereka sandal, dan menyuruh mereka memakainya untuk sholat jum’at. Dan memang benar apa kata orang, kalau guru itu digugu dan ditiru, karena aku selalu pakai sandal, mereka juga selalu memakai sandal kemanapun mereka pergi. Sorenya, anak-anak sudah banyak berkumpul di rumah, karena aku sudah menjajikan kepada mereka kalau saya akan memutarkan film, kali ini jumlahnya lumayan banyak, sekitar 15 orang, si kadir ternyata jago mengerahkan massa anak-anak, hehe..saya pun memutarkan mereka film Kungfu Panda, mereka sangat senang dengan film ini, ibarat tidak pernah nonton film kartun, mereka tertawa dengan kekocakan film kungfu panda, maklum, di kampung labobar masih sedikit yang punya TV, karena mayoritas penduduk labobar mengandalkan panel surya sebagai sumber penerangan, hanya sedikit yang punya mesin diesel untuk menyalakan TV. Selagi anak-anak nonton film, kebetulan aku dapat undangan untuk menghadiri hajatan 3 hari orang meninggal. Waktu sholat magrib sudah tiba, di kampung labobar tidak pernah terdengar suara adzan, karena disini tidak ada listrik, masyarakat mengandalkan jam dinding yang lebih sering mati dan matahari sebagai penunjuk waktu sholat. Anak-anak pun saya ajak sholat magrib berjamaah di masjid, senang juga bisa mengajak banyak anak untuk sholat berjamaah di masjid. Setelah magrib, saya mampir ke rumah pak haji Husain untuk mengajar ngaji, kurang lebih terdapat 10 anak yang belajar ngaji, masih sedikit memang, anak-anak labobar masih banyak yang senang bermain daripada belajar ngaji. Mereka mengaji pagi hari pukul 06.00 WIT, dan sore hari pukul 18.00 WIT. Malamnya, anak-anak masih lumayan banyak yang betah di rumahku, daripada bermain saja, maka aku mengajak mereka bermain edukatif. Mereka antara lain adalah kadir (kelas 1 SMP), abdul kadir (Kelas 2 SMP), yusri (Kelas IV), muhammad nur, dan amelia. Mereka silih berganti aku suruh mereka membaca komik sains kuark, alangkah terkejutnya aku ketika melihat yusri (kelas IV SD) membacanya kurang lancar dan masih mengeja, akupun mencoba mengecek anak lain bagaimana cara mereka membaca, dan ternyata hampir sama, hanya Kadir yang sedikit lancar membacanya. Lanjut dengan permainan lainnya, aku memberi tebak-tebakkan ilmu pengetahuan sosial, tentang siapa presiden dan wakil presiden Indonesia, ternyata mereka tidak tahu nama wakil presiden saat ini, sayapun bertanya kepada mereka, siapa-siapa saja presiden Indonesia, dan hasilnya, mereka tidak tahu, termasuk si kadir dan abdul yang telah duduk di bangku SMP. Aku  “merangsang” mereka dengan memberikan klu-klu jawaban, dan ternyata itupun masih susah, akhirnya aku kasih mereka jawaban, tetapi dengan mengeja huruf satu demi satu. Inilah keadaan anak-anak di Labobar, masih jauh “tertinggal” dengan anak-anak di Jawa. Mungkin benar kata Bu Wei l;in, kami akan banyak “nyaur utang” untuk mengejar ketertinggalan ini, demi mimpi untuk mencerdaskan anak bangsa. 1 tahun ini akan sangat bermakna bagiku dan tentunya anak-anak kampung labobar. bismillah

Cerita Lainnya

Lihat Semua