Taekwondo!

Sabda Pambayu 30 Januari 2011
Awal semester telah aku ceritakan sakit yang menghampiri dan guru-guru Torosubang yang menghilang menikmati masa libur yang seharusnya sudah berakhir seminggu yang lalu. Empat hari sudah aku meninggalkan rumah sakit aku sudah mulai dengan rutinitas ku sehari-hari. Pagi hingga siang aku mengajar di Torosubang dan sore harinya aku memberi pelajaran tambahan, mengajak anak-anak membaca dan membimbing anak-anak yang akan mengikuti Olimpiade Sains Kuark. Hari minggu merupakan hari istrahat setelah setiap hari aku harus berjalan dari rumah hingga SD Torosubang menempuh perjalanan 2km di bawah teriknya matahari tengah desa nelayan Bajo. Namun, minggu ini ada yang berbeda aku persiapkan untuk sore nanti. Sore ini aku akan mengajar Taekwondo anak-anak SMP dan SMA. Taekwondo merupakan salah satu bela diri yang telah aku tekuni sejak tahun pertama aku kuliah di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, akujuga  pernah mengikuti olahraga bela diri Tarung Derajat saat kuliah tahun ke tiga. Mengajar Taekwondo anak-anak SMP dan SMA di tempat tugas ku di Halmahera Selatan memang sudah aku rencanakan pada saat aku training pembekalan Pengajar Muda di Bogor selain juga karena ada permintaan warga Bajo yang ingin anaknya aku latih bela diri karena beralasan anaknya pendiam dan suka bermain dengan teman perempuannya dibandingkan dengan teman laki-lakinya. Awalnya aku hanya akan mengajar anak dari salah seorang warga tersebut tetapi ternyata minat dari para remaja Bajo yang ingin ikut latihan sangat tinggi hingga aku harus mengajar 20 orang anak-anak SMP kelas I sampai anak SMA kelas II. Minggu sore hari pukul 16.00 wit, bertempat di lapangan SMP Bajo aku berdiri lengkap dengan seragam Taekwondo yang sengaja aku bawa dari Bogor di depan ke 20 murid pertamaku. Target tendang serta program latihan yang pernah aku dapatkan saat kuliah menjadi bekal aku mengajarkan teknik Taekwondo pada anak-anak Bajo ini. Sebenarnya selain mereka mendapatkan materi tentang bela diri aku juga akan mengajarkan tentang makna ilmu bela diri itu sendiri. Menghargai yang lebih tua, tidak suka mengganggu yang lemah dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi merupakan bagian softskill yang ingin aku ajarkan kepada murid-muridku. Anak-anak Bajo yang gemar memukul temannya harusnya diberikan wadah positif dengan mengajak mereka mengikuti latihan bela diri seperti berlatih Taekwondo. Anak-anak yang aktif tersebut mungkin memiliki bakat menjadi atlet bela diri selain mereka bisa diajarkan agar meninggalkan kebiasaan mereka yang suka memukul temannya. Memang perlu proses yang panjang dan bertahap merubah kebiasaan yang sering dicontohkan oleh orang tua mereka sendiri yang mengajarkan anak-anak mereka dengan tangan (kekerasan). Latihan Taekwondo sore itu berlangsung selama satu setengah jam. Dimulai dengan mengajarkan sikap berdiri yang baik, proses upacara sebelum latihan kemudian diikuti dengan pemanasan dan latihan inti. Latihan inti aku isi dengan mengajarkan tendangan dan teknik dasar Taekwondo. Sambil mereka istrahat setelah menjalani latihan yang cukup membuat mereka berkeringat aku pun mulai menanyakan tentang sekolah mereka termasuk kesulitan serta hambatan mereka dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru-guru mereka. Aku berharap Taekwondo selain menjadi tempat latihan bela diri juga menjadi tempat aku membimbing remaja-remaja ini agar rajin belajar, mengetahui persoalan pendidikan di tingkat SMP dan SMA di kecamatan Botang Lomang serta membimbing mereka agar tidak mengikuti kebiasaan para pemuda desa Bajo yang masih gemar mengkonsumsi miras.

Cerita Lainnya

Lihat Semua