Mukaddimah!!

Sabda Pambayu 30 Januari 2011
Aku menulis jurnal ini disebuah rumah suku Bajo, disebuah pulau terpencil di kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Aku mencoba membuka kembali lembaran-lembaran ingatanku yang masih terekam jelas saat pelepasan Pengajar Muda menuju tempat pengabdian di lima kabupaten di Indonesia tercinta. Di sebuah rumah dengan berlantaikan kayu kelapa yang ditompa beberapa tiang di atas air laut yang jernih, beratapkan daun lontar tampa genteng, aku akan menjalankan hari-hari ku sebagai seorang Pengajar Muda di SD Torosubang desa Bajo pelosok Halmahera Selatan. Kenangan terakhir Aku dengan para Pengajar Muda dimulai saat ruang makan MTC menjadi bagian saksi terakhir pertemuan Kami. Malam di MTC. Angin begitu tenang, hanya udara dingin sayup-sayup menyapa bulu kudukku. Entah kenapa semua berubah ketika sirine toa yang biasa digunakan membangunkan Kami atau sebagai pertanda bahwa waktu olahraga pagi segera dimulai memecah segala kesayupan malam itu. Pukul 01.00 wib, ditengah ruang makan Kami berkumpul dengan segala mimik yang menerawang. Pagi dini hari ini, pagi terakhir Pengajar Muda berkumpul, belajar bersama, bercanda, atau hanya sekedar menjahili sahabat kami. Pengabdian Kami di lima kabupaten, Bengkalis, Tulang Bawang Barat, Pasir, Majene dan Halmahera Selatan, mengantarkan dini hari ini pada suasana haru bercampur bangga karena akan menjadi bagian dari janji kemerdekaan yang harus Kami lunasi sebagai generasi muda bangsa ini. Bus pariwisata yang biasa mengantarkan Kami telah terparkir rapi di depan MTC seakan begitu gagah menyambut sekaligus siap mengantarkan para Pengajar Muda ke bandara Soekarno-Hatta. Soekarno-Hatta terminal 2-f, menjadi tempat terakhir Kami berkumpul. Ada yang berbeda dari setiap muka para Pengajar Muda yang menurutku semua mengisyaratkan perasaan bangga bercampur haru itu. Banyak hal yang telah Kami lewati bersama, suka dan duka sudah menjadi hal yang biasa bagi Kami. Dan, pada pagi ini semua bercampur perasaan sedih berpisah dengan sahabat-sahabat Pengajar Muda yang penuh dengan jiwa inspirasi yang selalu menyemangatkanku. Lagu Padamu Negeri menutup upacara pelepasan Pengajar Muda di Bandara Soekarno-Hatta itu. Satu persatu Kami mulai menyalami semua sosok yang berdiri didepan pelataran bandara. Sosok para pendiri yayasan, tim Indonesia Mengajar, orang tua Pengajar Muda dan beberapa orang spesial yang ikut datang melepas para Pengajar Muda. Halmahera Selatan adalah kabupaten pertama yang meninggalkan bandara. Perasaanku semakin labil, entah kenapa mataku berkaca saat seorang wanita di sudut keramaian para pengantar Aku hampiri. Dia Putri Anugrah yang sengaja tidak tidur semalaman dan meniatkan dirinya untuk menempuh perjalanan berjam-jam dari Bogor untuk melihat kepergianku. Suasanan semakin haru saat pak Hikmat memanggil para Halmahera ordinary squad (panggilan tim Halsel) untuk segera memasuki ruang keberangkatan. Selamat tinggal kota besar, selamat tinggal kemacetan, selamat tinggal lampu-lampu kota, dan selamat tinggal kekasih. Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam tibalah Hos di Manado. Kami melakukan transit 15 menit kemudian melanjutkan perjalanan menuju Ternate. Perjalanan Manado-Ternate Kami tempuh selama 45 menit. Setibanya Kami di Ternate, faskab (fasilitator kabupaten) Umi Poni menjemput Kami di bandara kemudian Kami menuju tempat penginapan di pusat kota Ternate. Kota Ternate berada di sebuah pulau kecil, di belakang kota ada sebuah gunung berapi yang masih aktif bernama gunung Gamalama. Kami pun melakukan observasi wilayah selama beberapa jam di kota Ternate termasuk pelabuhan dan mall baru yang ada di tengah kota. Setelah melakukan observasi wilayah Kami pun kembali ke penginapan dan mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan menuju Labuha ibukota kabupaten Halmahera Selatan. Pukul 9 malam Kami melanjutkan perjalanan menuju Labuha menggunakan kapal cepat selama 8 jam. Di Labuha Kami disambut oleh Sekda disebuah aula kabupaten. Proses penyambutan tim Indonesia Mengajar dihadiri oleh pejabat daerah dan kepala sekolah SD tempat Pengajar Muda bertugas. Selang satu hari Kami di Labuha Kami melanjutkan perjalanan menuju sekolah tempat Kami  mengajar. Darmaga desa Bajo tim Indonesia Mengajar mendaratkan kapal speed yang mengantarkan Aku ke tempat tugasku. Anak-anak SD Torosubang beserta kepala sekolah bapak Safi telah menanti kedatanganku. Laut yang indah serta perkampungan khas nelayan menyambut tim Indonesia Mengajar. Aku dititipkan oleh Umi Poni di rumah seorang tokoh masyarakat sekaligus kepala sekolah tempatku bertugas. Dan hari pun mulai berjalan dengan segala rutinitasku di desa nelayan suku Bajo. Tampa sadar matahari pun mulai terik, Aku telah berpindah tempat ke beranda belakang rumah yang menghadap laut. Angin laut yang sejuk serta pemandangan pantai yang indah mengiringi tiap ketikan kata-kata dalam jurnalku. Disini listrik hanya bisa dinikmati waktu malam hari dengan menggunakan genset. Untuk mendapatkan air tawar yang bersih bisa didapat dengan membeli air atau mengambilnya dari gunung belakang perkampungan suku Bajo. Hari ini dan hari-hari setaunku ini akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan ritme kehidupanku.

Cerita Lainnya

Lihat Semua