Perjalanan Hariku di Torosubang dan SD Torosubang
Sabda Pambayu 3 Februari 2011
Torosubang merupakan dusun yang terletak di ujung timur desa Bajo sekaligus merupakan tempat berdirinya SD Torosubang tempat aku mengajar. Saat siang hari, sama seperti Bajo, Torosubang hanya diterangi oleh matahari. Sedangkan saat malam mesin-mesin genset menjadi penerang dusun selain lampu minyak tempel. Penduduk Torosubang sebagian besar merupakan nelayan bagang, tetapi pada saat bulan purnama mereke berkebon atau berkebun. Kebun masyarakat Torosubang umumnya berada di pulau terpisah sehingga apabila mereka ingin berangkat ke kebun mereka harus menaiki ketinting atau perahu kecil.
Torosubang berjarak sekitar 2km dari tempat aku tinggal. Aku tinggal di rumah pak Safi kepala sekolah Torosubang yang bertempat di ujung barat desa Bajo. Pada saat pagi udara di Torosubang sangat dingin sehingga aku mulai mengajarkan rutinitas baru bagi anak-anak Torosubang sebelum masuk ke kelas. Senam pagi merupakan kegiatan awal sebelum masuk kelas. Anak-anak yang biasanya kedinginan mulai merasa hangat saat masuk ke dalam kelas, tentu saja dengan perasaan senang karena selain senam pagi aku selalu mengajak mereka bernyanyi. Suasana pagi yang penuh senyum anak Torosubang merupakan suasana di pagi hari yang ingin selalu aku pertahankan agar anak-anak Torosubang bisa merasakan sekolah sebagai rumah kedua mereka.
Sekolah Dasar Negeri Torosubang memiliki murid 196 siswa yang terbagi dalam enam rombongan belajar dari kelas I sampai kelas V (kelas VI belum ada), hanya kelas II yang terbagi dalam kelas IIa dan IIb. Torosubang memiliki jumlah guru 7 orang termasuk kepala sekolah yang terkadang harus mengajar kelas I. Secara kuantitas harusnya guru di Torosubang sudah mencukupi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Namun, pada kenyataannya tingkat kehadiran rata-rata guru Torosubang hanya mencapai 14.29-28.58% atau hanya satu hingga dua orang guru saja yang hadir. Kadang aku harus mengajar 3 kelas dalam satu jam pelajaran. Seperti hari yang pernah aku lalui dengan mengajar 3 kelas dalam satu jam mata pelajaran, hari ini pun aku harus mengajar tiga kelas. Kelas V IPS tentang “perjuangan melawan belanda”, kelas IV IPA tentang “gaya mempengaruhi bentuk benda” dan kelas III Matematika tentang “pecahan”. Seharusnya aku hanya akan mengajar IPA kelas IV dengan RPP ditangan, namun karena tidak adanya guru yang datang aku pun harus mengajar tiga kelas dalam waktu bersamaan. Kurang tegasnya Kepala sekolah menjadi salah satu penyebab rendahnya kehadiran guru di Torosubang. Padahal rumah para guru ini hanya beberapa meter dari sekolah dibandingkan dengan aku yang harus menempuh perjalanan kaki sepanjang 2 km menyusuri kampung Bajo dari ujung barat ke ujung timur untuk mencapai SD Torosubang. Selain itu, pada akhir-akhir ini Kepala sekolah sangat jarang ke sekolah. Hal tersebut semakin membuat guru-guru Torosubang jarang ke sekolah atau membolos.
Aku mengajar di SD Torosubang menjadi guru mata pelajaran kelas IV dan kelas V mata pelajaran IPA dan Matematika. Akan tetapi, rendahnya kehadiran guru mengharuskan aku mengajar beberapa kelas dalam satu jam mata pelajaran. Sepulang sekolah dengan waktu yang terbatas aku bisa istrahat sebelum jam 14.00 aku harus mulai mengajar membaca anak-anak kelas IV dan V yang datang ke rumah dan sore harinya memberikan bimbingan olimpiade Kuark (kelas IV dan V) atau melatih Taekwondo. Sangat ironis kelas IV dan V yang belum bisa membaca mencapi 35%. Sedangkan yang sudah bisa membaca tetapi belum lancar hampir mencapai 50%, dan hanya 15% siswa yang sudah lancar membaca. Data-data ini menjadi salah satu hambatan aku menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Bagaimana mereka bisa mudah mengerti materi pelajaran sedangkan membaca dan menulis saja mereka masih kesusahan. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran aku lebih sering mencotohkan sesuai dengan yang mereka temukan di desa mereka. Jarang contoh yang ada di buku pelajaran aku sampaikan langsung kepada siswa. Saat proses KBM terkadang aku harus membagi dua bagian dalam satu kelas. Satu bagian siswa yang belajar membaca dan satu bagian lagi siswa yang belajar tentang materi pelajaran. Memang akan menghambat dalam hal mengejar materi tetapi dengan metode itu diharapkan presentasi siswa yang tidak bisa membaca bisa berkurang selain dengan privat belajar membaca di rumahku. Siswa Torosubang harus memiliki kemampuan 3M (membaca, menulis dan mengitung) selain materi pelajaran yang mereka terima!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda