JAWA VS LAMPUNG

Rusdi Saleh 13 Desember 2010
Jam 21:59 tanggal 13 Desember 2010 Kawan, sejak saya tinggal di Lampung satu bulan yang lalu, saya amat jarang mendengar orang berbicara dengan bahasa daerah Lampung. mungkin kawan juga tahu kalo di lampung sebagian masyarakatnya juga berbahasa Jawa. Di kecamatan yang saya diami ini saja, kecamatan gunung Agung, bisa saya pastikan bahwa 95 persen berbahasa Jawa. Bahasa sehari-hari mereka ya bahasa Jawa itu. Saya yang notabebe orang sunda hanya bisa menjawab “Nggeh, Bu”, jika keluarga angkat saya bertanta tentang satu hal kepada saya. mungkin kawan sudah paham maksudnya “Nggeh Bu” itu apa. Jadi bisa dipastikan bahwa jawaban yang saya jawab belum tentu benar, karena tidak semua pertanyaan jawabannya harus “Iya”. ah saya tidak begitu paham apa yang mereka katakan, bahkan kadang-kadang ketika keluarga angkat saya bercanda dengan bahasa Jawa, saya ikut-ikutan saja, walau saya tidak mengerti mengapa mereka tertawa. Konon dulu katanya, Orang jawa pertama masuk Lampung pada tahun 1905, ketika jaman Penjajahan Belanda tentunya. Mereka dipindahkan untuk bekerja paksa menjadi petani di hutan-hutan lampung, membuka hutan dan hidup di Lampung. Saya beritahu satu hal kawan, bahwa dulu di Lampung sebagian hutannya belum banyak terjamah oleh orang asli Lampung sendiri sedangkan hasil rempah-rempah disana sangat bagus, jika saya tidak salah liat LADA HITAM adalah nama rempah-rempah yang jadi primadona daerah Lampung. Sampai Belanda angkat kaki dari negeri Indonesia, mereka terus mengirim beberapa keluarga dari Jawa (yang saya tahu dari Yogyakarta, Brebes dsk) untuk menjadi petani di lampung, tentu saja mereka berbicara bahasa Jawa. Tahun berganti tahun, keluarga mereka beranakpinak dan semakin banyak warga Lampung dari suku jawa yang berbahasa jawa tentunya. Sampai detik ini pun kedua orangtua angkat saya yang orangtua mereka dari Jawa selalu berbahasa Jawa meski mereka lahir di Lampung. Kadang murid-murid saya di sekolah pun menggunakan bahasa Jawa untuk menyampaikan sesuatu kepada saya, dan saya selalu mengingatkan kepada mereka untuk selalu berbahasa Indonesia ketika berbicara dengan saya. Walaupun kadang malah saya yang terpengaruh berbicara dengan bahasa jawa seadanya (bahasa jawa versi saya). Beberapa kawan saya para pengajar muda lain pun yang bukan berasal dari suku Jawa, nampaknya agak sedikit kesulitan ketika harus berbicara bahasa jawa. Terdengar sangat aneh bahkan ketika logat sunda namun dipadukan dengan bahasa jawa. ***** Mungkin jika saya disini selama satu tahun kedepan, sedikit-sedikit saya pun akan bisa berbahasa Jawa. Sehingga bisa menambah perbendaharaan bahasa yang saya kuasai. Jadi jangan heran selepas pulang dari Lampung ini saya lebih mengerti bahasa Jawa daripada orang lampung. *Pas 400 kata, Rusdi Saleh Untuk Indonesia Mengajar.

Cerita Lainnya

Lihat Semua