Kegagalan Pertama
Roy Wirapati 18 Desember 2010
Muara Basung, 26 November 2010
Tak terasa sudah satu minggu aku mengajar di SDN 07 Muara Basung. Hidup tak pernah senikmat ini sejak aku dilahirkan. Setiap hari melihat senyum anak-anak yang membuat diriku terus bersemangat untuk mengajar, apalagi kalau aku ingat beberapa bulan yang lalu aku masihlah Roy yang kaku dengan anak-anak. Ternyata hidup itu dapat berubah dalam waktu sekejap saja. Itulah mengapa kita tidak boleh meremehkan arus kehidupan. Sedikit saja terlambat menyadarinya maka kita sudah akan terseret ke dalam arus kehidupan yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya.
Dua minggu aku telah mengajari mereka matematika dan mereka telah selesai kuajarkan satu bab mengenai bangun datar segi banyak, lingkaran, tabung dan prisma segitiga. Inilah saatnya untuk menguji pemahaman mereka. Membuat soal ulangan itu memang sangat sulit apalagi untuk anak SD. Kita tidak boleh membuat soal yang terlalu sulit dipahami oleh mereka karena otak mereka belum serumit orang dewasa. Sehingga membuat sebuah soalnya yang mudah dipahami tetapi menarik untuk dikerjakan itu cukup sulit.
Akhirnya aku memiliki 10 soal untuk ulangan matematika ini. Aku telah membuatnya sedemikian rupa agar tidak terlalu sulit. Jika mereka sudah paham dengan materi yang kuberikan seharusnya mereka bisa memperoleh nilai sempurna dalam ulangan ini. Selama kuis dan latihan yang kuberikan mereka selalu bisa mengerjakannya dengan baik. Aku cukup optimis dengan pencapaian mereka nantinya. Dan, ulangan pun dimulai.
Waktu ulangan ini begitu melelahkan bagiku. Karena entah mengapa mereka terus-menerus mencoba mencontek baik kepada temannya, kepada buku atau dengan cara apapun. Bahkan ada beberapa dari mereka yang berusaha mencontek di depan mataku. Mereka tidak butuh melakukannya sembunyi-sembunyi karena jika aku tidak menegur mereka, mereka akan meneruskan tindakan mereka walaupun mereka sadar aku mengetahui tindakan mereka. Aku benar-benar pusing menghadapi tingkah mereka. Tiga jam pelajaran itu pun menjadi jam pelajaran paling lama dalam hidupku karena harus menghabiskan waktu untuk menegur mereka semua.
Ulangan pun berakhir. Dengan lelah aku melihat lembar jawaban yang telah mereka kerjakan. Aku coba melihat sekilas dan beberapa dari mereka menjawab pertanyaan dengan salah. Aku kaget. Banyak dari mereka menghitung luas lingkaran tanpa phi yang bernilai 3,14 atau 22/7. Bahkan ada dari mereka yang mengerjakan nomor 1 sampai 10 dengan menggunakan rumus tabung yang bahkan rumus tabungnya salah. Aku benar-benar terkejut pada saat memeriksa seluruh ulangan mereka. dari 39 orang siswa sekelas, hanya 3 orang yang mendapat di atas 60. Salah satunya adalah Vega, murid jenius yang terdapat di kelasku. Dia mendapat nilai 98 hanya karena ada satu jawabannya yang sedikit salah di penghitungan akhir. Tetapi dari awal sampai akhir dia menjawab semuanya dengan metode yang tepat.
Ini benar-benar kegagalan yang menyakitkan bagiku. Bagi seorang guru, tidak ada kegagalan yang lebih parah dibandingkan melihat nilai murid sekelasnya buruk semua atau melihat kelakuan murid sekelasnya tidak terpuji. Hari ini aku telah mendapatkan kedua kegagalan itu. Hatiku benar-benar terpuruk. Apa yang salah dari yang kuajarkan. Aku mencoba merefleksikan kembali diriku dan kucoba untuk melihat dari sisi yang lebih baik. Akhirnya aku memutuskan sesuatu. Akan melakukan sebuah percobaan. Biarkan ini sebagai shock therapy bagi mereka semua, termasuk untukku. Aku pun mengabarkan kepada murid-muridku yang datang ke masjid hari itu untuk memberitahukan kepada kawan-kawan mereka bahwa mereka sekelas mendapat nilai yang sangat buruk dan sekelas harus mengikuti ulangan perbaikan untuk memperbaiki nilai tersebut.
Kali ini aku akan menguji kesungguhan mereka. Aku akan melihat sejauh mana mereka akan bisa berkembang nanti sebagai manusia seutuhnya. Aku tidak hanya menguji intelektual mereka dengan ulangan perbaikan ini, tetapi juga mental mereka.
Apakah mereka adalah anak-anak yang bisa diharapkan oleh bangsa ini?
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda