info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Yuk Memasak Mie Terenak Di Dunia

Rini Setianingsih 29 September 2014

Zulfikar, salah satu anak baik di kelas 6 tiba-tiba menghampiri saya ketika jam istirahat.

"Ibu bantuin kami masak mie ya? Kami tidak tau kapan harus memasukkan sayuran, bumbu dan mie-nya. Ibu bisa masak kan?"

Pertanyaan berurutan yang dilontarkan Fikar saat mengajak saya menjadi guru pendamping kelompok mereka dalam perlombaan Mie Aceh kali ini. Bu Yenny, wali kelas 6 B selalu melakukan kegiatan Lomba Memasak Mie Aceh dalam setiap semester. Lomba Memasak Mie Aceh ini merupakan salah satu kegiatan pembelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) yang sangat menjunjung tinggi local wisdom Aceh.

Mie Aceh, siapa yang tidak mengenal makanan khas dan sangat terkenal dari Aceh ini. Mie Aceh merupakan salah satu Mie terenak di dunia (hehe agak hiperbolis :p). Bentuk dari Mie Aceh (disebut dengan Mie Tepung disini) berbeda dengan mie kebanyakan yang bentuknya kecil-kecil dan keriting seperti mie instan. Mie Aceh teksturnya lebih padat, lurus dan diameternya jauh lebih besar dari mie instan, mungkin 2x lipat. Selain itu Mie Aceh berwarna kuning agak keorenan. Karena terbuat dari tepung dan teksturnya padat, Mie Aceh sangat mengenyangkan dimakan meski hanya piring kecil. Mie Aceh ini biasa dimasak dicampur dengan sayuran seperti kol dan toge serta seafood segar seperti cumi, undang bahkan kepiting. Pokoknya maksyussss :)

Karena saya mendadak lapar menceritakan Mie Aceh, lanjut saja saya ceritakan tentang lombanya hehe. Dalam lomba masak sederhana kali ini satu kelas dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok mengumpulkan uang untuk dapat membeli bahan-bahan membuat Mie Aceh. mereka pun saling membagi tugas untuk membawa peralatan masak seperti kompor, wajan, irus, piring, pisau, sendok, dan sebagainya. Keempat kelompok ini saling berkompetisi dalam membuat Mie Aceh yang pastinya enak dan sajiannya menarik. Selain rasa dan penyajian, hal lain yang dinilai adalah kebersihan saat memasak, apakah sang koki mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masak, menggunakan peralatan yang bersih, dan juga apakah saat memasak sampah berserakan atau tidak.

Masing-masing kelompok mengajak guru lain untuk menjadi pendamping kelompok. Zulfikar meminta saya menjadi guru pendamping kelompoknya. Suatu kehormatan bagi saya terpilih jadi salah satu guru pendamping kelompok. Itu berarti saya dianggap bisa memasak dengan baik dengan benar. Meskipun saya belum pernah masak Mie Aceh secara lengkap dari awal hingga akhir. Sebagai orang yang dianggap paham memasak Mie Aceh, anak-anak selalu menanyakan pendapat saya kapan harus memasukkan sayuran, memasukan garam, hingga kapan mie-nya dimasukkan. Dan yang sakti adalah saya diminta sebagai penyicip yang menentukan apakah rasa Mie Aceh-nya sudah enak atau masih kurang. Sadisssss, masak Mie Aceh totally aja belum pernah hehe.

Berbeda di daerah lain di Indonesia, di tempat kami laki-laki tidak segan untuk memasak. Anak laki-laki menggoreng sedangkan anak perempuan memotong sayuran dan hiasan. Guru pendamping kelompok pun ada beberapa yang laki-laki. Ini bukti nyata adanya kesetaraan gender di Aceh hehe.

Dengan segala trial and error kesotoyan yang saya sarankan pada mereka, Alhamdulillah kami menjadi kelompok yang hidangannya pertama kali selesai. Kelompok kami menggunakan sayuran yang tersisa seperti seledri, tomat dan timun untuk membuat bentuk muka. Hehe lucu sekali lho jadinya. Selanjutnya hidangan yang sudah dihias dibawa ke kantor untuk dicicipi oleh para dewan guru.

Setelah dewan guru bermusyawarah, Alhamdulillah kelompok kami mendapatkan kategori Juara Hiasan Hidangan Terbagus. Hehe liat deh penyajian Mie Aceh kami. Lucu kan :D 

Ternyata belajar tidak selamanya membosankan dengan selalu menulis dan membaca. Tidak harus yang jauh-jauh. Hal-hal sederhana, keterampilan dasar yang anak-anak perlu ketahuilah yang harus diajarkan. Ketrampilan yang menjadi ciri khas daerahnya, local wisdom. Dan pastinya pelajaran SBK kali ini menjadi sangat menyenangkan, karena setelah masak-masak kita makan-makan. Hajar!


Cerita Lainnya

Lihat Semua