Kelas Kaligrafi : Mengisi Ramadhan Dengana Menyenangkan
Rini Setianingsih 28 September 2014Tahun ajaran 2013/2014 diakhiri dengan liburan sekolah yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Setiap provinsi memiliki kebijakan masing-masing terkait berapa lama hari masuk dan libur sekolah. Sekolah saya, SDN 2 Langkahan yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Aceh menaati aturan dari Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, dimana liburan sekolah dan libur awal bulan Ramadhan berakhir dengan masuknya anak sekolah pada tanggal 7-23 Juli 2014. Sekolah saya mengambil kebijakan bahwa anak yang diwajibkan masuk sekolah adalah kelas 4,5 dan 6, sedangkan kelas 1,2 dan 3 libur.
Agenda saat bulan Ramadhan bukanlah KBM seperti biasa, melainkan kegiatan pesantren kilat. Mulai dari perlombaan MTQ, adzan, cerdas cermat, dsb. Hari pertama sekolah setelah libur, yaitu tanggal 7 Juli 2014 saya masuk sekolah dengan sangat semangat. Berharap agar sekolah ramai dengan anak-anak yang ingin mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan menyenangkan. Namun saat datang ke sekolah hati saya lemas, tidak lebih dari dua puluh orang total anak di sekolah yang datang. Saya sedih campur dengan bingung, kemanakah anak-anak murid saya ini? Tercatat, hanya 10 orang siswa yang hadir. Saya pun bertanya kepada Ana, Pengajar Muda yang sama-sama ditempatkan di kecamatan Langkahan, Aceh Utara seperti saya, berapa banyak siswa yang hadir di sekolah dia? Ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan. Sekitar 15 siswa yang hadir di SDN 4 Langkahan, sekolah Ana.
Setelah saya tanya dengan guru-guru yang hadir, hal ini memang yang selalu terjadi di sekolah setiap bulan Ramadhan. Anak-anak tidak tergerak untuk pergi ke sekolah dan orang tua tidak mendorong anaknya pergi ke sekolah. Jadilah dalam suasana ini banyak elemen tidak peduli akan pendidikan, kecuali institusi sekolah itu sendiri. Meskipun sudah diprediksi anak yang datang ke sekolah hanya sedikit, namun guru-guru tidak patah semangat untuk tetap datang ke sekolah. Kebetulan sekolah saya sudah membuat jadwal kehadiran guru-guru setiap harinya, sehingga tidak semua guru harus datang ke sekolah setiap harinya. Dalam satu hari ada guru yang datang minimal 2 orang, untuk memberikan sedikit ilmu untuk anak-anak.
Jadwal kehadiran saya di sekolah sebenarnya setiap hari kamis, bersama Bu Yuni wali kelas 4. Namun, karena saya sudah terlanjur akan cuti setelah Ramadhan, maka saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu saya di sekolah begitu saja. Saya mencoba masuk setiap hari. Alhamdulillah saya bisa datang setiap hari meskipun terkadang datang terlambat. Hari pertama sekolah, saya memasukkan anak-anak saya ke perpustakaan, dan kita belajar apa saja yang bisa dipelajari disana. Ada anak yang melihat alat-alat peraga IPA, bermain tebak-tebakan letak negara menggunakan peta, dan ada juga yang bermain gitar meski sebenarnya hanya gonjreng-gonjreng saja. Hal ini saya lakukan karena saya bingung apa yang harus diberikan kepada anak-anak, mengingat guru-guru yang bertanggung jawab hari itu sedang membantu guru lain mengecat kelas dengan cat yang baru.
Hari kedua dan seterusnya kegiatan pesantren kilat berjalan lebih lancar. Hari kedua dan ketiga diisi dengan kelas pidato. Hari keempat dan kelima diisi dengan kelas kaligrafi. Kelas kaligrafi adalah kelas seni Islam yang seketika terbersit oleh saya. Seni dan kerjainan tangan adalah hal yang sangat kurang diberikan kepada siswa-siswa SD di Langkahan, begitulah kata Pak Ja’far pengawas dari UPTD di penempatan saya. Sehingga saat saya menawarkan untuk membuat kaligrafi, anak-anak sangat menyambut dengan antusias.
Kaligrafi yang saya berikan kepada anak-anak sebenaranya bukanlah kaligrafi yang pada umumnya, yatu menulis indah ayat Al-Quran. Tapi lebih kepada menghias tulisan Al-Quran yang sudah ada agar lebih indah dan menarik dilihat. Pada hari keempat saya berikan kaligrafi tulisan “Allah” dan hari kelima saya berikan kaligrafi tulisan “Muhammad” dalam tulisan Arab. Anak-anak menghias tulisan dengan berbagai kreasi masing-masing. Saya pun tidak lupa ikut serta menghias kaligrafi, sedikit memberikan gambaran kira-kira bagaimana menghias kaligrafinya. Karena guru itu ditiru dan digugu J
Di awal kelas saya bilang ke anak-anak :
“buat kaligrafinya yang bagus ya anak-anak, karena nanti hasilnya akan kalian pajang”
Setelah saya sampaikan hal tersebut di awal, anak-anak tambah bersemangat menghias tulisan “Allah” dan “Muhammad” yang saya berikan. Pada kelas kaligrafi kali ini ada anak yang menggambar masjid, ada yang menggambar gunung, ada yang menggambar pemandangan sawah, ada yang membuat bingkai foto dan sebagainya. Sedangkan kaligrafinya diletakkan di tengaah media, sehingga menjadi bagian utama dari karya kaligrafi.
Setelah selesai membuat kreasi kaligrafi masing-masing, anak-anak saya foto masing-masing dengan karyanya. Di akhir kelas, anak-anak sangat senang sekali pulang ke rumah karena mereka telah membawa hasil karya kaligrafi mereka yang indah-indah dan akan dipajang di rumah mereka masing-masing. Anak-anak senang karena melakukan hal menyenangkan, dan orang tua mereka akan bangga anak-anak mereka bisa menghasilkan karya yang bagus. Nantinya di kelas kaligrafi ketiga saya akan membuat kompetisi, dimana hasil kaligrafi terindah akan saya muat di majalah dinding edisi pertama masuk sekolah. Ayo siapa yang mau berbangga karyanya ingin dilihat satu sekolah?
Memang mengisi bulan Ramadhan dengan hal yang bermanfaat pasti sangat menyenangkan :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda