Salam Entrepreneur Cilik!

Rini Setianingsih 13 April 2014

Haloo temen-temen semua. Dalam kesempatan kali ini saya mau share ketiga anak-anak saya yang kece banged. “Entrepreneur Cilik” sekolah saya!

(Foto pertama) Anak berbaju pramuka : Muhammad Ali M.Ali begitulah saya biasa memanggil dia. Sosok anak yang sangat sederhana. Tasnya sederhana, baju dan juga sepatunya. Suatu ketika saya melihat dia tidak memakai sepatu saat upacara. Lalu saya bertanya mengapa. Dia menjawab “sepatu saya sudah koyak (rusak) bu, Ayah hana peng (bapak saya tidakmpunya uang untuk membelinya)”. Seketika hati saya lemas. M.Ali, sama seperti dengan kebanyakan anak di sekolah saya, bukan berasal dari keluarga kaya. Orang tuanya bukan petani kebun atau sawah ataupun pedagang ekspor impor hasil tani yang sukses. Namun yang membedakan dia dengan temannya yang lain adalah dia mencoba mengubah keadaan dirinya, bukan mengutukinya.

M.Ali mencoba dengan cara menjajakan hasil kerja Mamaknya di sekolah. Yah M.Ali menjadi pengusaha sejak di bangku sekolah dasar. M.Ali menjajakkan kue yang terbuat dari tepung terigu dicampur gula dan dililitkan pada sebatang kayu, seperti sate. Lalu dibalur mentega beserta meses, mmmm nyummmyyy enak sekali. Pertama kali saya tau M.Ali berjualan, saya langsung memborong dagangannya sebanyak 5000 ruapiah alias saya membelinya 10buah langsung. Dagangan M.Ali ini sangat cocok bagi kantong teman-temannya yang masih di bangku SD hehe, murah meriah :)

(Foto kedua) Pengusaha Bersaudara : Muskarnaini dan Akbar Mualana

Muskarnaini atau teman-teman memanggilnya Nini merupakan murid saya kelas VA sedangkan Akbar Maulana kelas IV A. Mereka bersaudara sepupu, atau dalam bahasa Aceh disebut dengan “aneuk kumun”. Mereka berdua setiap harinya menjajakan es. Dimana es ini setiap harinya berganti variannya. Suatu ketika mereka menjajakkan es timun, suatu ketika mereka menjajakan es kuku bim* atau coffee mi*, bahkan waktu yang lain mereka menjajakkan buah semangka dingin. Kreatif sekali!

Nini sangat ulet dalam berjualan. Dia menawarkan es-nya dari kelas ke kelas, bahkan kepada guru. Dia selalu menjelaskan apa yang dijual dan menyebutkan kelebihan dari apa yang jual. Nini menyebutkan semua kelebihan  dagangannya pada semua varian. Misalkan ketika menjual es ketimun, Nini berkata : “Bu beli es timun bu. Manis ini bu. Enak minum dingin panas-panas begini”.

Nini juga sangat cerdas dalam melihat peluang bisnis. Dia membawa termos es-nya saat pelajaran olahraga. Bahkan hingga ke lapangan bola. Lapangan bola terdekat dengan SD saya kira-kira berjarak 1 KM dari sekolah saya. Ketika teman-temannya kehausan dan kelelahan setelah bermain bola dan mendapati tidak ada yang berjualan karena lapangan bola ini nyaris masuk ke hutan, Nini mengambil peluang. Dia mengeluarkan daganganhya dan seketika itu daganganhya laris manis, meski akhirnya banyak yang berhutang karena tidak membawa uang saat olahraga.

Nini ini selai jago dalam menjual serta melihat peluang, juga ternyata sangat murah hati. Nini rela jika harus dihutangi, bahkan rela ketika ada yang mengambil ea namun tidak bayar. Apalagi ketika hectic Nini diserbu temannya yang baru selesai olahraga. Nini percaya sekali dengan teman-temannya. Begitu pula mereka tidak ingin mengkhianati Nini. Mereka selalu menaruh uang di bagian dalam tutup termos. Meski Nini sebenarnya tidak hafal betul siapa yang sudah mengambil es-nya dan siapa yang sudah membayar.

Bayangkan jika 15-20 tahun lagi mereka bisa menjadi pengusaha sukses. Jika ia terjadi, perjalanan hidup berdagang ini akan menjadi cerita luar biasa dan mereka tidak akan menyesalinya. Merintis bisnis dari kecil hingga akhirnya menjadi besar dan membantu orang lain yang kesusahan. Ibu doakan agar cita-cita kalian tercapai, wahai para “pengusaha cilik” :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua