Jika Saja Semua Kepala Sekolah di Seluruh Indonesia Seperti Pak Yus (part 1) : Tidak Hanya Jadi Kepsek yang Baik, Pak Yus Juga Pemimpin Keluarga yang Baik

Rini Setianingsih 27 September 2014

 

Pak Yusmadi, Kepala SDN 2 Langkahan. Pak Yusmadi adalah sosok yang sangat kebapakaan, baik hati, bijaksana, tenang, santun, dan sangat religius. Beliau juga tokoh masyarakat di daerah beliau. Sosok yang sangat luar biasa sebagai pemimpin dan sangat patut untuk dijadikan contoh. Beliau sudah menjadi Kepala SDN 2 Langkahan selama 4 tahun. Beliaulah yang menjadikan SDN 2 Langkahan maju dan berprestasi. Tidak hanya bijaksana sebagai pemimpin di sekolah, beliau juga bijaksana sebagai pemimpin rumah tangga.

Malam itu entah hari keberapa Ramadhan, saya berbuka puasa di kediaman Kepala Sekolah saya selama di penempatan. Kebiasaan berbuka puasa di Aceh adalah langsung makan makanan berat setelah meneguk air. Tidak seperti kebiasaan di daerah asal saya yang menggunkan makanan kecil (ta’jil) sebagai menu berbuka. Saat itu saya memakan mie Aceh dan beberpa kue. Setelah makan sesaat tersebut, kami langsung bergantian mengambil air wudhu untuk shalat magrib. Kami shalat magrib berjamaah di mushalla dan diimami langsung oleh Pak Yus sendiri. Imam, anak laki-laki Pak Yus yang paling besar dan baru kelas 5 SD (dan selalu ranking 1 tanpa terkecuali) dengan sangat berani dan lantang mengumandangkan iqamah. Lalu Pak Yus memulai shalat berjamaah dengan takbiratul ihram. Ketika Pak Yus memulai membaca surat Al-Fatihah, hati saya bergetar, mata mulai berair. Ini bukan sekedar bacaan yang bagus, namun ada memori yang tetiba muncul. Tetiba saya teringat kebiasaan di rumah saya, kebiasaan shalat berjamaah. Ketika Bapak saya menjadi imam, diikuti oleh abang saya yang berada di belakangnya. Lalu Ibu saya, saya dan adik saya berbaris di shaf belakang. Kebiasaan yang hamper selalu dilakukan sehari lima kali, tidak lama setelah adzan selesai berkumandang. Kebiasaan shalat berjamaah shalat fardhu tepat waktu dengan keluarga. Kebiasaan yang tidak pernah saya lakukan di Aceh, selama sekitar 6 bulan ini.

Setelah selesai shalat fardhu, Pak Yus memimpin membaca doa. Kami semua mengamini dengan khusyuk. Setelah membaca doa, saya lagi-lagi dikejutkan dengan moment memorial yang sangat hangat. Imam kemudian maju ke depan Pak yus, duduk didepannya, mencium tangan beliau dengan sangat khidmat lalu mencium pipi, hingga dahi ayahnya. Oh Yaa Allah, hati saya meleleh, air mata nyaris tak terbendung lagi. Hal tersebut dilakukan oleh istri dan anak Pak Yus lainnya. Sungguh keluarga yang sangat harmonis dan religius. Saat melihat kejadian-kejadian saat itu, langsung tervisualisasi muka Ibu, muka Bapak, muka Muti abang saya dan muka Chili adik saya.

Selepas bersalaman saya melanjutkan shalat sunah ba’diah. Selepas shalat, saya membaca doa kedua orang tua. Dan saat ini sudah tidak terbendung lagi air mata. Ketika mengucapkan “rabbi firlii waliwalidayya”, muka kedua orang tua langsung muncul dalam doa. Seperti sangat dekat, padahal kami terpisah ribuan KM dan terpisah pulau. Dan untuk selanjutnya, setiap membaca doa kedua orang tua, saya menjadi melow, hati bergetar dan mata berair. Betapa saya kangen sekali kedu orang tua saya. Yaa Allah lindungilah kedua orang tua saya, bahagiakan mereka. Sayangilah sebagai mana mereka menyayangiku sewaktu kecil J

Meskipun saya terpisah dengan keluarga ribuan kilometer, ada hal yang sangat saya syukuri. Saya mendapatkan banyak keluarga baru disini. Teringat syair dari Imam Syafi’I yang berjudul “Merantaulah”.

Merantaulah

By: Imam Asy-Syafi’i

Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Pergilah kau kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air yang diam menjadi rusak kerana diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih jika tidak kan keruh menggenang   Singa tak akan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika sahaja matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman Orang-orang tidak akan menunggu saat munculnya datang   Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan Jika dibawa ke bandar berubah mahal jadi perhatian hartawan.

—————————————————————–

(Diwan Imam Asy-Syafi’i, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i)

 

Terimakasih untuk Pak Yus yang telah mengundang saya dan Ana untuk berbuka puasa di rumah beliau. Tidak hanya mengingatkan saya hangatnya rumah, namun juga sangat memberikan hikmah bagi saya. Bahwasanya semua pemimpin-pemimpin hebat di luar sana pasti tercermin dalam keberhasilannya memimpin keluarga. Keluarga yang hangat dan bermanfaat pasti tidak lepas dari sang Ayah, sebagai pemimpin keluarga yang dapat memberikan contoh baik bagi anggota keluarganya. Istri yang shalihah, anak-anak yang shalih dan shalihah, serta pintar dan berakhlak mulia adalah gambaran dari keberhasilan sang Ayah memimpin keluarga. Karena memimpin dimulai dari diri sendiri lalu dilanjutkan dengan lingkup yang lebih besar, yaitu keluarga.


Cerita Lainnya

Lihat Semua