Pertama Kalinya Memaknai Hari Guru

Rini Mayasari 26 November 2011

Ini pertama kalinya saya merayakan hari guru. Ini pertama kalinya bagi saya untuk sedemikian repot bersama murid-murid untuk mempersiapkan segala sesuatu mengenai hari guru. Saya sebelumnya bahkan tidak begitu tahu dan ingin tahu kapan hari guru tersebut.  

Beberapa haari sebelum hari H, kami sudah mulai menyusun mading, mengumpulkan kartu ucapan “Selamat Hari Guru” dari para siswa, membuat hiasan bertuliskan hari guru, latihan menyanyi, dan menyusun acara peringatan. Saya dan para siswa pun begitu bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya. 

Lalu tibalah hari guru tersebut, 25 November 2011, yang kebetulan jatuh pada hari Jum’at. Di sekolah, ada kegiatan pengembangan karakter berupa penyampaian nasehat-nasehat yang biasanya dilakukan pada Jum’at pagi, kegiatan ini dinamakan  Mentari Pagi. Tepat pukul 7.30 WITA, kegiatan Mentari Pagi pun dimulai. Siswa-siswa berbaris, mendengarkan Mentari Pagi dengan gelisah dan sedikit tidak fokus. Langit terlihat agak mendung, saya jadi was-was karena jika hari hujan maka akan kacau semua rencana yang sudah disusun. Berdasarkan kesepakatan dengan siswa, peringatan hari guru diundur saat jam istirahat, agar lebih surprise dan juga agar pada saat dirayakan semua guru telah hadir di sekolah. Ketika lonceng istirahat berbunyi, siswa kelas IV, V, dan VI segera berbaris menuju lapangan upacara. Beberapa siswa kelas VI turut membantu saya menertibkan barisan bagi siswa kelas I, II, dan III. 

Walau sempat agak kacau karena macetnya sound system, dimulai lah acara peringatan hari guru ini. Ibu-ibu dan bapak guru telah berbaris di depan kantor sekolah. Begitu pun murid-murid. Setelah pembukaan mulailah saya memimpin siswa-siswa menyanyikan lagu “Terima Kasih Guruku.”  

Ketika bait ini mulai dinyanyikan, rasa haru benar-benar menyeruak di dada saya. Teringatlah saya pada seorang guru saya ketika SMA yang penuh dedikasi. Suara saya agak serak dan tertahan karena terharu ketika itu. Lebih mengharukan lagi ketika saya melihat anak-anak mengusap air mata di pipi mereka ketika menyanyi. Saya yakin mereka juga merasakan keharuan yang saya rasakan. Saya yakin sekarang mereka sedang teringat dengan sosok guru paling berkesan di hati mereka. 

Peringatan hari guru ini berarti bagi saya untuk meneladani sikap-sikap dan pengabdian sang guru, dan meneguhkan hati untuk menjadi guru yang bisa jadi tauladan bagi murid-muridnya. Bagi saya, para murid yang masih sangat muda itu menunjukkan penghargaan mereka terhadap gurunya tepat ketika dengan semangatnya mempersembahkan lagu tersebut kepada guru-gurunya yang berbaris di depan. Rasa semangat yang kemudian menjelma menjadi buliran-buliran air mata karena haru. Sementara guru-guru pun tampak haru dan berkaca-kaca menikmati lantunan lagu Terima Kasih Guruku. 

Itulah yang saya tafsirkan dari 30 menit peringatan  hari guru yang kami siapkan selama berhari-hari. Sungguh momen ini akan saya ingat sepanjang hidup saya.  Saya tidak akan berada di sini, pada titik ini tanpa pengajaran dari para guru saya baik di TK, SD, SMP, SMA, mau pun di bangku kuliah. Saya beruntung mempunyai para guru yang baik dan penuh dedikasi. Sekarang saatnya saya yang harus membayar jasa mereka dengan menjadi guru yang baik bagi para murid saya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua