Cerita Ujian Nasional dari Belebak
Rini Mayasari 15 Mei 2012
7 Mei merupakan hari yang mendebarkan bagi saya dan tentunya bagi murid-murid saya yang duduk di kelas 6. Ini hari dimana perjuangan kami akan diuji, dan tentunya komitmen kami tentang kejujuran juga akan diuji. Ujian Nasional (UN), there you go! Tapi ada yang berbeda dengan pelaksanaan UN di SDN 006 Paser Belengkong. UN tidak dilaksanakan di sekolah kami, tapi bergabung dengan SDN 012 Paser Belengkong yang berjarak sekitar 5 km dari sekolah. Jadi, murid-murid kelas 1 – 5 tetap bersekolah seperti biasa, hanya dua guru yang ditugaskan mengawas dan kepala sekolah yang berada di lokasi UN.
Pagi ini saya tetap berangkat ke sekolah seperti biasa. Saya dapat giliran jadi pembina upacara, mengajar sebentar, lalu bergerak menuju lokasi Ujian Nasional (UN). Untuk mencapai lokasi UN, saya sudah berencana naik sepeda, tidak bgitu jauh soalnya. Pertama-tama saya mampir ke rumah dulu sebentar untuk mengambil sepeda. Ternyata, begitu sampai di rumah, ternyata speda tidak ada.
Plan A gagal! Tentu saya harus ke lokasi UN apapun caranya, anak-anak saya di sana sedang bertarung diuji, tidaknya intelegensi mereka tapi juga moral mereka.
Terpikirkan untuk jalan kaki saja. Namun, ibu angkat saya melarang saya berjalan kaki dengan alasan jarak tempuh yang cukup jauh. Ibu menemani saya menunggu kalau-kalau ada orang lewat untuk ditumpangi. Alhamdulillah, saya berhasil mencapai lokasi UN pada pukul 09.00 WITA, dgn menumpang motor warga yang lewat, padahal biasanya jalanan Belebak sangat lengang pada jam tersebut.
Alkisah, begitu smpai di lokasi UN, saya menuju lokasi ujian dan sempat berpapasan dengan kepala sekolah di depan kantor guru. Karena bukan pengawas, saya segan untuk masuk ke dalam ruangan ujian. Dari luar ruangan, saya mengamati anak-anak mengerjakan soal dengan hening. Bangga rasanya anak-anak semuda itu pun berani untuk jujur, padahal ini pertaruhan yang sangat penting bagi mereka.
Setelah beberapa saat, saya menuju perpustakaan karena tidak enak juga sndirian di luar ruangan.. Dengan diantar kepala sekolah, saya di masuk ke ruangan perpustakaan yang rupanya perpustakaan itu sedang dipakai sebagai dapur umum. Nampak ramai ibu-ibu guru yang sedang asyik memasak sambil bercengkeramah. Para guru tersebut kira-kira seumuran Mommy & kakak-kakak saya. Mereka ramah sekali. Dan saya pun larut dalam aktivitas memasak bersama mereka. Entah mengapa saya merasa seperti memasak bersama Mommy dan kakak-kakak saya, dan saya sangat menikmatinya walau baru kenal dengan ibu-ibu guru ini.
Ketika melirik jam yang menunjukkan waktu tinggal 15 menit lagi sebelum anak-anak keluar ruang ujian, saya pun pamit keluar dari dapur umur. Saya lalu memandangi anak-anak lagi, tetap dari luar ruangan. Mereka tetap hening dan terlihat gembira melihat saya menantikan mereka di luar.
Tak lama, waktu pun habis dan anak-anak keluar ruangan dengan senyum khas mereka. Mereka menang ujian kejujuran hari ini, pun keluar dengan senyum khas mereka. Ah, anak-anak ini kebanggaan saya memang!
Ketika saya tanya bagaimana ujiannya, mereka menjawab dengan senyum. Senyum mereka ini membuat saya penasaran. Saat guru-guru pengawas berkata soal UN Bahasa Indonesia cukup mudah, dalam hati saya berharap anak-anak pun merasa demikian.
Sebelum lembar LJK dikirim ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Paser. Lembar LJK para siswa diperiksa terlebih dahulu. Lembar-lembar tersebut harus diperiksa dengan cermat satu per satu. Namun, bukan jawabannya yang diperiksa, data diri siswa saja. Saya turut memeriksa LJK bersama para guru. Setelah BAP dan LJK, juga semua kelengkapannya di cek, sy mengawal LJK yang diantar ke dinas dengan menebeng motor Bu Een, Wakasek SDN 006 PB.
Di Disdikpora Kab. Paser, kami antri dulu,karena ruangan penyerahan sedang penuh. Tiba-tiba ada seorang ibu yang memotong antrian. Saya & Bu Een pun geleng-geleng melihat tingkah ibu tersebut. Bagaimana dia bisa jadi teladan bagi muridnya, jika dia sendiri tidak mau tertib antri. Ibu guru ini tidak boleh dicontoh.
Akhirnya, kami mendapat giliran menyerahkan berkas LJK dan kelengkapannya. Sama seperti tadi di sekolah, yang diperiksa data siswa saja, bukan jawaban. Tiba-tiba saya juga merasa iba melihat bapak-bapak yang bertugas memeriksa LJK di kantor disdikpora tersebut, sambil berharap semoga mereka tetap teliti walau harus memeriksa ribuan lembar LJK se-kabupaten Paser.
Lega setelah mengumpul LJK, saya dan Bu Een melihat-lihat pengumuman. Ternyata, dari SD saya tidak ada yg mengajukn diri jadi kepsek untuk menggantikan kepsek yg segera pensiun.
Sy bertanya kenapa Bu Een tidak mendaftarkn diri. Kata Bu Een menjadi wakasek sekaligus bendahara saja sudah pusing, apalagi jadi kepsek. Benar juga saya pikir, saya ingat Mom sibuk sekali waktu menjabat sebagai kepsek dulu.
Posisi sebagai kepala sekolah memang sangat berat. Bagus tidaknya performa sekolah dan kinerja guru tergntung bagaimana kepala sekolah memimpin sekolah. Kepsek yang baik akan jadi contoh bagi para guru untuk datang lebih awal, bertindak tegas kepada guru-guru yang tidak memenuhi kewajibannya, dan bersemangat dalam mengajar. Saya yakin Bu Een bisa jadi kepsek yang baik suatu hr nanti ketika beliau jadi kepsek. Bu Een ini salah satu sumber inspirasi saya di sekolah.
Saya lalu menemani Bu Een ke kantor UPTD, BKD, dan Catatan Sipil (Capil). Di Kantor BKD, salah seorang pegawai nyeletuk "Kenapa ini, mau demo kah?" ketika melihat saya memakai rompi Pengajar Muda (PM) dari depan. Lucu juga, hari gini saya ditanyain mau demo dengan rompi PM . “Demo mah dulu, Pak, waktu jadi mahasiswa. Sekarang waktunya berkarya buat bangsa,” begitu kira-kira sahutan saya dalam hati.
Nah dari Capil, sampailah tujuan: Fotokopi Bintang Jaya. Bu Eeen, men-drop saya di Bintang Jaya, lalu beliau pulang ke rumahnya. Saya pun memfotokopi soal-soal & LJK tryout MTK.
Setelah fotokopian selsai saya bingung bagaimana caranya pulang ke Belebak. Minta tolong teman untuk mengantar, tapi ada yang sibuk, ada yang belum balas sms dan sebagainya. Plan A yang saya buat yaitu naik ojek saja. Nah, ketika saya masih menunggu balasan si teman yang tak jua tiba sambil melewati pangkalan ojek, saya dipanggil-panggil “Rini" oleh para tukang ojek yang melihat badge nama di rompi saya.
Duuh! Saya sangat tidak suka dipanggil-panggil sama laki-laki iseng kayak tukang ojek begitu. Itu alasannya kenapa saya anti ojek. Semua tukang ojek di pangkalan itu saya blacklist. Saya pun terseok-seok berjalan di terikny Tanah Grogot sambil melihat-melihat apakah ada tukang ojek selain yang di pangkalan itu. Agak susah karena itu pangkalan ojek besar. Hampir semua ojek disana.
Entah bagaimana caranya saya harus sampai ke Belebak paling telat pukul 13.30 WITA, padahal jam sudah menunjukkan pukul 13.15. Saya terus berjalan dan sembari melihat ke tempat-tempat yang mungkin tempat mangkal ojek. Saya benar-benar diburu waktu. Saya cuma ingin cepat sampai Belebak, karena pasti anak-anak sudah menunggu saya.
There I go! Saya sampai Belebak jam 13.35 wita dengan menumpang ojek yang beruntungnya melihat ke arah saya ketika saya sedang kebingungan di dekat Plaza Kandilo. Saya telat! Bergegas saya ke sekolah dan segera memulai tryout MTK.
Selama 30 menit awal tryout (TO), siswa saya tertib. Selanjutnya ada yang keluar main bola, ada yang jajan dulu tapi ada juga yang serius sampai akhir. Menariknya, hasil terendah TO yg kacau itu adalah 5,0 dan t'tinggi 9,75 dr skala 10, tanpa nyontek. Nah, anak-anak Belebak cerdas, kan? Hehe.. :)
Setelah TO, kami kemudian main cinnaboy & benteng. Anak-anak pun riang gembira. Sementara saya sendiri merasa melepas penat yang saya tanggung dengan berlarian bersama anak-anak.
Memang, sejak jadi PM banyak hal-hal yang nampaknya sederhana tapi bisa membuat hidup sy jadi menyenangkn, seperti main cinnaboy bersama anak-anak ini selepas les.
Pelangi yg cantik muncul setelah gerimis tadi sore, ketika kami sedang main cinnaboy. Bahkan, melihat pelangi pun jadi romantis kalau bersama anak-anak
Sebelum bubar dari main Cinnaboy, saya dan anak-anak merencanakan les bersama anak-anak ba’da magrib. Namun, lampu padam waktu kami sholat maghrib. Anak-anak pun panik karena genset juga tidak bisa nyala. Saya menenangkan anak-anak dengan berkata, “PLN lagi ingin lihat kesungguhan kita belajar untuk UN. Walhasil, kami tetap les berpelitakan cahaya lilin & senter handphone Mommy saya. *Semoga pahala dari cahaya senter ini mengalir untuk Mommy, ya Allah.. Amiin.
Sejam kemudian lampu nyala. Kami sudah hampir usai les. Jadi saya bilang, "PLN memang mau lihat semangat belajar kita. Gelap toh tidak jadi halangan buat kita belajar!”
Sekian dulu diary PM hari ini. :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda