Tika-nya satu, Ceritanya Banyak!!! #Part2

Rika Amelia 1 Juni 2014

Bola-Bola Mie Tika

Memasak (baca:memporak-porandakan dapur) adalah kegiatan rutin kami sebelum belajar sore-sore sehari-harinya. Bukan karena aku suka masak, karna aku punya banyak chef cilik di desa ini (baca juga tentang: Bibikandoa: Menu Andalan Junior Master Chef Ala Paradowane). Salah satu yang paling bersemangat memasak adalah Tika. Setiap kali akan memasak, pasti Tika yang paling heboh membawa bahan-bahan yang dibutuhkan. Tak hanya paling berkontribusi, Tika juga paling cerewet saat memasak. Biasanya ia bertugas untuk menjaga makanan yang sudah selesai dimasak sebelum disantap bersama.

Pernah suatu ketika, Diah (Pengajar Muda desa Karumbu) sedang mengunjungi desa kami. Sontak tim juniormasterchef ini berinisiatif membuatkan masakan spesial untuk ibu Diah. Bibikandoa dan bola-bola mie. Bibikandoa telah selasai kami masak (dengan kericuhan disana sini seperti yang sudah saya ceritakan). Saatnya Bola-Bola Mie. Diadonlah, dibentuklah dan digorenglah si bola-bola mie ini. Satu per satu ditiriskan dari minyak dan disusun rapi di sebuah piring. “Coba ni ibu...” tawar Tika penuh dengan senyuman kepada kami. Enak. Namun, ketika mencoba untuk yang kedua kalinya, panangan Tika tak lepas dari ibu Diah, ia menatap lekat-lekat ibu Diah yang sedang menikmati bola-bola mie keduanya itu. “Jangan ja dimakan dulu ni ibu, nanti habis.” Katanya polos lalu melindungi bola-bola mienya dari terkaman kami. Hingga semuanya selesai digoreng, tak ada yang berani menyentuh bola-bola mie yang dilindungi oleh Tika.

Walaaa..semua sudah selesai digoreng, Tika kemudian menata si bola-bola mie itu di piring. Tahu tidak, dia lagi plating! Mengambil apapun yang ada di dapur dan menghias si bola-bola mie. Kemudian menyusul saya yang sedang duduk di dalam rumah. “Ibu, foto ja ni bola-bola mie nya.”

Jepret!!! ..(hening) Ternyata kameranya lupa dicharge. Gagal difoto, kamipun memutuskan untuk melahap habis si bola-bola mie.

 

Baca karicu Tika!

“Ibu...ke-ke-kenapa kantong semar itu makan serangga? Kan dia itu-au-gak punya mu-mu-mulut.” Tanya Tika yang terkadang saking cepat bertanya suka blibet sendiri dengan omongannya. Banyak tanya dan cenderung berbicara sebelum berfikir.

Hari itu Tika sedang membaca sebuah buku kesukaannya. Dengan cepat, lancar dan lantang dia membaca baris demi baris buku sambil nyaris tak berkedip. Matanya pun melotot sejadi-jadinya menatap lembar demi lembar buku.

Teringat dengan lomba baca cepat yang akan diadakan oleh perpustakaan daerah kabupaten bima, saya pun mengajak Tika berlatih bersama fifi dan amel untuk mengikuti seleksi tinkat kecamatan. Lolos di tingkat kecamatan bersama fifi, membuat Tika menjadi salah satu utusan kecamatan Parado untuk lomba membaca cepat di tingkat kabupaten.Tak ada lagi pengulangan dalam berbicara seperti yang sering dia lakukan. Tika dapat membaca dengan lancar dan cepat

Pagi itu Tika sudah bersiap-siap menempuh gelombang darat di jalanan dari desa kami menuju kota. Pakaiannya sudah sangat rapi karena hendak bersaing dengan anak-anak sek kabupaten Bima dalam lomba baca cepat yang diadakan di hotel La iLa di kota sana. Tegang karena takut kalah, Tika pun berangkat dengan Fifi dan Ba Jeli si bujang penjaga sekolah. Sorenya, Tika pulang dan datang belajar ke rumah. “Juara pila nggomi Tika?” tanya teman-temannya. “Juara satu ni..” jawab Tika dengan mulut yang nyaris tak bergerak dan suara yang dia telan sendiri ke perutnya. “Irrae..!!!de ngao la Tika ee...” Sorak teman-temannya girang. Tika pun semakin malu-malu. Hanya beberapa saat saja dia malu-malu tersipu-sipu.

Bona ja sih ibu, tiwara hadiah. (tidak seru ibu, tidak ada hadiahnya)” Ucap Tika tiba-tiba. Akupun geli. “Jadi, kamu ikut lomba karena hadiah?Ingat kata Ibu Rika apa?”

“I-i-ikut lomba itu untuk menambah pengalaman.” Ulang Tika sambik berusaha mengingat-ingat.  Senyum sebentar lalu murung lagi.

Nggomi ke.. (kamu ini), nanti di upacara Hardiknas kamu ketemu Bupati dan dapat hadiah. Senang?” tanyaku.

Tikapun tersenyum dan bertepuk tangan ala Tika. “Irrae...kabune ku bupati ainan, kak debi? Nggomi doho pernah ni foto sama bupati. Eh.., Bupati mantoi pelak. Ake ke bupati mabou...innae...bune kombi bupati itu ya.....”  Tika pun komat kamit sendiri membayangkan bagaimana rupa pak Bupati hingga akhir pelajaran sore itu.

Tika dan Tebak-tebakan Malamnya

Karna  rumahnya yang dekat, Tika adalah anak yang paling sering  belajar malam ke rumah. Biasanya sambil menunggu teman-teman mereka lainnya, mereka suka bermain tebak-tebakan. Ini adalah apersepsi versi Tika (karena setiap malam pasti Tika yang paling banyak membuat Teka Teki yang sekelebat muncul di benaknya)

“Ibu...Bulan, bulan apa yang punya nama?” meskipun Tika bertanya ke Ibu Rika, yang lain ikut menjawab. Semua salah. “Bulan purnama!!!Hore...saya pintar bikin tebakan ya..?”. Semua mencibir. Hahaha.

“Ibu, Ibu...,Bulan, bulan apa yang dikejar-kejar orang?” setelah berdebat sana sini tentang jawaban yang benar, Tika pun menjawab “Bulan-bulanan masa”

“Satu lagi ibu..Bulan, bulan apa yang muncul di tivi?” Tika diam menunggu yang lain menjawab lalu buru-buru berkata “Bulan jamila, itu tu ibu yang kata Dona Arsinta istrinya Ahmad Dhani”. Ya, dia memang serba Dona Arsinta, presenter favoritnya.

“Eh, satu lagi pelak...ini yang terakhir...benar!! Bulan, bulan apa yang ditunggu wanita?.. Datang bulan, kan ada di kuark edisi 9 ibu ya?? Hahahaha” ujarnya tanpa menunggu orang menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.

Malam itu memang sedang terang bulan.

“Ibu, Tadi saya lihat bulan besar warnanya merah,eh lain merah si...oren kombi. Mu-mungkin itu supermoon ibu ya?lagi ada di perigee.” Ujar Tika

Au si perige re?” tanya saya iseng. “Itu tu ibu, jarak terdekat bumi dengan bulan..” Jawab Tika dengan tepat dan membuatku mengalami sensasi iwow feeling.

***

 

Hei..Tika memang bukan favoritku, tapi inspirasiku. I don't like her, I LOVE HER.


Cerita Lainnya

Lihat Semua