#14 - “Ahh Pak Guru su mo pulang Jawa.”
Michael Laurent Salim 31 Mei 2014“Rasakan pentingnya sesuatu pada saat kau kehilangannya”
Ini idiom yang sudah sering kita dengar, namun pernahkah satu kali kita mempertanyakannya lebih dalam. Banyak orang akan menyetujui kalimat ini, karena mereka merasakan pedihnya patah hati ketika berpisah dengan kekasih atau mungkin penyesalan teramat dalam ketika orang tua harus pergi mendahului ke dunia sana ketika belum banyak yang bisa kita lakukan bagi mereka. Ya itu semua benar dan bukan berarti tulisan ini berusaha menyudutkan anda atau saya untuk kemudian berpikir mengenai penyesalan-penyesalan tersebut. Ooo tidak, tidak sama sekali. Tidak terbesit sedikitpun di benak ini untuk mengarah ke sana.
Hanya mencoba untuk mempertanyakan kebenaran pernyataan tersebut. Apakah benar, kita harus kehilangan sesuatu terlebih dahulu untuk merasakan pentingnya keberadaan hal tersebut. Jika memang pernyataan tersebut benar adanya, maka sangat kejam Sang Pemilik Alam ini. Ketika kita baru bisa merasakan makna mengenai sesuatu hal ketika kita kehilangan hal tersebut. Dan sejujurnya saya sangat yakin dan percaya bahwa Sang Pemilik Alam ini tidaklah sekejam itu. Ia yang juga Sang Pemurah tak akan merancangkan keadaan tersebut bagi kita.
Berangkat pada keyakinan tersebut, maka saya berniat mengutak-atik pernyataan tersebut dan ijinkanlah saya melakukannya. Tidak mau terperangkap dalam pemaknaan sempit yang ada, maka saya menggantinya menjadi “Maknai pentingnya sesuatu sebelum kau kehilangannya”. Yap sepertinya ini akan lebih berdampak positif daripada pernyataan sebelumnya.
Seringkali kita lupa, bahkan sengaja melupakan mengenai nilai atau makna atau arti kehadiran ketika memang benda atau mungkin orang itu ada dekat di sekitar kita, ketika kita dapat dengan mudah meraihnya atau merepotkannya. Saat itulah pintu penyesalan mulai mengintip dan mengelabui untuk suatu waktu kelak kita masuk kedalamnya. Alangkah baiknya jika kita bisa terhindar dari pintu tersebut. Salah satu langkah untuk menghindari bahkan menjauh darinya, mungkin ketika kita menghargai dan memaksimalkan setiap keberadaan yang ada di sekitar kita saat ini, entah itu situasi, entah itu orang, atau mungkin hanya benda.
Tak terasa bulan berganti bulan, tantangan silih berganti menghampiri. Dan perjalanan kita sebagai seorang pengajar telah mendekati akhir, tak sedikit pula masyarakat di kampung yang mulai berkata, “Ahh Pak Guru su mo pulang Jawa.” Hanya candaan, jurus terampuhku untuk menimpali mereka dan di lubuk hati bergema, “Apa yang telah kubagikan di sini?”.
Semangat kawan semua, mari maksimalkan dan maknai hari-hari yang tersisa, momen-momen yang terlintas, serta tantangan yang tersedia. Agar kita tak perlu melintasi pintu penyesalan yang mungkin saat ini sedang terbuka lebar menanti kita melewatinya. Nikmati, syukuri, dan tersenyumlah di mana pun tanah yang kita pijak saat ini, karena sesungguhnya tak perlu menanti kehilangan untuk merasakan makna dan arti ini semua. Cheers. :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda