Malaikat-Malaikat Kecil di Tanah Surga

Rika Amelia 12 Januari 2014

Salah satu bonus yang bisa kamu dapatkan ketika menjadi pengajar muda adalah senyuman tak berdosa malaikat-malaikat kecil di beberapa sekolah terpelosok tempat kamu menyisihkan setahun hidupmu di desa terpencil negeri. Meninggalkan sejenak keriuhan kota tak pelak akan terbayar dengan malaikat-malaikat kecil di tanah -tanah surga. Paradowane, desa dengan jargon paradise, adalah desa dimana saya dan malaikat-malaikat kecil saya setiap hari melakukan apapun yang mengundang gelak tawa dan senyuman lebar mereka. Tawa dan senyum yang menjadi obat mujarab penghilang lelah. "Gosh..Parado I'm in LOVE...!!!"

2014, semoga tahun ini membawa berkah bagi malaikat-malaikat kecilku....

 

Ainan

Bocah kecil kelas 5 SD yang tak pernah absen memboyong predikat juara kelas setiap semester ini tak akan bosan untuk dipandang. Parasnya yang imut dan cantik pasti akan memikat siapapun yang menemuinya. Jika kamu pertama kali bertemu Ainan, bocah kecil ini pasti akan malu-malu dan suaranya yang udah terlanjur serak akan semakin serak karena ditahan-tahan. Tapi, kalinya ia ditawarkan maju ke depan dan tampil, entah itu mendongeng, berpidato, berceramah, membaca puisi atau apapun itu, pasti kamu tak akan puas dengan senyumnya yang terus-terusan ia lempar sembari ia berbicara. Ainan pernah menjadi perwakilan NTB mengikuti Konferensi Penulis Cilik Indonesia di Jakarta dan mendapat predikat Pendongeng terkreatif di ajang yang cukup bergengsi itu. Tak tanggung-tanggung, ia pun sudah bertemu dengan menteri pendidikan Indonesia, bersama dengan ratusan peserta KPCI dari seluruh Indonesia. Tak hanya cerdas di bidang linguistik, bocah pencinta warna hijau muda ini juga memiliki daya tangkap dan daya ingat yang sangat bagus. Setiap kali saya melewati kelasnya ketika jam pelajaran IPA, pasti saya selalu mendengar suaranya yang berteriak-terika meski serak menjawab pertanyaan bu Nurhasanah. Begitupun setiap sorenya jika belajar Kuark, Ainan pasti akan selalu berdiri dan melompat-lompat menjawab pertanyaan dengan tangan mengacung. Sikapnya yang begini mengingatkanku pada sosok Hermione, salah satu karakter favoritku di Harry Potter. Bedanya, jika Hermione memiliki rambut bergelombang yang mengembang, Ainan saya ini memiliki rambut teramat panjang dengan peternakan kecil di kepalanya. Yap. Ainan sering digoda teman-temannya dengan si raja kutu. Hahahaha. Semoga tahun ini Ainan bisa tampil di depan khalayak ramai!

 

Nurfadilah

Saya kerap menyebutnya si bocah energiz*r. Bagaimana tidak, energinya yang meluap-lupa dan semangatnya yang selalu berkobar  layaknya letupan api di tungku umi, membuatnya tak mengenal kata lelah. "wati maki ni (tidak capek ni?)"  saya bertanya cukup sering padanya. "tida ibu e..". Kuat berlari kesana kesini, kuat berteriak-teriak memaki temannya yang ibut tidak memperhatikan di kelas, kuat mondar-mandir kesana kemari membawa buku, kuat berjalan kaki kemanapun, kuat mengayuh sepeda, dan yang tak ketingalan kuat ambisi dan pendiriannya. Poin bagusnya adalah ambisi kuat yang dimilikinya, ia akan berjuang demi apapun yang diinginkannya sekalipun harus mengabaikan sahabat-sahabatnya. Daya saing yang ia miliki terkadang membuatnya nampak sedikit ambsius dan egois, namun entah kenapa saya selalu merasa dia layak mendaptkannya dengan kegigihan dan uaha keras yang ia lakukan. Berbagai perlombaan sains dan matematika telah pernah dijajalnya baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaen. Mekipun belum berhasil menjadi perwakilan kabupaten untuk maju ke tahap nasional,. Dla tidak pernah menyerah, semangatnya pun tak peranh surut. Meskipun ia gagal menadi perwakilan provindi di kpci dia tak pernag GALA (walapun dia sempat sinis dengan anan dan debi selama bebrapa hari). Pun begitu, saya selalu tak tahan menahan tawa saat ia manyun karena keberhasilan temannya. Pun begitu, aku tetap berusaha mngonrol emosinya dengan membuatnya memberi kesemparan  kepada teman lainnya untuk berprestasi. Oh ya, bocah yang satu ini adalah bocah dengan segala gelar dan jabatan. Tak terbayangkan, tubung kurusnya menyandang jabatan duta kebersihan sekaligus, duta keselamatan, sekaligus ketua kelas, sekaligus pengingat ulang tahun, sekaligus ketua gank kelas 6 (hahaa). Semoga tahun ini Dila maju ke babak final OSK ya...Take a little break my lil student!

 

Firmansyah

Aba lan junior, begitu saya sering menggoda bocah yang mengaku anak gaul ini. Aba lan (Bang Dahlan) adalah ayah Firman yang sekaligus juga merupakan pengusaha bus antar desa yang cukup mahsyur di desa kami. Meskipun lulusan SD, beliau berasl memiliki sejumlah bus  dan bemo yang beroperasi antar desa. Pengalaman pahitnya di duna pendidikan membuatnya bercita-cita tinggi terhadap pendidikan Firman. Terlahir dalam keluarga berada ternyata tak membuat Firman tumbuh menjadi anak yang sombong. Meskipun terkesan bengal dan bandel (karena mengaku anak rasta, hahaha), bocah ini memiliki daya tangkap yang jauh melebihi tema-temannya. Di saat semua temannya harus mencatat informasi yang saya berkan, Firman cukup hanya dengan mengingatnya saja dan walaaa dia akan menjawab semua pertanyaan dengan baik dan benar. Tapi, kebengalannya yang senang berpetualang membuatnya sering tak keliatan saat belajar sore ke rumah saya. Keesokan harinya  saya selalu berniat memarahinya karena ketidakdisiplinannya, namun selalu gagal karena dia terlalu memukau ketika menjawab soal-soal yang saya berikan. Bocah pencinta musik raggae ini juga memiliki kepedulian terhadap sesama yang cukup tinggi, nampaknya yang satu ini dia warisi dari Ayah tercintanya. Firman adalah salah satu siswa yang paling semangat mengikuti gerakan koin harapan untuk Hasim (baca note saya sebelumnya). Semoga kepedulian Firman di tahun ini semakin besar...AMIIINNN

 

Anhar

Si bocah manj anak bungsu ina nya ini memiliki tubuh yang lebih besar dari teman-temannya yang lain. Sering sekali ia digoda teman-teman sekelasnya karena badannya yang besar (untuk ukuran anak desa). "Innae kalian ini, Anhar itu belum terlalu besar, coba kalian lihatr anak-anak di kota, badannya lebih subur dari Anhar." Ujar saya melotot kepada semuanya. Biasanya mereka hanya diam sebentra saja dan kemudian lanjut membully Anhar. Namun, semenjak Anhar didaulat menjadi fotografer dan berkuasa penuh atas kamera, yang lain pun mulai segan kepada Anhar (takut tidak -kebagian difoto). Bocah dengan curahan kasih saang yang cukup dari orangtuanya ini memang tergolong anak cukup beruntung, tak heran jika ia mampu berprestasi gemilang di kelas enam. Meskipun tak secemerlang Firman, Anhar juga tergolong anak yang memiliki kemampuan akademis yang cukup baik. Oh ya, jika musim mangga tiba, Anhar selalu datang ke rumah sore hari ketika belajar dengan membawa dua mangga. "Ini untuk ibu rika satu, ini satunya lagi untuk sama-sama.." begitu katanya sambil tersenyum menggemaskan. Semoga tahun ini Anhar sedkit lebih kurus ya...

 

Muslimin

Bocah kecil yang emosinya tak selabil  teman-temannya. Bocah yang satu ini tak pernah gagal membuat saya menatapnya tak berkedip di kelas. Perawakannya yang tenang dan selalu tersenyum ini, membuat tak hanya saya namun juga beberapa guru lain mengungkap rasa kagum kepadanya. Dia mungkin tak seambisius Fadila, tak sepintar Anhar, juga tak seberuntung Firman. Di saat teman-temannya yang lain bermain atau pergi belajar ke rumah saya, sering saya tak melihatnya. Ternyata, ia sibuk mengurusi adiknya yang masih kecil. Di gubuk sangat sederhananya terkadang ia juga membantu ina (ibu) nya memasak, mencuci dan pekerjaan lain yang mungkin anak laki-laki lain tak akan mau bmelakukannya. Meskipun hidup dibawah tekanan ekonomi dan psikologis dari orang tuanya, muslimin yang akrab dipanggil Lala ini tak pernah mengeluh. Ketika teman-temannya berhamburan keluar membeli bibikandoa saat jam istirahat, biasanya lala membantu ku mengumpulkan kembali kartu-kartu soal yang tadi kami pakai di jam IPA. Karena sifatnya yang stabil inilah (dibanding anak-anak lain yang temperamennya mudah terpancing), saya memilihnya menjadi duta perdamaian yang bertugas menjaa perdamaian di sekolah dan menghukum siapa saja yang berkata kotor di lingkungan sekolah dan rumah. Di antara banyak siswa yang terpilih menjadi duta perdamaian, Lala lah yang bertahan paling lama (sementara siswa lainnya sudah dipecat dan mengundurkan diri karena tak bisa menahan diri untuk tidak berkelahi ataupun berkata kotor). Semoga tahun ini saya punya rezeki cukup untuk membelikan seragam baru untuk Muslimin.

 

Muslim

Sosok dengan senyum paling lebar di kelas enam ini, selalu menarik (bagi saya). Kemampuannya yang jauh dibawah teman-temannya sering menjadi olok-olokan bagi teman-temannya. Memang. Muslim memang belum lancar membaca. Berhitung pun juga masih menggunakan jari. Ingatannya tak sehebat teman-temannya yang lain. Emosinya juga sangat mudah terpancing. Ketika marah, ia akan memukul siapa saja, lalu akan menangis sekeras-kerasnya ketika dibalas pukul oleh temannya. Yak, menangis sudah menjadi hal yang rutin dilakukan muslim setiap hari. Dalam tangisnya, ia kerap ngomel-ngomel ga jelas. Sering saya menegurnya "hei Muslim, dou mone aina nangi sih..( hei muslim, laki-laki ga boleh nangis sih..)". Tak peduli, bahkan tangisnya biasanya akan semakin keras. Muslim juga masih lama sekali ketika menulis. Jika diberi latihan, tak jarang muslim menolak menulis. Tapi, sejak kami bermain berburu soal, Muslim mulai menulis soal (walaupun tanpa jawaban). Saat ujian pun, dia yang paling serius mengerjakan soal ujian (meskipun ternyata yang ditulisnya di lembar jawaban adalah persis soal di dalam lembar soal). Saat anak-anak lain menyerah dan mengumpulkan soal dengan jawaban kosong disana-sini, Muslim lah yang tetap konsisten bertahan menyelesaikan ujian dengan semangat. Ia akan menangis sejadi-jadinya ketika disuruh mengumpulkan jawaban jika ia belum berhasil mengisi semua kolom yang disediakan di lembar jawaban. Muslim saya yang belum lancar membaca ini sekarang sudah tak lagi mengeja. Pernah ia tanpa dipanggil datang ke kantor yang merangkap perpustakaan "Ibu, saya mau pinjam buku." ujarnya. Ia pun duduk bersila di teras kantor dan menatap lekat-lekat buku yang ia pinjam lalu membacanya keras-keras. Muslim yang tak mudah ingat itu pun juga pernah membuat saya kaget dan kagum. Pernah, saat iseng membawa ensiklopedi  tumbuhan ke dalam kelas, Muslim mendekat dan menunjuk satu tanaman dan berkata "Ini kantung semar kan ibu." Siswa lain yang berada di dekat saya saat itu terbelalak kaget. Mereka menyalami Muslim dan berujar "ede...loa la muslim ee...(wah...bisa nih si Muslim nih...). Padahal, seingat saya, saya Cuma sekali memperlihatkan gambar kantung semar di kelas enam. Kecil tapi berarti. Meskipun cemong oli sisa membantu ama (ayah) nya sehari-hari di bengkel selalu setia menempel di pipi, kuku, dan kaki Muslim, muslim masih bisa tersenyum dan konsisten. Semoga tahun ini muslim bisa membaca dengan lancar dan berhitung. AMIN!!

 

Tika

Sang Pemimpi masa depannya Paradowane. Untuk ukuran anak desa, Tika termasuk anak yang memiliki daya imajinasi yang luar biasa. Imajinasinya ini biasanya ia tuangkan dalam tulisan. Setiap kali disuruh menulis cerita, cerita Tika adalah salah satu cerita yang mencuri perhatian saya. Ketika anak lain hanya mampu membayangkan hal-hal kongkrit (semisal kegiatan sehari-hari, berkebun, tamasya, makanan favorit), Cerita tika tak jarang berbau hal-hal ajaib seperti tentang anjing yang berubah menjadi malaikat, tentang putri dari planet mars, tentang belalang berantena panjang yang ia sebut belalang rapunzel. Memang, hobinya adalah membaca, ia adalah salah satu siswa yang paling sering meminjam buku di perpustakaan dan paling sering diomeli ibu kepala sekolah karena menyentuh buku-buku baru yang biasanya menjadi 'pajangan' di kantor.  Tidak heran, kenapa ia punya segudang ide untuk bercerita di dalam tulisannya. Tika juga bocah yang paling semangat menulis surat ke sahabat-sahabat penanya di seluruh Indonesia. Jarak antara dia dan ibunya sering tergambar di cerita-ceritanya, Tika sering menggambarkan sosok ibunya di cerita sebagai ibu yang pemarah. Tika kecil memang dibesarkan oleh bibinya. Sejak kecil, Tika sudah ditinggal kedua orangtuanya bekerja. Ayahnya merantau ke Malaysia sementara ibunya sibuk bekerja di Kota. Tumbuh di lingkunngan seperti ini membuatnya terkesan takut tampil dan tak seberani anak-anak lainnya (meskipun ke teman-temannya cukup galak). Tuhan, semoga tahun ini saya bisa berkolaborasi dengan Tika membuat sebuah cerita bergambar. Amin!

 

Debi

Suaranya yang nyaring dan melengking membuatnya mudah dikenali di keramaian. Makanya, ketika ia mewakili NTB menjadi peserta KPCI bersama Ainan di Jakarta, saya tak khawatir ia hilang. Karena suaranya mampu memecahkan tak hanya keheningan namun juga keramaian sekalipun. Di kelas, ketika membuat lingkaran dan bermain tanya jawab, saya sebisa mungkin menghindari duduk di sebelah Debi. Bagaimana tidak, jika kamu duduk di sebelahnya ia akan berteriak-teriak memanggil "mada ibu...mada ibu.. (saya ibu...saya ibu..)" dengan suaranya yang tinggi melengking dan menimbulkan bunyi nging nging di telinga. Belum lagi , ketika menjawab pertanyaan, ia selalu lupa membwa remote dan  mengecilkan volume seuaranya (hahaha).  Namun, itu hanya di kelas dan hanya jika ia sedang dalam kondisi terdesak. Di luar kelas, Debi anak yang paling penurut yang pernah ada. Di saat temannya yang lain berhamburan pulang dan lupa membereskan sampah, ia tanpa disuruh akan membereskannya. Di saat teman yang lainnya berhamburan pulang, dia dengan setia menunggu Ibu Rika nya yang sedang sibuk mengerjakan ini itu. Di saat yang lain berebutan menyalami ibu Rika. Ia akan dengan sabar menunggu paling belakangan. Debi adalah ketua duta baca di uma baca ndai (rumah baca kami), ia adalah petugas rumah baca yang paling sering mengunjungi rumah baca. Debi juga saya daulat menjadi tim kreatif mading kami karena kemampuannya memadupadankan warna. Debi jugalah yang sempat tak henti-hentinya selama berjam-jam menatapa fotonya bersama bupati ketika akan pergi ke Jakarta. Tuhan, semoga tahun ini saya berhasil membantu debi berprestasi di bidang seni lukis. Amin!


Cerita Lainnya

Lihat Semua