Bukan Hanya Bisa, tetapi Luar Biasa!

Ibrena Merry Sella Purba 28 Desember 2013

Kami bisa! Kami bisa! Kami pasti bisa!

Itulah yel-yel yang sering dibanggakan oleh anak-anak Lamdesar Barat. Ini juga yang terpancar dari kegigihan anak-anak hebat ini pada saat mereka berjuang untuk sesuatu.

Kurang dari seminggu menjelang perayaan Natal Sekolah Minggu, akhirnya aku dapat berkonsentrasi mengajar anak-anak untuk mempersiapkan pelayanan mereka. Ya, setiap tahunnya mereka memang mengadakan Perayaan Natal di tiap sektor pelayanan. Salah satunya adalah sektor pelayanan anak, yaitu SMTPI (Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil).

Ibu Rena nanti bantu dong anak kou-kou ini par menari di Natal SMTPI eee...”, ajak Mama piaraku yang juga adalah Pendeta di GPM Lamdesar Barat.

Ibu Pendeta bersemangat melihat potensi anak-anak ini. Beliau sendiri yang merancang alur ibadah Natal dengan melibatkan seluruh anak-anak untuk berperan. Ya, semuanya. Bahkan bocah-bocah kecil yang belum fasih berbicara pun dilibatkan. Hehe. Ada anak-anak yang membaca ayat nats, ada anak yang bermain drama, ada anak yang memimpin ibadah, ada yang menjadi tim paduan suara, dan ada juga anak yang menari. Intinya, semua terlibat!

Yang penting dong berani”, ucap ibu Pendeta.

Akupun ikut bersemangat melihat inisiatif sang Pendeta dan respon positif dari anak-anak. Aku membantu dua kelompok tari yang dipilih untuk menari dalam ibadah Natal. Sesungguhnya ada terselip rasa khawatir dalam diri. Anak-anak ini terbiasa mendapat kritikan pedas dari orang-orang di sekitarnya ketika tidak bisa memukau mata penonton lewat penampilan mereka. Ketika suatu penampilan berlangsung, tiba-tiba semua orang beralih profesi menjadi “hakim”. Kuputuskan untuk menciptakan pola-pola gerakan sederhana secara terpisah agar dapat mengajarkannya lebih mudah kepada anak-anak. Pola gerakan pertama, ok, mereka dapat menghapalnya dan menggerakkan tubuhnya dengan luwes sesuai arahanku. Pola gerakan kedua. Yak! Dalam waktu 5 menit mereka telah berhasil menarikan dengan sangat gemulai. Pola gerakan ketiga. Aku mulai panik. Aku masih belum menyelesaikan seluruh alunan gerakan untuk kelompok tari pertama dan kedua. Tak kusangka, mereka bisa. Bukan hanya bisa, tetapi luar biasa!

Hari-hari berikutnya, rumahku tak lagi sepi. Bukan hanya 11 penari yang telah dipilih saja yang datang untuk berlatih. Ada begitu banyak anak-anak, kecil maupun besar, laki-laki dan juga perempuan, ikut ambil bagian sebagai penari dadakan. Dari luar teras, mereka melenggak-lenggok mengikuti arahanku. Itu terus berlangsung hingga hari terakhir latihan. Alhasil, kurang lebih 30 anak siap untuk diorbitkan sebagai penari, seandainya mereka belum dapat peran apa-apa dalam ibadah Natal SMTPI.

Seperti biasa, ketakutan menyeruak dari benak anak-anak manis yang siap melayani ini. Tangan dingin dan muka pucat sebagai pertanda ada rasa khawatir bahwa mereka tidak bisa memberikan yang terbaik dan mendapat kritikan pedas seperti biasanya.

Seng apa-apa, kamong su latihan tiap hari toh? Su latihan baik-baik toh? Kamong bisa!”, ucapku memberi semangat sambil mendadani ulang wajah mereka yang basah karena keringat.

Aku begitu menikmati tarian yang mereka bawakan sebagai gambaran pemaknaan dari lagu yang dialunkan. Tersirat wajah penuh kebanggaan dari para orangtua. Tak berhenti mereka bertepuk tangan ketika anak-anak mengakhiri tariannya.

Saat diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan Natal dari salah seorang guru, aku segera menyambutnya dengan menceritakan kehebatan anak-anak ini.

Bapak Ibu pu anak-anak ini luar biasa. Beta seng sangka, dong ini cepat mengerti dan bahkan menari dengan indah,  padahal dong cuma latihan berapa hari sa. Katong pu bintang-bintang kecil ini seng boleh dibiarkan. Dong ini bisa, seng perlu katong main bapukul. Asal tiap-tiap hari, ada waktu, katong duduk deng dong, temani dong, bantu dong belajar. Suatu saat nanti, kalau anak-anak su besar, katong pasti bangga lihat dong berhasil karena katong terus perhatikan dong pu perkembangan.

Ya, suatu saat nanti. Kunantikan keberhasilanmu, nak.

 

 

 

 

 

dong           =  mereka

kou-kou     =  kecil-kecil

par               =  untuk

seng            =  tidak

kamong     = kamu

su                 = sudah

pu                 = punya

sa                 = saja

bapukul     = memukul


Cerita Lainnya

Lihat Semua