Ini tentang Jiri dan Kerutan Kening Menggelitiknya

Rika Amelia 11 Agustus 2013
Jiri, seorang anak desa Paradowane, yang baru beberapa minggu ku kenal. Di saat pertama kali masuk di kelas 6, dia anak yang terlihat bengal tapi patuh. Daya tangkapnya, menurut para guru-guru, memang kurang, namun aku salut dengan usahanya.   Pernah suatu hari aku mengajarkan lagu "Tanah Airku" di kelas 6 yang benar-benar tak tahu lagu ini sebelumnya. Agak susah memang mengajarkan nada baru kepada anak-anak. Namun, setelah tiga sampai empat kali menyanyikan lagu tersebut berulang-ulang, anak-anak mulai mengikuti nadanya walaupun melenceng dimana-mana (sekarang saya mengerti bagaimana perasaan kak Arum menghadapi kami-kami yang buta nada ini mengajarkan lagu "Duduk Senang" hahaha). Beberapa anak tampak malu-malu menyanyikan lagu yang masih belum terlalu mereka kuasai ini. Ada juga yang berujar " ti bisa ibu e.. susah ibu e.." kemudian lalu hanya bengong dan tidak mengikuti nada. Pandanganku menyapu semua kelas, melihat ekspresi mereka bernyanyi dan berhenti di Jiri. Walaupun nada yang ia nyanyikan sangat jauh dari nada sebenarnya, keningnya berkerut dan tatapannya serius menatap papan tulis dimana lirik dituliskan sambi terus menyanyikan lagu tersebut dengan sangat serius. Ah...andai aku membawa kamera hari itu, pasti sudah kujepret ekspresi serius yang menggelitik ini.   Esoknya kami masih latihan lagu yang sama, di kelas yang sama, Jiri masih duduk di posisi yang sama (dan dengan nada fales yang sama). Tebak? Ekpresi Jiri pun juga masih sama. Bahkan, ia tak sekejap pun melepaskan pandangannya dari papan tulis dan keningnya kian mengkerut mencoba menyanyikan lagu yang Tanah Airku. Aku menjanjikan akan merekam penampilan mereka jika mereka sudah dapat menyamakan nada di hari ke empat. Hari terakhir kami latihan, nadanya sudah cukup bagus, walaupun beberapa anak masih out of tone (termasuk Jiri). Kami latihan untuk yang terakhir kalinya sebelum take. Ekspresi kening mengkerut yang menggelitik itu masi nampak di wajah Jiri meskipun tak ada lagi lirik yang terpampang di papan tulis. Nampaknya ia berusaha mengingat bait demi bait yang sudah dihapalkannya.   It's Show Time. Kelas 6 pun berkumpul di depan gedung SD. Awalnya, hanya anak-anak perempuan saja yang berbaris, tak sabar menunggu untuk "masuk laptop bu rika" (begitu kata mereka). Cukup susah mengumpulkan anak laki-laki yang mau berbaris. Jiri, dengan sendirinya berdiri di samping Fatu, siap untuk direkam. Sepuluh menit bermain kejar-kejar an dengan mereka untuk membuat formasi paduan suara yang bagus akhirnya kamipun memulai shooting kecil-kecil an ini. Jiri dan seisi kelas pun bernyanyi di depan gedung sekolah yang berhalamankan tanah merah (saking semangatnya ingin direkam, mereka bahkan lupa memakai alas kaki). Mendadak lokasi shooting ini dikerumuni oleh anak-anak lainnya yang tak segan-segan keluar dari ruang kelas mereka. Butuh beberapa kali take hingga tak ada penonton yang lalu lalang (setelah akhirnya beberapa anak menjaga lokasi shooting dan menghardik dan menghadang jika ada anak-anak yang ingin lewat).   Jiri dan seisi kelas 6 yang berusaha bernyanyi ini sangat menghibur. Semangat mereka untuk menyanyi dan direkam patut dihargai. Fiuh..susahnya mengajarkan satu lagu... Bima, July 27th

Cerita Lainnya

Lihat Semua