info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Mengkhianati Ekspektasi

Rifqi Furqon 25 Juli 2013

Terlalu banyak “Pak Guru... Pak Guru..” hari ini. Anda juga pasti tau jika terlalu banyak itu tidak pernah baik. Harus lebih banyak lagi sabar yang aku perlu, mesti lebih manis lagi dalam berprilaku sebagai guru. Apalagi ini menjadi guru di sekolah paling Hulu, yang setelah itu tak ada lagi peradaban berilmu.

Seharusnya, sejak dulu aku sudah harus mengkhianati ekspektasi pribadi. Memang, aku masih saja bermasalah dengan yang satu ini. Mengelola ekspektasi pribadi sebenarnya tidak susah buatku, yang lebih susah ternyata membuktikannya. Bahwa sebenarnya aku memang akan berhadapan dengan berbagai kekecewaan itu, dan tidak terus berdiam dan menerima, tapi juga berusaha bersama mereka untuk mengurangi kekecewaan itu.

Tapi, menulis ini hanya salah satu terapi. Aku juga ingin semua tau bahwa ekspektasi ini bisa jadi sebuah tolak ukur optimisme pribadi, batas akhir usaha mengurangi kekecewaan itu. Hari ini, aku amat sangat kecewa dan malu, bahkan anak-anak kelas lima pun belum bisa membagi dengan benar, dan bahkan yang mencengangkan lagi adalah belum hapalnya perkalian oleh anak-anak kelas enam, kelas paling tinggi di tingkat dasar.

Aku tidak akan berbangga diri dengan mengatakan pada hati bahwa aku memang dikirimkan untuk menerima berbagai kenyataan ini. Mungkin, mempertanyakan para pendahulu juga sama saja, tidak akan selesai, karena anak-anak lah yang harus menjawab semua pertanyaan itu. Aku kecewa hari ini, mungkin juga waktu-waktu nanti, tapi aku harap aku tidak semengecewakan ini ketika pergi setahun nanti.

Harus lebih sabar lagi dan juga lebih mengajar menggunakan hati. Aku datang kemari untuk mengurangi kekecewaan anak-anak tentang keabaian sekeliling mereka. Abai yang membunuh, ketidakpedulian yang menghancurkan masa depan. Meski aku cukup sinis dan kecewa dengan sikap guru lain yang me“Nuhan”kanku, aku tetap tidak ingin “membunuh”. Aku tidak boleh abai pada masa depan dan harapan mereka. Namun begitu, aku sudah terlebih dulu memaafkan “Pak Guru” yang mungkin nanti pun tidak akan menjadi Guru yang baik dan berhasil membawa mereka lebih puas lagi, semaksimal itu, sesuai dengan ekpektasi yang telah perlahan dikhianati.

SDN 17 Nanga Bungan, 19.07.13, 12.09 WIB


Cerita Lainnya

Lihat Semua