RAMBANG(NOMICS) - Ini Negeri Mimpi

Ridwan Gunawan 13 Maret 2014

 

Ini adalah sebuah negara kecil dari mimpi secuil yang secara bersama-sama kami bentuk dalam upaya mengharmoniskan kesatuan kelas kami, bukan untuk membuat para pemimpin negara kami tersentil.

 

Kelas empat dan lima menjadi dua kelas yang aku pegang. Ibarat seperti suatu negara yang memiliki dua partai atau negara yg terbagi menjadi dua negara bagian. Karena kepemimpinan tiap kelas tak bisa serta merta disatukan. Kamipun juga memiliki konstitusi yang tertera sebagai peraturan kelas dan dapat dinyanyikan dengan judul ‘9 Tanda Senyum’. Ada juga lagu kebangsaan kami yaitu ‘Marilah Kawan’.

 

Yup, dua kelas dalam satu lokal. Kelas empat dan kelas lima. Dimana masing-masing memiliki presiden dan wakilnya sendiri. Dan untuk menyatukan dua kelas ini ditunjuklah seorang kepala suku untuk menyatukan kedua kelas dan bertindak sebagai pemimpin berbagai upacara adat khas kelas kami seperti upacara memulai dan menutup kelas, dan pengangkatan kesatria. Pengangkatan kesatria ini adalah sebuah upacara sebagai bentuk penghormatan kepada murid yang paling setia dan disiplin terhadap peraturan kelas. Selain menjadi contoh, kesatria juga memiliki hak untuk memakai sinyal-sinyal yang biasa dipakai oleh gurunya. Menjadikan posisi kesatria di kelasku ini sangatlah prestisius, dan menjadi rebutan di setiap minggunya (pemilihan kesatria dilakukan seminggu sekali).

 

Tidak hanya itu saja keunikan di negeri kami, kami juga memiliki sistem lelang untuk menjual karya-karya murid atau juga gurunya, dalam bentuk gambar, puisi maupun pantun. Dan kami membelinya tidak dengan uang rupiah, kami memilki mata uang sendiri, kami menyebutnya rambang. Bentuk uang ini tidak seperti uang di negara-negara lain. Bukan dalam uang kertas maupun logam. Tapi dari sebatang lidi. Ya kan tidak ada batasan bentuk uang mau seperti apa. Satuan terkecilnya adalah 1 rambang.

 

Setiap hari sabtu adalah hari berkarya. Murid-murid dapat berkreasi apa saja. Bisa gambar, pantun, puisi, foto bahkan juga kliping dari koran ataupun majalah.

 

Lelang biasanya dilakukan sebulan sekali. Biasanya kupilihkan karya yg layak jual. Untuk memiliki uang rambang ini, aku membuat kuis di tiap minggu. Dimana murid yang bisa menjawab pertanyaanku (seputar materi yang sudah aku ajarkan, untuk semua mata pelajaran) akan memperoleh 1 rambang untuk satu jawaban.

 

Lelang akan berlangsung sama seperti di negara-negara lain, ataupun di Indonesia. Penawar dengan harga tertinggilah yang akan memiliki karya yang ditawarkan. Ada satu kisah haru dalam lelang ini. Di akhir semester satu kemarin, aku melelang satu-satunya gambar karya PM (Pengajar Muda) sebelumku. Aku tawarkan karya ini dengan harga yang cukup mahal yaitu 10 rambang. Di mana rata-rata uang yang dimiliki tiap murid hanya berkisar antara 2-15 rambang saja. Namun ada satu anak yang mati-matian belajar tiap hari supaya dapat memperoleh uang banyak dengan menjawab pertanyaanku saat kuis. Dan pada kesempatan lelang, anak ini juga menahan diri tidak membeli karya. Padahal anak ini gemar mengumpulkan karya, sepertinya dia mengoleksi karya dari tiap murid, atau jangan-jangan dia bikin museum di rumahnya, koleksi karya murid-murid. Anak ini tetap bergeming selama lelang karya para murid. Sampai tibalah karya terakhir untuk ditawarkan dalam lelang. Yaitu karya PM sebelumku. Diawali dengan harga 10 rambang. Segera disusul dengan salah satu murid dengan tawaran 15 rambang. Kemudian anak yang telah bekerja keras selama ini dan menahan diri dari membeli karya lainnya, segera membuat seisi kelas terpukau. 25 rambang! Dan tentu saja itu adalah rekor jumlah uang terbanyak yang pernah dimiliki murid selama ini. Paling tinggi juga Cuma 15 rambang. Tapi anak ini menunjukkan kesungguhannya untuk memiliki karya PM terdahulu. Sebuah sejarah, kenangan akan masa lalu yang berharga. Karya langka karena hanya satu. Dan dia beli dengan harga yang sangat tinggi tak terjangkau oleh murid lainnya. Sehingga jelaslah karya itu menjadi milik anak ini. Siapakah nama anak ini? Juhanda namanya.

 

“Manusia dengan usaha dan tekad yang kuatlah yang akan memenangkan dunia ini.” (anonim)

 

Ya begitulah cerita-cerita kecil di negeri mimpi kami yang memang muluk karena begitu banyak idealismeku yang aku tanam di sini. Yang jelas di negeri ini, kami tidak memiliki manusia munafik atupun koruptor, tidak ada mafia hukum maupun pajak, dan juga tidak ada pemimpin yang kerjanya rebutan kursi dan mengabaikan rakyat (ya jelas saja karena di sini kami belajar lesehan di lantai dan kursi tergeletak di tepi kelas). Ya kira-kira begitulah sedikit cerita di negeri kecil kami yang manis dan utopis.


Cerita Lainnya

Lihat Semua