Siapa Sangka

Ricky - Kurniawan 28 Maret 2017

Siapa sangka jika guru-guru sangat antusias dan mendukung ketika kuberitahukan bahwa akan ada lomba Olimpiade Sains Kuark (OSK) di bulan Februari?

Siapa sangka jika perihal OSK yang kusampaikan saat rapat orang tua murid pada pertengahan Januari lalu disambut baik oleh para orang tua murid?

Siapa sangka jika para orang tua menceritakan dengan bangga tentang keikutsertaan anak-anak di OSK mereka kepada tetangga kanan-kiri?

Siapa sangka jika OSK yang masyarakat desa belum pernah dengar sebelumnya menjadi trending topic di kalangan masyarakat desa Bebar? Beberapa kali sempat kudengar ada orang tua yang berkata, “Ose (kamu) belajar yang pintar supaya bisa ikut olimpiade tahun depan!”

Siapa sangka jika orang tua dari murid-murid yang terpilih bekerja keras mengolah kopra (yang prosesnya panjang dan melelahkan) satu-dua minggu sebelumnya demi sekedar bisa memberikan sedikit uang saku atau gula-gula (permen) untuk dibawa anak-anaknya ke tempat olimpiade di kecamatan?

Siapa sangka jika hampir semua mama mengajukan diri untuk ikut mengantarkan anak-anak mereka ke tempat lomba di kecamatan?

Siapa sangka jika mama-mama berinisiatif mengumpulkan iuran untuk keperluan makan dan minum anak-anak mereka selama menginap di kecamatan?

Siapa sangka mama-mama akan rela bapikul (memikul) beras, pisang, koper, minyak, dan masih banyak barang lagi di bahu mereka? Terlebih lagi jalan setapak dan batu-batu di pantai tempat kami menjejakkan kaki sangat licin setelah hujan turun.

Siapa sangka jika mama-mama meyakinkanku untuk menempuh jalan darat menuju kecamatan apabila kondisi laut hari itu bergelora? Ya, berjalan kaki selama kurang lebih dua jam sambil memikul barang-barang dengan medan yang tidak gampang dan terlebih lagi sangat licin. Akhirnya pun ada dua orang mama yang merelakan dirinya untuk berjalan karena perahu motor yang kami tumpangi tidak cukup.. Beberapa jam sebelum kami berangkat ke kecamatan, hujan turun dengan sangat lebat dan langit sangat gelap.

Siapa sangka jika kehadiran mama-mama, yang awalnya aku menolak bila terlalu banyak mama yang ikut, ternyata sangat membantu diriku untuk mengurus 15 anak murid di tempat menginap ketika aku juga harus berkoordinasi dengan UPTD dan teman-teman relawan untuk menyiapkan acara?

Siapa sangka jika mama-mama membangunkan anak-anak mereka pada jam setengah lima pagi di hari olimpiade untuk membaca kembali buku catatan IPA?

Siapa sangka jika di pagi buta, mama-mama dengan sigapnya menyiapkan teh panas, bubur kacang hijau, dan roti untuk memastikan perut murid-murid dan diriku tidak kosong saat olimpiade berlangsung nantinya?

Siapa sangka jika setelah olimpiade selesai, mama-mama tetap antusias menanyakan bagaimana pekerjaan anak-anak mereka dan kelanjutan olimpiade ini nantinya?

Terlalu banyak pertanyaan “Siapa sangka?” yang terbersit di otak ini jika mengingat apa yang terjadi selama dua bulan kemarin. Dari semua kemungkinan jawaban yang ada, tidak ada jawaban yang mungkin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan tepat. Tapi, aku pribadi sungguh bersyukur kalau semua yang terjadi melampaui akal dan pikiran banyak pihak. Semoga permulaan yang baik ini di desa ini akan terus berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua