info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Pesan dari Pak yang Akan Pulang kepada Nak yang Akan Ditinggalkan (Bagian I)

Rian Ernest Tanudjaja 28 April 2012

Ingatkah kalian ketika waktu itu, Pak sedang duduk di mess guru pada pagi hari itu, tegang luar biasa karena akan memiliki kesempatan mengajar kalian selama satu tahun? Itu adalah hari pertama tugas Bapak di SDN Daepapan, sebuah sekolah di tengah ladang di antara 3 hutan. Tempat kita menghabiskan waktu bersama hampir satu tahun ini. Pak ingat, dulu Pak Rian sangat gugup waktu akan masuk ke kelas pertama itu. Jauh lebih gugup dari segala wawancara yang sudah pernah Pak lewati.

Waktu berjalan panjang Nak. Sebentar lagi Pak Rian pamit. Masih banyak hal yang belum kita lakukan tapi lebih banyak lagi yang sudah kita perjuangkan bersama.

Pak Rian akan kembali ke dunia korporat. Pak Rian adalah lawyer di lawfirm. Kalian ingat kan, cerita Pak Rian, kalau kantor Bapak ada di lantai 19? Tidak jauh dari istana tempat presiden? Kalau boleh, Pak ingin ajak kalian ke kantor Pak. Pasti kalian senang kalau Pak ajak naik escalator dan elevator dan melihat kota Bapak dari lantai 19 itu. Bisa jadi, kalian adalah satu-satunya murid SD yang Pak pernah ajar.

Setelah mencoba menanamkan mimpi di lubuk benak kalian, Pak Rian akan kembali ke rumah Pak, dan berharap semoga apa yang ditanam dapat mengarahkan hidup kalian. Supaya kalian menjadi pribadi yang unggul dan peduli sesama kalian. Menjadi pribadi yang kreatif di tengah himpitan dan mampu memecahkan persoalan. Bukan lari dari persoalan.

Di dalam hati Pak, Pak tidak tahu apakah kita akan bertemu lagi. Mungkin saja, sepuluh tahun dari sekarang, kita akan berpapasan di Jakarta dan Pak tidak lagi mengenal wajah kalian. Jadi kalau hal itu sampai terjadi, jangan marah ya..

Ingat kan pesan Pak Rian? Hidup berisi usaha yang disertai kejujuran. Itu saja. Tidak usah muluk-muluk. Biarkan hal-hal lain diatur oleh orangtuamu, keluargamu dan pejabat. Pesan Bapak hanya satu, kalau kalian jadi pejabat, tolong jangan seperti pejabat yang sekarang ada di televisi bai tua di sebelah rumah kalian. Ingat cerita Pak, bahwa negeri kita sudah terlalu banyak orang pintar tapi tidak jujur. Dan tidak mau usaha. Maunya jalan singkat aja. Begitu luar biasanya hal ini, sampai kalian bisa di luar kepala menyebutkan KPK sebagai Komisi Pemberantasan Korupsi disaat kalian seharusnya sudah lancar menyebutkan KPK sebagai Kelipatan Persekutuan Terkecil.

Di dalam hati terdalam, Pak Rian tidak tahu apakah kalian akan diajar kembali oleh teman Bapak dari Indonesia Mengajar. Pak Rian tidak tahu apakah kalian akan kembali diajar dengan cara yang menurut kalian menyenangkan dan tanpa kekerasan. Pak Rian mohon maaf apabila Bapak sering terlewat disiplin. Ingatlah selalu, bahwa disiplin yang Bapak terapkan semata-mata demi kebaikan kalian. Mohon maaf ya Nak, Pak Rian memang bukan guru sempurna. Pak Rian hanya seorang guru karbitan dari Jakarta yang bahkan tidak memiliki gelar Sarjana Pendidikan. Terlepas dari siapapun guru kalian setelah ini, Pak hanya minta kalian usaha dan jujur. Itu saja. Pak Rian yakin berkat Tuhan pasti selalu bersama kalian dan menerangi kalian.

Teringat Pak Rian waktu mendengar pengakuan dari salah satu guru bahwa Pak Rian waktu sampai di Daepapan ternyata ditunjuk menangani ‘kelas kambing’. Ya Nak, memang mengagetkan pengakuan guru itu. Anak-anak cemerlang dan aktif seperti kalian disamakan dengan mamalia berkaki empat. Kita sudah buktikan bersama kan? Sekarang kalian tertib, aktif dalam belajar. Dan yang terpenting, sekarang kalian semua sudah lancar baca tulis dan berhitung.

Ingat tidak waktu Pak mengajar hari pertama di sekolah? Tidak ada dari kalian yang bisa menjawab 8+4. Sekarang kalian dengan enteng bisa menghitung pohon faktor dan luas bangun datar. Pak Rian mohon maaf yah apabila belum bisa mengajarkan kalian ilmu yang lebih tinggi lagi.

Waktu satu tahun ini Pak Rian berusaha menanamkan dasar pembelajaran yang kuat bagi kalian. Sehingga kalian tidak akan bingung setelah ini. Kalian bisa belajar sendiri, di saat guru-guru tidak ada yang hadir di sekolah. Kalian bisa memanfaatkan perpustakaan yang Pak Rian buat bersama guru lain di mess guru sekolah kalian. Kalian bisa mulai mengambil buku teks lecek punya bu atau susi kalian di rumah dan mulai membacanya. Yang penting usahamu Nak, yang lain tidak jadi soal.

Ini bukan surat terakhir bagi kalian. Pak masih akan mengajar dua bulan lagi. Tapi di penghujung masa ini, Pak jadi sering melamun dan memikirkan kalian. Pak Rian sangat sedih akan meninggalkan kalian. Sering hati ini tercekat saat memikirkan kepulangan. Menulis hal seperti ini juga menguras emosi Pak, tapi membuat segalanya juga jadi lebih mudah. Pak Rian akan sangat rindu ucapan ‘Selamat pagi’, ‘Selamat siang’ dan ‘Selamat sore’ yang terus menjadi vitamin bagi Pak di sini, di tengah rasa kepanasan, kelaparan dan keletihan Pak dalam mengajar kalian.

Kalian sudah menjadi candu bagi Bapak. Mengajar kalian itu mendamaikan. Perhatikan Nak, pasti waktu mengajar Pak selalu paling lama kan. Kita sering keluar sekolah jam 5 sore malah, mengejar pelajaran. Bapak hanya mau beranjak dari kompentensi dasar ke satu ke kompetensi dasar lain hanya bila sudah tujuh puluh lima persen dari kalian mengerti dan paham apa yang Pak ajarkan. Pak Rian pernah merasakan tersesat dalam pembelajaran. Pak Rian tidak mau kalian juga merasakan apa yang pernah Pak rasakan di bangku SD dulu.

Pembelajaran dua arah yang kita lakukan sangat membius Nak. Sering sekali setelah melepaskan kalian pulang dan anak terakhir keluar kelas, seluruh badan Pak akan letih sekali. Namun luar biasanya, sama sekali tidak terasa selama mengajar kalian. Kalian adalah candu bagi Pak. Agak aneh memang ungkapan ini, tapi begitulah adanya Nak.

Nak, sampai sini dulu. Tolong simpan surat ini baik-baik ya. Simpan di tempat yang paling aman. Baca lagi di saat kalian sudah agak besar. Supaya kalian bisa mengerti maksud Pak dan mengingatnya terus sampai dewasa, dan menerapkannya di setiap segi kehidupan kalian. Terimakasih Nak, karena kalian sudah bersedia menjadi guru Pak Rian. Kalian mengajarkan Bapak kesabaran dan keikhlasan. Dua hal yang tidak pernah diajarkan kepada Bapak. Bapak yang lebih beruntung karena mendapatkan kesempatan di kelas bersama kalian. Terimakasih Nak! Tuhan memberkati.


Cerita Lainnya

Lihat Semua