info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Ujian Telah Tiba

Rhamdani Kurniawan 22 Januari 2011
v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} @font-face {font-family:"Malgun Gothic"; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879047505 165117179 18 0 524289 0;} @font-face {font-family:"\@Malgun Gothic"; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879047505 165117179 18 0 524289 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Malgun Gothic"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:KO;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Malgun Gothic"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:KO;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:595.3pt 841.9pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

Ujian Telah Tiba

Indomut, 13 Desember 2010

Siang hari ini udara terasa sangat panas, aku berjalan dengan tubuh lemas memasuki sebuah rumah yang selama satu tahun ku tempati..

Semasa kuliah aku sangat membenci ujian, karena setiap kali masa ujian tiba, setiap kali itu pula aku harus menghadapi malam-malam panjang bersama tumpukan buku atau handout materi ujian yang membuat kepalaku kesemutan.

Disaat ujian berlangsung, aku kerap memandangi pengawas ujian (bukan mencari peluang untuk mencontek saat pengawas lengah, lho..!), karena betapa menyenangkannya menjadi pengawas ujian, berjalan kesana-kemari mengamati berbagai ekspresi wajah mahasiswa, stress, panik, manggut-manggut di depan lembaran soal, kinds like that. Namun pengalamanku hari ini mengubah pandanganku seketika.

Kisah berawal ketika pagi ini aku menjadi pengawas ujian tengah semester .

Dengan langkah mantap aku masuki ruang kelas 4, tampak sekitar 21 siswa menggemaskan yang sehari-hari ku hadapi. Sekilas aku membayangkan suasana ujian ketika kuliah dulu, pengawas yang berjalan lambat tapi pasti, menyusuri baris demi baris bangku mahasiswa, betapa damainya.

Namun semua itu hanya masa lalu, sesaat setelah lembaran soal dibagikan, suasana kelas mulai riuh karena hampir semua siswa membaca soal dengan jahr (suara dikeraskan─red). Aku masih bisa memaklumi karena mereka masih dalam tahap belajar membaca. Hingga dalam hitungan menit kemudian, kelas mendadak menjadi seperti pasar.

Beberapa siswa mulai berjalan kesana kemari mencari ‘inspirasi’ untuk dituliskan ke dalam lembar jawaban masing-masing. Kesalahan pertama yang aku lakukan kali ini, lupa memberikan aturan main selama ujian berlangsung, karena masih terngiang aroma ‘ujian kuliah’.

Di tengah kerasnya upaya menertibkan siswa-siswa ini, tiba-tiba mereka diam, tak ada suara satupun yang keluar dari mulut mereka, aku pun bingung, hingga akhirnya aku sadari bahwa ada seorang guru yang bernama Ibu Yani (salah satu guru yang paling ditakuti siswa) sedang berdiri di depan pintu dengan membawa lembar ujian, lalu memberikan pengumuman sejenak, dan beliau pergi lagi setelah pamit denganku, dan, para siswa ini pun riuh kembali. Kesalahan kedua (sebenarnya ini bukan kesalahan), para siswa sudah memberiku label ‘guru baik’ sehingga sangat di-idam-kan para siswa ketika ujian.

Ujian hari pertama jam pertama telah selesai, pengalaman pertamaku menjadi pengawas ujian? Melelahkan.

Ujian jam kedua dimulai, aku masih menghadapi siswa yang sama, namun kini ujian aku buka dengan wejangan terlebih dahulu (memperbaiki kesalahan nomor satu), dan memasang wajah galak-ramah dengan taburan senyum sinis (memperbaiki kesalahan nomor dua).

Alhamdulillah, suasana tidak seramai ujian jam pertama, walaupun masih ada beberapa siswa yang ‘out of the box’, namun masih dalam batas yang dapat ditolerir.

14 Desember 2010

Hari kedua ujian aku menghadapi kelas 6, berbekal pengalamanku dihari pertama, aku yakin bisa mengatasi ‘kreatifitas’ mereka.

Suasana kelas ini cukup hening, sangat berbeda dengan kelas 4. Sesaat aku pandangi mereka satu persatu, ada beberapa siswa yang harus aku beri pengawasan ‘lebih’.

“Sebelum soal dibagikan, Bapak beritahukan sesuatu kepada kalian” aku mengawali wejangan

“Minggu lalu kalian telah membuang semua kebiasaan buruk kalian ke laut (lihat note Daun yang Hanyut), salah satu kebiasaan yang telah kalian buang adalah mencontek” beberapa siswa terlihat menutup matanya sambil menggigit bibir.

“Sekarang, Bapak ingin kalian membuktikan bahwa kebiasaan buruk itu benar-benar sudah kalian buang ”, kertas soal pun mulai menyebar, seluruh siswa mulai mengerjakan dengan serius.

Diantara empat belas siswa, ada satu siswa yang tak luput dari pengawasanku, sebut saja Ucok. Dia adalah siswa yang sering sekali mencontek temannya, namun saat itu, dia sangat tenang dengan lembar soalnya sendiri, tidak gelisah mencari ‘inspirasi’ seperti biasanya. Sekilas tentang Ucok, dia adalah anak yang pendiam dan tidak pernah memukul temannya, kisah unik mengenai Ucok akan ditayangkan pada episode yang berbeda.

Waktu ujian pun selesai dengan lancar, tanpa ada siswa yang melakukan aksi ‘jalan-jalan’ atau menjadi ‘detektif dadakan’, dan untuk pertama kalinya, aku dapat merasakan nikmatnya menjadi pengawas ujian...

Wisdom of The Day: Jika anak-anak membutuhkan selembar daun

untuk membuang kebiasaan buruknya, kita hanya butuh ‘kemauan

untuk melakukannya.

Halmahera Selatan, 20 Desember 2010

Ditengah gelapnya pemadaman listrik PLN

Yang terjadi terus-menerus. T_T

v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} @font-face {font-family:"Malgun Gothic"; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879047505 165117179 18 0 524289 0;} @font-face {font-family:"\@Malgun Gothic"; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879047505 165117179 18 0 524289 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Malgun Gothic"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:KO;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Malgun Gothic"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:KO;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:595.3pt 841.9pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

Ujian Telah Tiba

Indomut, 13 Desember 2010

Siang hari ini udara terasa sangat panas, aku berjalan dengan tubuh lemas memasuki sebuah rumah yang selama satu tahun ku tempati..

Semasa kuliah aku sangat membenci ujian, karena setiap kali masa ujian tiba, setiap kali itu pula aku harus menghadapi malam-malam panjang bersama tumpukan buku atau handout materi ujian yang membuat kepalaku kesemutan.

Disaat ujian berlangsung, aku kerap memandangi pengawas ujian (bukan mencari peluang untuk mencontek saat pengawas lengah, lho..!), karena betapa menyenangkannya menjadi pengawas ujian, berjalan kesana-kemari mengamati berbagai ekspresi wajah mahasiswa, stress, panik, manggut-manggut di depan lembaran soal, kinds like that. Namun pengalamanku hari ini mengubah pandanganku seketika.

Kisah berawal ketika pagi ini aku menjadi pengawas ujian tengah semester .

Dengan langkah mantap aku masuki ruang kelas 4, tampak sekitar 21 siswa menggemaskan yang sehari-hari ku hadapi. Sekilas aku membayangkan suasana ujian ketika kuliah dulu, pengawas yang berjalan lambat tapi pasti, menyusuri baris demi baris bangku mahasiswa, betapa damainya.

Namun semua itu hanya masa lalu, sesaat setelah lembaran soal dibagikan, suasana kelas mulai riuh karena hampir semua siswa membaca soal dengan jahr (suara dikeraskan─red). Aku masih bisa memaklumi karena mereka masih dalam tahap belajar membaca. Hingga dalam hitungan menit kemudian, kelas mendadak menjadi seperti pasar.

Beberapa siswa mulai berjalan kesana kemari mencari ‘inspirasi’ untuk dituliskan ke dalam lembar jawaban masing-masing. Kesalahan pertama yang aku lakukan kali ini, lupa memberikan aturan main selama ujian berlangsung, karena masih terngiang aroma ‘ujian kuliah’.

Di tengah kerasnya upaya menertibkan siswa-siswa ini, tiba-tiba mereka diam, tak ada suara satupun yang keluar dari mulut mereka, aku pun bingung, hingga akhirnya aku sadari bahwa ada seorang guru yang bernama Ibu Yani (salah satu guru yang paling ditakuti siswa) sedang berdiri di depan pintu dengan membawa lembar ujian, lalu memberikan pengumuman sejenak, dan beliau pergi lagi setelah pamit denganku, dan, para siswa ini pun riuh kembali. Kesalahan kedua (sebenarnya ini bukan kesalahan), para siswa sudah memberiku label ‘guru baik’ sehingga sangat di-idam-kan para siswa ketika ujian.

Ujian hari pertama jam pertama telah selesai, pengalaman pertamaku menjadi pengawas ujian? Melelahkan.

Ujian jam kedua dimulai, aku masih menghadapi siswa yang sama, namun kini ujian aku buka dengan wejangan terlebih dahulu (memperbaiki kesalahan nomor satu), dan memasang wajah galak-ramah dengan taburan senyum sinis (memperbaiki kesalahan nomor dua).

Alhamdulillah, suasana tidak seramai ujian jam pertama, walaupun masih ada beberapa siswa yang ‘out of the box’, namun masih dalam batas yang dapat ditolerir.

14 Desember 2010

Hari kedua ujian aku menghadapi kelas 6, berbekal pengalamanku dihari pertama, aku yakin bisa mengatasi ‘kreatifitas’ mereka.

Suasana kelas ini cukup hening, sangat berbeda dengan kelas 4. Sesaat aku pandangi mereka satu persatu, ada beberapa siswa yang harus aku beri pengawasan ‘lebih’.

“Sebelum soal dibagikan, Bapak beritahukan sesuatu kepada kalian” aku mengawali wejangan

“Minggu lalu kalian telah membuang semua kebiasaan buruk kalian ke laut (lihat note Daun yang Hanyut), salah satu kebiasaan yang telah kalian buang adalah mencontek” beberapa siswa terlihat menutup matanya sambil menggigit bibir.

“Sekarang, Bapak ingin kalian membuktikan bahwa kebiasaan buruk itu benar-benar sudah kalian buang ”, kertas soal pun mulai menyebar, seluruh siswa mulai mengerjakan dengan serius.

Diantara empat belas siswa, ada satu siswa yang tak luput dari pengawasanku, sebut saja Ucok. Dia adalah siswa yang sering sekali mencontek temannya, namun saat itu, dia sangat tenang dengan lembar soalnya sendiri, tidak gelisah mencari ‘inspirasi’ seperti biasanya. Sekilas tentang Ucok, dia adalah anak yang pendiam dan tidak pernah memukul temannya, kisah unik mengenai Ucok akan ditayangkan pada episode yang berbeda.

Waktu ujian pun selesai dengan lancar, tanpa ada siswa yang melakukan aksi ‘jalan-jalan’ atau menjadi ‘detektif dadakan’, dan untuk pertama kalinya, aku dapat merasakan nikmatnya menjadi pengawas ujian...

Wisdom of The Day: Jika anak-anak membutuhkan selembar daun

untuk membuang kebiasaan buruknya, kita hanya butuh ‘kemauan

untuk melakukannya.

Halmahera Selatan, 20 Desember 2010

Ditengah gelapnya pemadaman listrik PLN

Yang terjadi terus-menerus. T_T


Cerita Lainnya

Lihat Semua