info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Tepuk Nyamuk

Rhamdani Kurniawan 6 Maret 2011

Tepuk Nyamuk...!

“Ardian....!, jangan ganggu teman yang lagi belajar...!” teriakanku sirna dalam riuhnya suasana kelas empat pagi ini, sedangkan senyum nakal khas anak-anak tetap melekat pada wajahnya yang kurus.

Dibandingkan kelas lain yang aku ajar, kelas 4 adalah kelas yang cukup menguras tenaga, disamping jumlah muridnya yang paling banyak daripada kelas lain, dikelas ini pula bersemayam makhluk-makhluk ajaib yang membutuhkan penanganan khusus, salah satunya adalah Ardian.

Materi bahasa inggris kali ini adalah berhitung mulai dari 1 sampai 1000. Minggu lalu kelas 4, 5 dan 6 telah menyelesaikan ulangan harian bahasa inggris untuk pertama kalinya, dengan menggunakan soal yang sama, kelas ini memperoleh nilai tertinggi mengalahkan kelas 5 dan 6 (walaupun hanya satu orang saja yang mendapatkan nilai itu).

“Sekarang, kalian hitung jumlah kursi yang ada di kelas ini menggunakan bahasa inggris!” pintaku, dan mereka serempak mulai berhitung “One...two..three...,..... twenty five!”,

“Jadi ada berapa kursi di kelas ini?” tanyaku

“Dua puluh lima...!” jawab mereka kompak

“Sekarang ayo kita hitung benda yang lainnya pakai bahasa inggris” aku ajak mereka berhitung kembali.

Ditengah penjelasan materi tiba-tiba Ardian berlari sambil ‘bergoyang’ ke depan kelas, setelah sebelumnya ia berkelahi dengan temannya di bangku belakang. Waduh ini anak kesambet apalagi ya? Pikirku dalam hati.

“Ayo Ardian, duduk di bangku dan ikut menghitung meja yang ada di kelas!” aku pegang bahunya dan aku dorong ia kembali ke tempat duduknya.

Beberapa saat kemudian ia melakukan hal yang sama, kali ini ia mengganggu siswi yang berada di bangku depan. Hmm... sepertinya anak ini kelebihan energi sehingga butuh aktivitas untuk menyalurkan energinya yang cukup besar. Dengan segera aku hampiri Ardian dan berkata padanya,

“Wah... di kepala Ardian ada banyak nyamuk!, kita main tepuk nyamuk yuk!” aku bujuk dia untuk bermain tepuk nyamuk di belakang kelas dan ia tampak sangat antusias.

“Ada tiga nyamuk bule di atas kepala Ardian, ayo tepuk pake bahasa inggris! ” teriakku, kemudian ia menepukkan kedua tangannya diatas kepala,

“One...two... three...” dengan semangat ia menepuk nyamuk bule jadi-jadian diatas kepalanya sambil melompat-lompat seperti gerakan senam pagi. Kayaknya berhasil permainan tepuk nyamuk ini, batinku.

“Wah... Ardian hebat, nyamuknya mati semua!” aku memuji pekerjaannya,

“Sekarang ada 30 nyamuk bule diatas kepala Ardian, ayo tepuk semuanya!” kali ini aku memberikan nyamuk yang lebih banyak, dan ia pun kembali menepuk nyamuk bule jadi-jadian itu dengan semangat, “One...two...three...”

Ketika Ardian sedang bersenang-senang dengan nyamuk khayalannya, aku melanjutkan memberi materi yang sempat terhenti kepada siswa lainnya. Sekilas terdengar Ardian berteriak nine..ten...five...seven...lima belas...dua puluh... sambil melompat-lompat seperti orang sedang melakukan pemanasan.

Lima menit pun berlalu,

“Pak guru, so selesai” (Pak guru, sudah selesai), Ardian memanggilku dengan napas terengah-engah.

“Wah... bagus sekali, Ardian hebat sudah pukul nyamuk bule!” aku kembali memujinya

“Ardian capek? Istirahat dulu ya, nanti kita main tepuk nyamuk lagi!” aku mendudukkan dibangkunya semula, kini ia tampak lebih tenang dan mulai memperhatikan ucapanku. Satu makhluk ajaib sudah dapat dikendalikan, sesaat aku teringat makhluk ajaibku yang lain, Dafid.

Tingkah polah Dafid lebih sulit dikendalikan lagi, biasanya ia akan menyanyi, kemudian tidur di dalam kelas. Pernah suatu ketika ia aku dapati sedang tidur di lantai lorong kelas, dan ketika ia dihukum di depan kelas, tiba-tiba badannya ‘menggelosor’ dan kembali tertidur di lantai, benar-benar menguji kesabaran, untunglah sekarang ia sedang tidak ada.

Namun aku sangat bersyukur dengan adanya mereka dikelas ini, karena keberadaan mereka dapat mengasah kemampuanku untuk lebih terampil lagi mencari treatment dan punishment dalam mengatasi tingkah polah makhluk-makhluk ajaib yang mungkin akan kutemui nantinya. Thank you Ardian...

Halmahera selatan, 4 Maret 2011

Pkl 23.07 WIT, menanti esok pagi


Cerita Lainnya

Lihat Semua