"Indonesia Vs Belanda"
Rhamdani Kurniawan 13 Maret 2011
“Pak guru, minggu besok jadi main bola katarada?”
Hampir setiap hari pertanyaan ini terlontar dari mulut siswa kelas 4, 5 dan 6, dan setiap aku berkata, “Insya Allah jadi”, maka pertanyaan yang sama akan keluar dari siswa yang berbeda kelas dengan yang kemarin bertanya, mereka benar-benar sangat bersemangat menyambut momen menegangkan ini.
Semua berawal ketika Aheng (salah satu PM di desa sebelah) mengajak siswa di sekolahku bermain bola dengan siswa di sekolahnya. Mendengar tantangan ini aku sempat berpikir sejenak, tumben Aheng ngajak main bola dengan SD Indomut sebagai tuan rumahnya, walaupun jarak Indomut - Belang-belang tidak terlalu jauh, namun harus ditempuh dengan menggunakan ketinting, dan itu cukup merepotkan karena membutuhkan minimal 2 buah ketinting.
Aku pun tersadar, siswa Belang-belang bukan siswa sembarangan. Mereka adalah siswa-siswa ‘pilihan’ yang memiliki kemampuan lebih dibanding siswa SD pada umumnya, mereka lebih tinggi, lebih besar dan lebih kuat, karena memang usia mereka melebihi usia normal siswa SD. Ternyata, Aheng berniat ‘menghabisi’ siswa-siswa ku dalam pertandingan bola ini.
Rapat umum pun aku gelar dengan melibatkan siswa kelas 4, 5 dan 6 untuk menjawab tantangan dari SD Belang-belang. Pertama kali mendengar berita ini mereka tampak gembira dan antusias, lalu perlahan mimik mereka berubah, dan aku dapat mendengar suara bisik-bisik mereka, “Anak Belang-belang tuh besar-besar kong!”
“Bagaimana, kalian mau bertanding bola dengan SD Belang-belang?” aku kembali bertanya pada mereka, berusaha meyakinkan konsekuensi yang akan mereka hadapi jika menerima tantangan ini.
“Mau Pak guru!” Iswan, siswa kelas enam langsung menjawab tantangan ini, dan diikuti oleh siswa lainnya.
“Baik, tolong Iswan siapkan nama-nama yang nanti masuk tim sepak bola SD Indomut, Insya Allah minggu depan kita akan melawan SD Belang-belang” aku menutup rapat informal itu dengan harap-harap cemas.
Pertandingan yang bersejarah ini hampir tertunda untuk kedua kalinya karena seluruh PM Halsel sedang ada agenda bersama di Indong-Pulau Mandioli, SD salah satu PM. Namun alhamdulillah, penundaan tidak terjadi. Sebagaimana telah direncanakan sebelumnya, bahwa pertandingan sepak bola akan diadakan pukul 16.00 WIT di lapangan desa Indomut.
Pukul 15.00 WIT
Aku baru saja tiba di Indomut, segera aku konfirmasi kembali peminjaman lapangan sepak bola yang biasanya dipakai latihan bola oleh masyarakat, kemudian aku minta Jais (salah satu anggota sepak bola SD Indomut) untuk memanggil seluruh tim dan berkumpul di rumah Ibu Yani, guru olah raga.
Sepuluh menit kemudian seluruh tim sudah berkumpul, dengan cepat aku beritahukan kepada mereka bahwa setengah jam lagi kita akan menjamu tim sepak bola dari SD Belang-belang, kemudian aku bagikan seragam sepak bola berwarna kuning yang dipinjamkan oleh Ibu Yani.
“Jam 4 Bapak tunggu kalian di sekolah, kita akan berangkat bersama-sama ke lapangan, siap?!” Aku kepalkan tangan keatas, dan dijawab semangat oleh seluruh tim “Siap!!!”
Pukul 16.00 WIT
Beberapa pemain dan suporter SD Belang-belang sudah tiba di Indomut, mereka langsung menuju lapangan yang terletak di belakang desa, sekilas aku dapat melihat postur tubuh pemain Belang-belang, ternyata memang benar, badan mereka besar-besar, memang sesuai dengan umurnya yang sudah menyentuh 14-17 tahun.
Tidak berapa lama tim sepak bola SD Indomut mulai berdatangan ke sekolah, pemandangan yang sangat kontras, menyaksikan postur tubuh tim sepak bola Indomut yang kecil-kecil, karena memang usia mereka baru 10-13 tahun, dibandingkan postur tubuh tim sepak bola SD Belang-belang yang berusia 14-17 tahun. Pemandangan ini mengingatkanku pada pertandingan sepak bola antara Indonesia (yang bertubuh kecil- Indomut) melawan tim sepak bola Belanda (yang bertubuh besar-Belang-belang).
“Chiik, anak belang-belang besar-besar kong” bisik-bisik getir dari para pemain mulai dapat aku rasakan. Setelah briefing sejenak, aku memberikan semangat bagi para pejuang Indomut Boys yang akan maju di lapangan hijau.
“Kalian semangat melawan SD Belang-belang?!”
“SEMANGAATT!!”
“Apapun yang terjadi, kalah atau menang, kalian tidak boleh main curang ya!!”
“SAYAAA...!!!”
Pukul 16.15 WIT
Setibanya di lapangan bola, kami langsung melakukan pemanasan ringan, Kepala Sekolah SD Belang-belang langsung menjadi pelatih tim sepakbola, tumben pikirku, sesaat kemudian muncullah Aheng dan tiga orang reporter dari Metro TV yang sedang meliput aktivitas Pengajar Muda di Halmahera Selatan, ohh... pantes pikirku lagi.
Melihat riuhnya suasana lapangan sore ini, ditambah banyaknya suporter dari Belang-belang serta postur tubuh pemain Belang-belang yang di ‘luar bisa’, menyebabkan salah satu pemain Indomut mengundurkan diri, kemudian digantikan oleh seorang anak yang wajahnya cukup asing bagiku.
“Ngana kelas berapa?” tanyaku
“Kelas satu SMP, Pak!” jawabnya
“Pertandingan ini untuk SD dulu ya, kalo SMP nanti” aku mencoba memberi pengertian
“Tapi di Belang-belang juga ada anak SMP, Pak!” ia tidak mau mengalah
“Mereka semua masih SD, memang badannya saja yang besar” akhirnya anak ini mau juga melepaskan baju seragam yang sudah dikenakannya dan diberikan kepada pemain yang masih SD.
Sekali lagi aku kobarkan semangat ’45 pemain Indomut Boys, aku ucapkan yel-yel dadakan yang disambut oleh mereka,
“INDOMUT BOYS...!”
“GOAL..GOAL...GOAL...GOAL...!”
Pukul 16.30 WIT
Sebelum dimulai, tiap-tiap tim berbaris layaknya pemain bola profesional untuk melakukan seremonial, speaker mungilku pun mengeluarkan suaranya, dan terdengarlah lagu Indonesia Raya. Seketika suasana menjadi sakral ketika lagu ini dikumandangkan, seluruh pemain bola menaruh lengannya didada mereka, seolah-olah ‘Garuda’ berada didada mereka.
Peluit panjang berbunyi, pertanda pertandingan telah dimulai...
Pada menit-menit pertama keadaan cukup imbang, tim Indomut berhasil membuat pertahanan yang baik terhadap setiap serangan dari tim lawan, bahkan beberapa kali nyaris merobek gawang SD Belang-belang. Akan tetapi, tim Belang-belang berhasil mencetak satu buah gol pada injury time babak pertama, kedudukan sekarang 1-0 untuk Belang-belang.
Pada babak kedua, Indomut Boys berusaha sekuat tenaga untuk mengejar ketertinggalan. Peluang mencetak gol datang ketika tim Indomut mendapat kesempatan tendangan sudut, tapi belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Hingga akhirnya gawang Indomut koyak untuk kedua kalinya, kedudukan 2-0 untuk Belang-belang.
Skor 2-0 tetap bertahan hingga peluit panjang berbunyi, menjadi tanda berakhirnya pertandingan bersejarah ini, Indonesia melawan Belanda. Walaupun pertandingan ini tidak memberikan Indomut Boys kemenangan, akan tetapi aku patut memberikan penghargaan atas keberanian mereka melawan SD Belang-belang yang tubuhnya jauh lebih besar.
Kepuasan dan penghargaan tidak selamanya diperoleh melalui kemenangan, kekalahan pun dapat menjadi kepuasan serta patut mendapat penghargaan apabila melalui proses perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh.
Chayou Indomut boys....!
NB: Sampai sekarang Indomut Boys selalu menanyakan padaku kapan tanding bola lagi, Lieur euy....
Halmahera selatan, 5 Maret 2011
Pkl 01.19 WIT, menanti esok pagi
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda