Tresno iku jalaran saka kulino???

Ratu Ashri Maulina Fauzana 14 Agustus 2011
Kata orang witing tresno itu jalaran saka kulino, cinta itu datang karena terbiasa. Dalam beberapa kasus, pepatah itu mungkin saja benar karena secara teori komunikasi, manusia akan benar-benar mengenal orang lain setelah melalui beberapa tahap, sensasi-interpretasi-persepsi dan kemudian seseorang itu baru dapat memaknai apa yang sudah ia lihat dan rasakan lalu Ia akan menentukan sikap apa yang akan ia pilih, boleh jadi ia akan menjadi biasa saja, menjadi cinta, atau bahkan benci. Tergantung pada pengalaman yang orang tersebut alami selama lebih dari 24 jam “penelitian dan observasi”. Pun aku kerap kali mengalami itu, terutama pada masalah hati, awalnya biasa saja, tapi lama-lama timbul sesuatu yang spesial didalam dada, bodohnya setelah rasa itu tumbuh sang pujaan ternyata sudah pergi menjauh, alamak.. seperti roman picisan yang dialami dimasa tua *dewasa maksudnya.J Namun, aku merasakan sesuatu yang berbeda disini, agaknya segala teori dan kata orang itu terpatahkan oleh sebuah proses sensasi. Ya, sebuah proses kimiawi yang menghantarkan stimulus-stimulus pada panca indra dan kemudian mengirimkannya pada bagian tercanggih pada diri manusia, membuat banyak cabang pada dendrit-dendrit dan memberikan kilatan listrik yang menyala-nyala di kepalaku. Aku jatuh cinta, untuk kesekian kalinya, namun kali ini berbeda. Aku tidak perlu menunggu untuk benar benar mencintai, aku tidak perlu berpusing-pusing ria untuk menentukan perasaanku, dan aku tak perlu mempertimbangkan banyak hal behari-hari untuk berkata cinta. Aku sudah suka, sejak pertama kali aku melihatnya. Aku jatuh cinta pada anak-anak ini. Awalnya, aku tak pernah tahu seperti apa anak-anak yang akan kuhadapi nanti. Bagaimana rupa mereka, senyum mereka, sikap mereka, cara bicara mereka, bahkan aroma mereka. Kadang aku merasa sedikit khawatir, karena aku kurang suka dengan anak-anak yang tidak bersih apalagi kalau sampai ada aliran lendir di hidung mereka yang berhenti dan mengendap, kemudian berkerak. Atau ketika ternyata aroma mereka sedikit berbeda karena jarang mandi, dan suka bermain kotor. Bagaimana mungkin aku mampu bersama mereka, walaupun sebagai seorang pengajar, aku harus sanggup menghadapi kondisi apapun dari anak-anak. Benar saja, aku menghadapinya, anak-anak yang sesuai dengan imaji negatifku. Mereka bersimbah peluh, beraroma laut, dan wajah yang tercoreng doreng terkena debu, karang-karang yang bertengger di hidung mereka, dan baju yang jauh dari kata rapi. Namun, tatapan mereka menyihirku. Binar mata mereka membuatku gugup tak berdaya, jantungku berdebar, dan tanganku teraliri keringat dingin, sensasi ini, adalah sensasi yang sama yang kurasakan seperti bertemu kekasihku. Dan aku merasakan itu. Mereka menyambutku hangat, menjulurkan tangannya padaku dan mulai melihatku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mereka tersenyum malu dan kemudian tertawa lugu. Aku menyebutkan namaku dan mulai menyakan nama mereka. Sebagian terlihat lantang menjawabku, namun sebagian lainnya masih terlihat gugup *sama sepertiku J dan mengambil langkah seribu. Tak apa anakku, karena aku masih punya banyak waktu untuk menghabiskannya denganmu. ^^ Ternyata memang aku jatuh cinta lagi, lagi lagi pada anak-anak, mereka membawa rinduku kembali, rindu pada anak-anak yang aku pamiti dulu, rindu pada keluargaku, sahabatku, dan cerita laluku. Mereka menggantikan rinduku, dengan secercah cahaya yang berbinar di bola mata mereka. Aku terharu, aku tahu kami masih punya banyak pekerjaan rumah untuk dituntaskan. Bahkan PR itu masih berat terasa dipundakku, sampai akhirnya aku menemui mereka. Dan sekarang aku semakin yakin pada cintaku kini, aku merasa semakin kuat karena aku akan menjalaninya bersama mereka, anak-anak baruku dengan seribu pesona yang (*kalau kata afghan) mengalihkan duniaku. Tunggu ibu anak-anak.. ^^v Iku zooooo! Semangaaaattth...

Cerita Lainnya

Lihat Semua